Ini terasa begtiu aneh untukku. Sejak kecil, aku sama sekali tak meragukan bahwa diriku seorang werewolf. Dengan adanya wolf yang keluar dari tubuhku, hal itu semakin menguatkan keyakinan ini. Hanya saja aku sedikit kecewa dengan kondisi kami yang sama. Aku cacat dengan bicaraku, sedangkan wolf-ku cacat dengan penglihatannya. Aku ingin egois dengan mengatakan aku ingin yang sempurna. Namun, jika sudah telanjur seperti ini, aku bisa apa selain menerima?
Akan tetapi, kejadian barusan dan beberapa waktu lalu menyadarkanku. Di dalam diriku, entah seberapa banyak itu, menginginkan darah untuk kuhisap. Aneh. Padahal tidak ada tanda-tanda sedikit pun bahwa aku vampire. Apa yang dikatakan Daphne memang benar adanya, bahwa gen ayah mengalir di nadiku?
Dalam separuh perjalanan, genggaman tangan kami terlepas. Namun, aku dengan mudah bisa mengimbangi lari Daphne tanpa masalah. Aku bahagia mendapat fakta ini. Itu berarti, aku bisa meninggi
Aku menatap tajam pada vampire pria itu. Wajah tanpa ekspresi dengan warna kulit pucat, sangat mampu membuatku merinding. Selama aku hidup dengan paman, belum pernah aku melihat vampire dari dekat. Yah ... setelah Daphne ini, tentunya. Wanita yang mengaku kembaranku tentu tidak masuk hitungan, kan? Apa karena keturunan ibu yang seorang werewolf, hingga auranya tidak sekental Alex.“Kau mau ikut, atau tinggal di sini saja?” tanya Daphne. Wanita ini benar-benar! Aku tak bisa mengatakan seberapa jengkel hatiku padanya.“I ... kut!” jawabku lantang. Sebagai pria, aku tak ingin dianggap lemah lagi, apalagi di depan Alex. Jika tadi hanya ada kami berdua aku tak terlalu sungkan, kini keadaan berbeda. Aku tak akan pernah tahu kapan Alex menikamku dari belakang. Bagaimanapun juga, Alex seorang vampire dan aku tidak bisa percaya begitu saja. Ada banyak orang di pack yang mengatakan bahwa mereka tak bisa dipercaya.
Telinga yang seolah tuli ini, tak dapat menangkap suara apa pun. Tubuhku juga terasa lemas seperti tanpa tulang. Di sekitarku, ada Daphne yang tersenyum. Tak jauh, ada pria yang menatapku datar sejak tadi. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya, apa menjadi pelayan diharuskan tanpa ekspresi? Atau memang vampire harus bersikap begitu?Sebagai saudara, Daphne sudah keterlaluan. Dia bukannya membantuku, malah berucap yang tak bisa kudengar. Tak hanya itu, senyumannya juga membuatku muak. Hanya leher yang bisa kugerakkan, dan itu sama sekali tak bisa membantu.Benda bergerak yang kutupangi ini, membuatku semakin merasa pengap saja. Ruangnya tak luas, masih bergerak dan menjadi sandaran tubuh emasku. Aku penasaran, setelah ini aku akan berakhir di mana.“D Daph,” ucapku lirih. Entah dia mendengarnya atau tidak, aku sudah berusaha yang terbaik untuk mengatakannya. Beruntungnya, napasku sudah menjadi lebih stabil. Hanya
Rasa damai begitu kurindukan. Terakhir kali aku merasa nyaman tertidur, adalah ketika aku kecil. Tentu waktu itu sebelum Alpha mengibarkan perang dingin pada paman. Pria arogan itu membuat tidurku tak nyenyak. Akibatnya, aku tidak bisa beristirahat dengan baik.Aku masih mengingat dengan jelas awal dari semuanya. Tidak secara detail, tetapi berdasar apa yang kuketahui.Kala itu, paman dan aku yang sedang beristirahat langsung terkejut. Alpha datang dengan suara yang keras dan langsung menuding paman. Aku yang ketakutan hanya bisa memeluk tubuh tegap itu.“Aku tak menyangka jika wargaku ada yang Delta!” bentak Alpha kala itu. Aku yang saat itu masih kecil, tetnu tak bisa berbuat apa pun. Apalagi untuk sekadar memahami apa yang terjadi. Namun, telinga ini masih mendengar dengan baik. Begitu juga dengan otak yang merekam kejadian.Belakangan ini aku tahu, jika Alpha tak mengetahui status pamanku yang baru bergabung. Awalnya, paman
"Tak gagap lagi?"Aku mengangguk. Tebakan Daphne tepat langsung pada intinya. Dan aku, hanya bisa mengangguk saja untuk membalasnya. Meski aku tak mengalami kesulitan dalam berbicara, tentu aku harus tetap berhati-hati, kan?"Ada banyak hal yang tak kau ketahui tentang tubuhmu sendiri, Dav. Semua hal yang begitu disembunyikan seara apik dari hidupmu, sudah saatnya kini terkuak dan muncul ke permukaan. Kau harus tahu alasan kita berpisah. Juga, mengapa kau berakhir tumbuh di samping Paman Sean."Jadi, semua ini ada alasannya? Mengapa aku sama seklai tak tahu? Selama ini, aku kira paman sudah mengatakna banyak hal untukku. Namun, jika ditilik dari ucapan Daphne barusan, aku sekamin merasa jika tak tahu apa-apa. Sedangkan Daphne, wanita i
Amarah menguasaiku. Tiba-tiba, aku sudah mencekik leher Daphne. Kesadaran seolah timbul dan tenggelam, dan aku mencoba untuk mengendalikannya. Terasa percuma, kala tangan ini masih bertengger di leher Daphne. Vampire yang malang, aku hanya bisa berdoa agar dia selamat dari amarahku. “Kau tak akan bisa membunuhku hanya dengan ini, Dav!” Bukannya terlihat kesakitan, Daphne malah mengeluarkan senyuman liciknya. Awalnya aku khawatir, tetapi melihatnya begitu, rasa khawatir itu hilang tak berbekas. Daphne mungkin saja sudah kucekik dengan sedemikian rupa. Namun, raut wajahnya tidak berubah. Bahkan ketika beberapa waktu terlewati. Aku heran, apa cerita bahwa vampire memiliki darahnitu bohong? Padahalnaku yakin bahwa kekuatanku telah meningkat. Bukannya aku ingin melenyapkan dia, tetapi ... aku tak tahu harus berkata apa. “Bagaimana rasanya dikendalikan amarahmu?” tanyanya. Dikendalikan amarah? Apa maksudnya? “Baru seperti itu saja kau sudah tak kuat. Bagaimana dengan yang lebih hebat da
“Daph, bisakah kau membawaku dengan cara normal?” Kucoba untuk membentak Daphne, tetapi yang keluar hanya suara sumbangku lagi. Namun, tak masalah. Setidaknya aku sudah menyampaikan padaku jika aku ingin dibawa dengan baik, bukan diseret bak binatang buruan seperti ini.Aku tahu jika Daphne memiliki kekuatan yang besar. Juga, berat tubuhku yang sama sekali tidak membuatnya kesulitan. Akan tetapi, memang jika aku dibawa seperti ini, adalah sesuatu yang wajar? Aku pria dan dia wanita. Kita juga sama-sama bukan manusia, tetapi perlakuannya sama sekali sudah melewati batas.Lain kali, aku bersumpah untuk membalasnya dengan cara yang lebih kejam. Camkan itu, Daph!“Kau pantas diperlakukan seperti ini, Dav! Kau tahu, aku sudah lama menantikan hal ini.”Usai berucap demikian, Daphne berhenti melangkah. Aku sangat mengharap jika selama aku diseret dengan begitu buruk, tidak ada yang melihatku. Baik itu pelayang seperti yang menjemput kami, maupun yang tidak kuketahui. Jika dilihat dari tingka
Sebenarnya, ruangan apa ini?Begitu Daphne menutup pintunya, hanya kegelapan yang kulihat. Tak ada setitidak cahaya. Juga, aku sama sekali tak mengetahui seberapa luas ruangan ini. Kalau saja Daphne memberiku kesempatan untuk melihat keseluruhannya, mungkin akan berbeda ceritanya.Mungkin tak ada yang tahu, jika selama ini aku takut akan ruangan tertutup yang gelap. Jika sudah telanjur seperti ini, biasanya tubuhku akan merespon dengan tremor. Dengan keadaan seperti ini, aku seperti menghadapi hal yang sama untuk setiap saat, yakni membenci kelemahanku."Kau bisa memejamkan matamu, Dav."Aku terkesiap. Suara lirih ini berasal dari mana? Aku takut, tremor sudah mulai merayapi tubuhku sedikit demi sedikit, hingga sampai pada gigiku yang gemeretuk. Daphne, kau sangat tega pada kakakmu ini. Kalau saja nanti aku bisa melampauimu, aku pasti akan membalas semua ini.“Kau bisa memejamkan matamu, lalu membayangkan tempat kita bertemu dulu. Kau masih ingat, kan?” Lagi, suara bernada lirih itu m
“Sebenarnya, aku tidak bisa melakukannya sesering mungkin, Dav. Memang benar aku bisa menemui siapa pun, tetapi bukan berarti aku selalu menemui setiap orang. Kekuatanku terbatas, dan keberadaanku akan hilang nantinya,” jelas Paman Davian. Aku hanya berdecak sebal. Tadi saja beliau memamerkan hal yang begitu wah. Ternyata hal itu tak sesempurna yang sudah dikatakan. “Apa Paman ini benar-benar arwah penasararan?” tanyaku. Rasa-rasanya sangat tak tenang jika belum mengetahui yang sebenarnya. Jika benar beliau arwah pesaran, aku tak yakin untuk berani menemuinya di pertemuan berikutnya. Bukankah arwah penasaran itu awal mula dari hantu? “Dari mana pikiran picik itu berasal? Kau tidak terhasut oleh Sean, kan?” Aku menggeleng keras. Bagaimana bisa paman yang ada di kejauhan bisa dituduh? “Aku tahu, sejak dulu Sean memang tak suka padaku.” “Paman Sean tidak begitu, Paman! Beliau sama sekali tak pernah menghasutku apa pun. Anda jangan mengasumsikan hal yang tidak terjadi sama sekali!” tu