"Belum ada sayang. Ini kan aku nanya ke kamu prosedurnya seperti apa." Ia menghela nafasnya namun aku tahu persis bahwa lelaki ini tengah menutupi hal yang tidak ingin ia ku ketahui padahal sudah jelas aku membongkar semuanya tentang hubungannya dengan Tika. Kini yang menjadi sisa pertanyaan adalah, sejak kapan ia saling mengenal Tika."Oh ya sudah kalau memang belum. Nanti kita laksanakan meeting aja dari stakeholder perusahaanmu begitu juga aku. Kapan bisa selesai semuanya sayang?""Lusa sudah beres harusnya. Bisa?""Iya aman sih, aku kan tinggal kerahkan saja beberapa fungsi terkait untuk ikut serta dalam diskusi kita nanti." Terangku."Kamu udah makan siang?" Tanyanya kepadaku. "Sudah, kamu?" Tanyaku yang pura-pura tidak melihatnya pada saat jam makan siang ia justru bersama Tika bahkan sama sekali tidak memberikan sepatah kata apapun dalam pesan sebagai bentuk perhatiannya sebagai pasanganku."Sudah juga tadi.""Makan dimana dan sama siapa, sayang?"Sayangnya belum sempat lagi m
"Selamat malam istriku." Sapa Re pada saat aku sampai di dalam kamar hotel ini tepat pada pukul 7 malam.Ia terlihat sudah mengenakan piyamanya dengan rambut yang lembab pertanda ia baru selesai mandi."Iya, malam Sayang. Aku mau mandi dulu ya." Jawabku dengan singkat karena seharian sudah terlihat lelah dengan drama-drama yang terus terjadi beberapa hari ini."Tumben ini malam banget pulangnya, terus sekarang terlihat capek banget lagi, gimana kita mau main malam ini?" Tanyanya yang sedikit kecewa dengan perlakuanku karena aku sangat jelas menunjukkan kondisi tubuh yang tidak mungkin akan menuruti keinginannya malam ini meskipun tadi siang aku sudah jelas berkata bahwa akan ada sesi honeymoon malam ini."Entar aja deh ceritanya, aku mau mandi dulu." Celahku yang langsung menuju lemari kamar hotel ini. Sebelumnya aku sudah meminta kepada Tika juga untuk membelikan beberapa helai pakaian untuk ku pakai selama di hotel ini, salah satunya adalah pakaian tidur lingerie."Kamu beli lingeri
"Tika, pagi ini kamu ke kantor saya dulu ya, ada hal yang mau didiskusikan bersama pihak eksternal." Ucapku melalui sambungan telepon."Baik Bu, saya segera kesana." Jawabnya."Iya, tolong siapkan juga profil perusahaan ya nanti untuk saya presentasi.""Baik Bu." Setelahnya ia langsung menutup teleponku.Lalu, aku bersiap-siap untuk agenda padat hari ini yakni rapat antar perusahaan bersama Re dan juga agenda interview bersama Cessi yang harus pindah ke kantor satunya lagi. Untuk hari ini, sengaja aku menggunakan ojek online sebab agar lebih mobile aja dibandingkan aku harus menyetir sendiri dengan kondisi hati yang masih berantakan ini.Selang tiga puluh menit, aku sampai di kantorku. Semua karyawan yang baru berdatangan tidak segan untuk menegur dan menyapaku selamat pagi di hari yang baru ku mulai ini."Pagi Bu Laila." Celetuk Mbak resepsionis yang sejujurnya aku pun tidak semua nama akan ingat dalam memori kepala ini. Ya sewajarnya manusia lain, aku hanya mengingat beberapa nama y
"Oke, jadi kesimpulannya kami sebagai perusahaan yang bergerak di bidang konveksi berkeinginan besar untuk melakukan merger kepada perusahaan Ibu Laila. Mohon untuk mempertimbangkan pengajuan kami ini." Tutup Re di meeting kedua belah pihak perusahaan ini."Oke kalau seperti itu, dokumen perusahaan akan kami tinjau terlebih dahulu bersama tim legal dan juga asisten saya." Aku menunjuk Tika yang berada diseberang sana tentu saja sedari tadi aku memperhatikannya yang tengah melihat suamiku dengan detail sedari tadi. Memang benar bahwa orang yang sedang jatuh cinta akan mudah terlihat dengan jelas, entah darimana mereka mulai hubungannya, namun kini aku sudah mulai tidak bisa untuk bersikap baik-baik saja.Setelah forum perbincangan ini selesai, aku bertemu dengan suamiku sementara Tika terpaksa harus keluar untuk mengantar tamu eksekutif lainnya."Re, kamu pulang duluan aja. Masih ada beberapa hal yang mau aku urus dulu nih." Ujarku."Oke sayang, jangan lama ya. Ingat kali ini kita haru
"Kak, dimana? Sepertinya hubungan mereka sudah kelihatan di muka umum banget." Terdengar jelas suara adik tiriku yang tengah mengkhawatirkan kondisi dan situasiku saat ini."Aku lagi di rumah sakit. Nanti aku respon ya Nia..." Balasku lirih sebab benar saja perutku terasa amat sakit saat ini."Ha? Ada apa? Di rumah sakit mana?" Aku berikan ponsel ini kepada Andrew yang masih berada disampingku, sepertinya ia juga paham apa yang harus ia lakukan pada saat harus memberikan jawaban kepada adik tiriku ini tentang kondisiku yang amat tidak memungkinkan untuk menjawab pertanyaan yang amat panjang.Aku menghela nafas, mencoba pelan-pelan mengatur hembusan nafas dengan pelan. Berusaha berpikir semuanya akan baik-baik saja meskipun nyatanya tidak ada satupun hal baik yang bisa ku terima saat ini. Kegagalan rumah tangga sudah jelas terbaca, belum lagi kabar hamil ini yang membuatku tidak bisa berpikir jernih, entahlah seolah dewi fortuna tidak pernah berpihak kepadaku sekalipun."Udah lo istir
"Gue harus segera menyelesaikan ini semua, Drew""La, lo rela kehilangan sebagian harta perusahaan ini demi keinginan lo itu?" Jelas saja si penanggung jawab perusahaan tak tinggal diam untuk kemungkinan kerugian yang akan aku buat."Gak ada pilihan, jika tidak dengan cara approval merger ini, tentu aku gak akan tahu apa yang sebenarnya Renald dan Tika mau, kan?" Seolah negosiasi antara CEO dengan pengatur perusahaan yang bisa dibilang ini adalah ide gilaku untuk menghancurkan perusahaan sendiri demi ego."Gila, gue gak akan izinin lo buat bangkrut perusahaan lo sendiri lah. Pasti ada cara lain Laila, gak harus lo mempertaruhkan nama perusahaan." Tetap saja pria ini kekeh dengan pendiriannya.Aku terdiam, sejenak berpikir dengan semua skenario gila dan nekat yang bersumbu di dalam kepala ini. Jika saja tidak ada Andrew yang begitu paham dengan aku, mungkin sudah dengan mudah aku mempertaruhkan keberadaan perusahaan ini."Dan jika bokap lo tau juga, dia gak akan diam La. Coba deh berpi
"Lo kok gak cerita sama gue kalo mau datang kesini, Drew?" Ucapku tengah mengambil jus jeruk yang berada di kulkas."Memang harus banget gue ngabarin lo?" Ia tersenyum dan menyentuh tangannya ke lenganku."Gue serius Drew, jangan bercanda!" Ucapku ketus."Ya gue juga serius Laila. Kebetulan aja tadi nyokap random ngajak ke rumah lo, yaudah gue turutin tanpa cerita panjang lebar tentang lo sekarang.""Nyokap gue kayanya kecewa banget sih tau lo udah nikah sama yang lain....." Tambahnya.Sejenak aku terdiam, entah bingung juga harus meresponnya seperti apa, sebab ya benar saja dari dulu mama Andrew begitu sayang denganku, lalu kami loss contact semenjak ia sibuk berbisnis di Amerika."Lo mau ngobrolin masalah merger ke bokap?" Andrew mengalihkan pikiranku. Seolah ia tahu persis aku bingung merespon obrolan tadi."Niat awalnya sih iya......""Lo didesak sama Renald?"Lagi dan lagi dia tahu persis apa yang tengah terjadi."Lo bisa baca pikiran gue?" Aku melalakkan mata."Laaa, bahkan oran
"Orang tua kamu sama sekali gak bisa di video call?" Ucapku yang baru terbangun dari rasa mual semalaman."Mereka gak ngerti pakai smartphone sayang. Kan sudah sering juga telfon biasa, aku juga udah tunjukkin wajah mereka ke kamu juga." Re dengan santainya menjawab sembari mengetak ngetik gawai yang sedari tadi ada di tangannya."Hari ini ke rumah mereka ya." Pintaku masih menatap kesibukan Re."Iya, kamu bangun dulu, mandi dulu, sarapan dulu."Ia beranjak dari tempat tidurnya, meletakkan ponsel pada charger dan bergegas keluar dari kamar tidur entah menuju kemana."Sampai kapan aku terus menjadi orang bodoh baginya?" Batinku.****Perjalanan yang cukup jauh ini sebenarnya membuatku beberapa kali khawatir dengan kondisi tubuh yang kini sedang mengandung. Meskipun Re belum tau fakta sebenarnya tentang anak ini, biarlah cukup aku dan Andrew dulu saja yang tau tentang kondisiku, karna aku masih ingin melihat hal apalagi yang Re la