“Raksha!”Sena datang menghampiri Raksha sambil tersenyum. Raksha sempat termenung melihat wajah Sena yang tampil lebih seksi karena penuh dengan keringat. Namun dia mendehem untuk menepis dorongan yang dia rasa aneh itu.“Hai, Sena. Ajian pembentuk senjata suci-mu tadi bagus.” puji Raksha.“Tahu darimana?” tanya Sena balik.“Aku mendengar Guru Harsa memujimu.”Sena terkekeh. Dia menyikut lembut Raksha. “Kamu juga dipuji Guru Harsa, kan? Aku dengar kok. Kamu bahkan sudah mencapai tingkat ksatria!”Raksha hanya mengangkat bahu sambil tersenyum sekilas. Dia tahu latihannya bersama Sena selama satu bulan terakhir membuahkan hasil.Terlepas dari itu, Raksha merasa bahwa dia bisa mencapai tingkatan kanuragan Senjata Suci yang cukup cepat dibandingkan yang lainnya karena dia dibantu oleh Kanuragan Ozora. Dia sebenarnya kagum dengan bakat Sena dan Baswara yang hampir mengimbanginya.“Ini semua berkat latihan bersama kita selama satu bulan terakhir, Sena. Terima kasih ya.” Raksha melanjutkan
“Raksha, kamu tidak apa-apa?”Sena buru-buru menghampiri Raksha. Raut mukanya masih menampikkan kecemasan. Dia mengamati dari ujung kepala hingga ujung kaki Raksha, tetapi tidak sedikitpun ada luka yang dia duga sebelumnya.“Tidak apa-apa. Kamu belum makan?” tanya Raksha santai.“Apa yang terjadi dengan Baswara?” Sena masih penasaran.“Dia masih di luar di saung dengan anak buahnya.”Sena diam sejenak untuk berpikir. Dari gelagatnya, dia tahu kalau Raksha tidak memilih untuk tunduk pada Baswara seperti yang dia duga sebelumnya. Namun hal itu belum menghilangkan kekhawatiran dalam hatinya. “Apa yang kamu lakukan kepada mereka?”“Sedikit usil. Sudah, jangan dipikirkan. Ayo makan.”Raksha meninggalkan Sena yang masih gelagapan dibelakangnya. Dia mengambil piring dan daun pisang yang sudah tersedia di meja lalu mengambil nasi dan lauk yang dia rasa cukup.Masih banyak yang ingin Sena tanyakan, tetapi dia tidak bisa menahan rasa laparnya. Dia pun ikut mengambil nasi dan lauk dibelakang Rak
“Ujian minggu depan akan sulit.” Gala memulai pembicaraan seraya melahap pisangnya.“Kau tahu apa yang akan diujikan minggu depan?” tanya Sena penasaran.Gala memandang sekitar, memastikan tidak ada yang mengamati mereka, lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke Sena dan Chayla. “Ya, kudengar ujiannya adalah mengambil liontin perak di hutan Dharmawangsa.” Bisiknya pelan.Chayla dan Sena yang mendengarnya mendadak terbelalak. Berbeda dengan Raksha yang tampak bingung.“Mengambil liontin di hutan? Hanya itu ujiannya?” Raksha masih tidak percaya.“Liontin itu bukanlah liontin biasa, Raksha. Liontin perak itu adalah milik Pendekar Pedang Cahaya yang meninggal di hutan.” Chayla menjelaskan.“Pendekar Pedang Cahaya tentunya tidak mati tanpa sebab di hutan Dharmawangsa, kecuali mereka diserang oleh para siluman yang menempati hutan itu. Ketika Pendekar Pedang Cahaya meninggal, Kanuragan Khsatriyans yang masih bersemayam dalam tubuhnya akan terkumpul dan membentuk liontin perak yang tertanam
“Dulu aku ingat kau hendak menjadi prajurit untuk mengangkat martabat keluargamu, Chayla.” hibur Raksha di tengah perjalanannya menyusuri hutan. “Menurutku itu tujuan yang mulia. Kau harus bangga akan pilihanmu ini.”Chayla menatap Raksha lalu tersenyum lirih. “Benarkah?” tanyanya memastikan.“Ya, kau pernah cerita kalau kau adalah anak paling tua di keluargamu. Aku salut dengan kedewasaanmu.”Chayla menundukkan wajahnya yang memerah malu. Senyumnya merekah, menggantikan ekspresi muram yang semula terpahat di wajahnya.“…tapi aku sadar kalau aku masih jauh apabila dibandingkan denganmu dan Sena. Rasanya seperti langit dan bumi.” Chayla menghela napas.“Sudah kubilang, jangan memikirkan orang lain. Fokus pada dirimu.”“Y-ya, kau benar, Raksha.” Chayla membenarkan dengan senyum kikuknya.Tak terasa, bandul perak yang Chayla genggam kala itu berdenging kian keras. Chayla dan Raksha tahu kalau itu adalah tanda liontin perak yang mereka incar semakin dekat.Percikan suara air sungai yang t
“Siapkan perisai dan rantai! Biar aku yang penggal kepalanya!”Teriakan Baswara membangkitkan semangat tarung kelima anak buahnya yang sempat gentar melihat sosok Raksha yang kini menyerupai prajurit arwah yang berzirah lengkap. Dua anak buahnya dengan cepat memendarkan cahaya Kanuragan Khsatriyans di tiap lengan mereka sehingga membentuk perisai yang kokoh. Di saat yang sama, tiga anak buahnya mengubah bentuk cahaya perak di lengan kanan mereka menjadi rantai. Hanya Baswara yang membentuk cahaya Kanuragan Khsatriyans di lengan kanannya menjadi golok sakti.Raksha reflek menunduk rendah ketika rantai perak musuhnya yang hendak melilit tubuhnya itu datang. Dia langsung menerjang untuk membalas. Namun dua anak buah Baswara langsung berembuk rapat sambil mengangkat perisai mereka.Baswara yang semula percaya diri mendadak merinding takut ketika perisai anak buahnya itu sontak luluh lantak di cakar oleh Raksha. Perisai perak sekelas pendekar muda tidak akan kuat menahan cakar siluman hari
“Kemana, Raksha?”Pertanyaan itu berulang kali terngiang di benak Sena. Dia, Gala dan sebagian besar prajurit pemuda sudah menyelesaikan ujiannya dengan baik tanpa perlu menghadapi siluman sesuai dengan strategi yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun tim Raksha dan tim Baswara belum tiba di padepokan.Para prajurit Kanezka dan guru pendekar muda sempat cemas karena ada peserta, terutama Baswara, belum kembali. Besar kemungkinan mereka diserang siluman. Sebelum malam tiba, guru Chandra, guru Harsa, dan prajurit Kanezka berangkat ke hutan untuk mencari tim Raksha dan tim Baswara. Sayangnya, sampai malam ini, belum ada kabar.“Raksha, ayolah. Kamu tidak mungkin gagal hanya karena ujian sepele seperti ini. Aku tahu kamu bisa membimbing Chayla.”Sena kembali uring-uringan. Entah sudah berapa lama dia mengetuk meja dengan jarinya karena kecemasan yang melanda hatinya.“Kuharap tidak terjadi apa-apa terhadap mereka.” Gala mencoba menghibur.“Ya, mereka pasti kembali.”“Prajurit Kanezka dan
“Hahahahaha! Gembel tua! Bagaimana bisa?!” tawa Baswara menggaung. Tatapan angkuhnya tertuju pada Raksha.Di tengah kekalutan pikirannya, Raksha yang mendengar tawa meremehkan Baswara kala itu mendadak terjerumus dalam kebencian dan kemarahan yang luar biasa. Keinginan membunuh keluarga pancaka yang satu ini sontak membeludak dalam hatinya.“Hah, si gembel tua masih hidup ternyata! Lihatlah semua! Lihat bagaimana si gembel ini melukai temannya sendiri! Dia bahkan tidak bisa dipercaya untuk menjaga kerabatnya sesama Pendekar Pedang Cahaya! Aku yakin temannya itu menjadi korban serangan siluman karena kebodohannya!” ejek Baswara keras.Para pendekar muda dan prajurit Kanezka langsung percaya dengan seruan Baswara. Tatapan mereka pada Raksha kala itu tampak sinis.“Gembel tua terkutuk! Kau hanyalah benalu! Kau hanya bisa membuat kekacauan di padepokan ini! Harusnya kau malu!” sentak Baswara memojokkan Raksha.Raksha tidak habis pikir dengan keangkuhan Baswara. Walau dia dan anak buahnya
“Maaf, Yang Mulia. Sampai saat ini kami tidak menemukan jejak terkait Pendekar Dunia Arwah yang mengendalikan Siluman Srigala di lembah ini.”Salah satu prajurit arwah Raksha melaporkan hasil pengamatan terbarunya yang nihil seraya duduk bersimpuh di hadapan tuannya. Kesembilan prajurit arwah lainnya yang bersimpuh mengitarinya pun melaporkan kenihilan yang sama.“Apa ada hal lain selain itu?” tanya Raksha masih tidak puas.“Ya, Yang Mulia.” Salah satu prajurit arwahnya menyambut, “Kami menelusuri jejak jenazah kandidat pendekar yang tewas di lembah ini karena serangan siluman srigala saat ujian kandidat pendekar sebelumnya. Hasilnya, tidak ada jenazah yang tersisa.” lanjutnya.“Tidak ada? Maksud kalian jenazah itu menghilang tanpa jejak? Semua jenazah yang dikuburkan itu?” tanya Raksha lebih spesifik.“Ya, Yang Mulia. Tidak ada jejak penggalian kuburan atau tanda-tanda kalau mayat itu terurai.”“….berarti mereka dibangkitkan menjadi prajurit arwah oleh Pendekar Dunia Arwah yang kita