Lyra merasa kesal saat Teresa meninggalkan tempat bersama beberapa teman yang ikut bersamanya, setelah membasahi tubuhnya dengan minuman. Arga mengabaikan Teresa yang mencoba untuk mempermalukan Lira di depan semua tamu restoran. "Lyra, biar aku membantumu untuk membersihkannya?" tawar Arga yang berjalan mendekat. Namun, segera di cegah oleh Lyra yang menolak bantuannya. "Tidak perlu pak, Arga. Aku baik-baik saja," Lyra tidak ingin dikasihani apa lagi yang terjadi saat ini sudah membuatnya menjadi pusat perhatian sama orang.Entah apa yang dipikirkan orang tentangnya. Namun, semua mata yang melirik ke arahnya memberi tatapan menjemur membuat Lira hanya dapat menggigit bibirnya sembari menundukkan wajahnya memperhatikan penampilannya.Teresa yang melihat penampilan Lyra, begitu menyedihkan sama sekali tidak dia peduli, sebelum keluar dia sempat melontarkan beberapa sindiran kepada, Lyra."Itu pelajaran untukmu karena mencoba untuk mendekati tunanganku. Lain kali jika aku melihatmu ma
"Jika anda menganggapnya seperti itu, Tuan. Aku hanya meminta anda untuk keluar meninggalkan kamarku," pinta Lyra, yang membuat wajah Max berubah suram."Tetapi aku tidak ingin Lyra, lagi pula ini adalah kamarku atas dasar hak apa Kamu mengusir keluar," Max seolaj tidak peduli dengan pengusiran Lyra padanya, dan tetap mempertahankan posisinya yang ingin tetap berada di dalam kamar Lyra. Lagi pula Max datang karena ingin memberi penjelasannya kepada Lyra. Namun, Lyra malah memintanya untuk keluar meninggalkan kamarnya.Lyra mengangkat tatapannya memandang Max yang berdiri di belakangnya. "Tentu saya keberatan tuan, lagi pula saya juga tahu jika ini adalah apartemen milik anda, tetapi saat ini, kamar ini adalah milik saya jadi tidak ada yang salah jika saya meminta kepada anda untuk keluar meninggalkan kamar saya.""Kamu..." Max tidak bisa menyembunyikan kemarahannya menatap Lyra, yang berada di depannya.Lyra melanjutkan kembali ucapannya. "Seharusnya anda tidak datang dan mengganggu
Jennifer memilih untuk tidak berdebat lagi dengan Max, tetapi bukan berarti dia akan menuruti perintah Max yang memintanya keluar dari dalam kamar, Lira. "Baiklah Max, aku tidak akan mempermasalahkan itu lagi, Max. Tetapi aku memintamu kepadamu untuk keluar meninggalkan kamar wanita ini. Lagi pula untuk apa kamu tetap berada di sini Max? Bukankah lebih baik kita kelyar dan melanjutkan kegiatan panas kita yang sempat tertunda karena kehadirannya," tunjuk Jennifer pada wajah Lyra yang berdiri diam sedari tadi memandang ke arahnya.Entah apa maksud dari tatapan Lyra kepadanya. Namun, Jennifer yang melihatnya semakin merasa kesal, melihat pandangan Lyra, seolah bertingkah berani di kepadanya.'Berani-beraninya pelayan rendah ini menatapku,' geram Jennifer. Namun, tidak berani mengatakannya tepat di depan Max."Jennifer!!" geram Max, saat melihat Lyra kembali mengungkit perbuatan mereka yang membuat keadaan seperti saat ini.Max memijat pelan keningnya merasa pusing, mendengar perkataan J
Max memilih untuk keluar menemui sahabatnya di cafe guna menghindari perdebatanya dengan Jennifer. Dirinya merasa lelah, entah mengapa perdebatanya dengan Jennifer serasa menguras banyak tenaganya, dan saat kepulangan Lyra melihat apa dia tengah lakukan dengan Jennifer membuatnya sedikit merasa tidak nyaman."Ada apa, Max? Kenapa wajahmu terlihat muram seperti itu?" Diego mengeritkan dahi melihat sikap berbeda sang sahabat yang tidak seperti biasnya.Rio ikut melirik ke arah Max. "Sepertinya sesuatu sedang terjadi dengan hubungan, Max. Apa mungkin itu ada hubungannya demgan Jennifer dan pelayan itu?" tanya Rio membuat Max mendelik kesal. "Kalian berdua berhenti menduga-duga. Lebih baik kalian memesan minuman yang dapat membut sakit kepalaku menghilang." keluh Max terdengar kesal. Rio dan Diego saling menatap mendengar perkataan Max. Dimana Rio kemudian memberi isyarat mata kepada Diego untuk bertanya yang di balas Diego dengan mengedipkan bahunya."Dasar!"Melihat Diego tidak ingin
Lyra, yang sedang mengerjakan pekerjaan di dapur, terkejut mendengar suara pintu apartemen Max dibuka. Max berjalan pelan menghampiri Lyra didapur. "Lyra, apa yang kamu buat?" tanya Max, menoleh ke arah masakan yang sedang di buat Lyra.Di sana ada beberapa bahan masakan yang sedang dibuat oleh Lyra. Max melihatnya sedikit tersenyum tipis di wajahnya dam kembali menatap ke arah Lyra yang terlihat diam mengabaikannya.Lyra tidak tahu apa tujuan Max menghampirinya, saat sebelumnya mereka memiliki sedikit perselusihan. Namun, mengingat statusnya yang masih merupakan seorang pelayan, Lyra dengan enggan membalasnya."Ada apa, Lyra? tanya Max kembali, saat melihat Lyra masih belum menjawab pertanyaannya.Lyra terdiam sesaat sebelum membalas pertanyaan Max. "Makan malam, Tuan. Saya baru saja akan menyajikannya," balas Lyra tanpa menolehkan tatapannga melirik Max, Lyra hanya terus mengerjakn pekerjaanya.Max melihat Lyra yang tidak ingin melihatnya membuang nafas berat. "Lyra, ada yang ingi
Lyra bangun dipagi hari dan mempersiapkan sarapan pagi untuk Max, Matanya melirk ke arah jam yang ada di ponselnya melihat jika tidak lama lagi dirinya harus berangkat bekerja, segera Lyra mempercepat pekerjaannya.Saat tengah mempersiapkan sarapan, ingatannya kembali saat Max datang menghampirinya di dapur. Namun, bukan kejadian di mana Max datang menghampirinya yang buat Lyra kembali mengingatnya, melainkan saat di mana Jennifer ikut datang dan memberinya tatapan tidak suka dan meminta kepada Max untuk mengusirnya keluar dari apartemen. Lyra tidak tahu apa yang terjadi setelahnya dengan Max bersama dengan Jennifer, saat itu dirinya memilih untuk menghindar meninggalkan dapur tidak ingin ikut terlibat dalam perdebatan Max bersama dengan Jennifer.Namun, Lyra juga merasa lega dengan kedatangan Jennifer sehingga semalam Max tidak datang dan mengganggu tidurnya.Lyra tidak membuat banyak hidangan hanya beberapa sarapan yang disukai oleh Max yang Lyra buat. Segera Lyra menatanya dan mem
"Max, apa kamu bisa membawaku ikut ke perusahanmu, aku sedikit malas untuk tinggal sendirian di apartemen, Max," Jennifer yang duduk diatas tempat tidur memandang Max yang sedang merapikan penampilannya.Max melirik ke arah Jennifer dengan tatapan kesal. Namun, dirinya tidak mengatakan apapun, melihat itu Jennifer menggulurkan tangannya meraih Max yang berdiri di tidak jauh darinya. "Max, ayolah ajak aku untuk ikut ke perusahaanmu, aku merasa bosan jika harus sendirian di sini, Max," bujuk Jennifer kembali, namun kali ini Max segera menepis tangan Jennifer yang sedang meraih pakaian yang dia kenakan."Jennifer kamu tahu jika aku tidak bisa membawamu ke perusahaan bersamaku, di sana aku akan bekerja dan bukan untuk liburan ataupun menemanimu untuk bersantai, jadi mengertilah dan jangan meminta untuk aku mengajakmu ke sana," kekuh Max dengan jelas berharap setelah dia mengatakannya, Jennifer kekasihnya akan mengerti. Namun, sepertinya Jennifer tidak peduli sama sekali dengan penjelasan
Damian tidak lagi bertanya kepada Jennifer dan hanya melirik ke arah Lyra, sembari menyebutkan pesanan yang ingin dia inginkan.Damian ke mudian menoleh melihat Jennifer yang masih diam membungkam mulutnya."Jennifer," segera Damian memanggilnya yang membuat Jennifer menoleh mendengar panggilan Damian, yang membuatnya menatap tanya Damian. "Ada apa?" tanya Jennife dengan keluhan terlihat di wajahnya, yang tersenyum melihat raur wajah Jennifer."Jennifer, apa kamu tidak ingin memesan, pelayanan sudah menunggumu untuk mendengar 'kan pesananmu," ucap Damian, dimana Jennifer segera meletakkan ponselnya, sesaat diam tetapi sama sekali tidak ingin melirik ke arah Lyra yang berdiri diam di sampingnya.Setelah melihat beberapa tulisan menu yang tertera, Jennifer akhirnya memutuskan untuk kembali meletakkannya dan menatap Damian. "Aku akan memesan makanan yang sama denganmu," ujar Jennifer, kemudian kembali memainkan ponselnya. Lyra yang berdiri mendengarkam segera mencatatnya sebelum mening