"Lyra..." sekali lagi, Max memanggil Lyra yang mana hanya berdiri diam memandang ke arahnya.Saat melihat Max hendak berjalan menghampirinya, Lyra memilih untuk segera berbalik mengabaikan Max, untuk segera menyebrang jalan. Namun, Max segera menahan lengannya."Tuan muda Max, tolong lepaskan," ujar Lyra saat lengannya ditahan kuat oleh Max.Namun Max malah menguatkan cengkramannya, dan terlihat tidak ingin melepaskannya."Lyra, kenapa kamu berusaha untuk menghindari ku?" tanya Max, melihat wajah Lyra yang sama sekali tidak ingin menatap ke arahnya.Max benar-benar pusing melihat sikap Lyra yang semakin berani dan semakin ingin menjauhinya, membuatnya berpikir untuk mencari alasan agar dapat membuat Lyra tetap di samping.Lyra yang berusaha untuk terlepas dari Max, berusaha memberontak. Namun, sama sekali tidak membuat Max ingin melepaskannya, melihat itu Lyra berbalik dan menoleh menatap wajah Max yang berdiri sembari menahan kuat lengannya. "Tuan muda Max, tolong jelaskan apa yang a
Max menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Barisan pesan dari Jennifer terus bertambah, tapi dia memilih untuk mengabaikannya. Mereka baru saja bertengkar hebat, dan hatinya masih dipenuhi oleh amarah dan kekecewaan.Pertengkarannya beberapa hari lalu bersama dengan Jennifer di apartemen miliknya, membuat Max memutuskan untuk tinggal selama itu di perusahaan, sembari menenangkan pikirannya.Max beberapa kali mengabaikan panggilan masuk di ponselnya, di mana semua panggilan masuk berasal dari Jennifer yang terus menghubunginya, namun tidak satupun panggilan dari Lyra yang selama ini diharap Max untuk menghubunginya.Mas coba berpikir apa yang sedang dilakukan di Lyra saat ini, mengingat tidak ada satupun panggilan dari Lyra untuk menanyakan kabarnya.Sepertinya Lyra tidak peduli dengan kepergiannya, memikirkan itu membuat Max tersenyum mengejek dirinya sendiri.Di satu sisi Max memikirkan masalahnya dengan Jennifer, namun di sisi lain Max juga mengingat jika Lyra yang pasti kemb
Jennifer mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Damian, meminta Damian untuk bertemu dengannya malam ini.Lagi pula Max juga tidak peduli denganku, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu dengan Damian, dia pria yang bisa menghiburku dalam kesendirianku."Setelah mengirim pesan kepada Damian, Jennifer kemudian berjalan keluar menunggu taksi yang akan mengantarnya ke apartemen tempat dirinya akan bertemu dengan Damian.Pada suatu malam yang mendung, Jennifer melangkah dengan langkah gemetar menuju apartemen Damian. "Sial, dingin sekali," Jennifer menggerutu, niatnya yang memilih berpakaian terbuka bermaksud ingin menarik perhatian Max, malah mendapat penolakan saat Max sama sekali tidak peduli dengannya."Jika aku tahu Max tidak akan tertarik dan menolakku, aku tidak akan memakai pakaian tipis seperti ini," grupnya dengan kesal sembari berjalan kedinginan menuju apartemen milik Damian.Hati kecilnya memberontak, tapi ketertarikan akan keberanian membuatnya tetap melanjutkan
Max yang sebelumnya mengetahui keberadaan Jennifer yang berada di apartemen Damian tanpa menunda langsung menghampiri Jennifer. Max nenahan amarah saat melihat sikap wanita yang selama ini menjadi kekasihnya. "Jennifer! Apa yang kamu lakukan di sini?!" teriak Max, matanya memancarkan kemarahan. Sedangkan Jennifer diam dengan ketakutannya. Max menggertakkan giginya marah tidak menyangka Jennifer bisa menyelingkuhinya. Max selama ini mengira jika Jennifer sangat mencintainya, sehingga tidak pernah sedikit pun terbersit dalam pikirannya, jika dia akan melihat Jennifer dengan pria lain.Damian, memicingkan mata dengam seringai mengejek diwajahnya. Jennifer menatap Max dengan ketakutan. "Max, aku... aku bisa menjelaskan—" ucap Jennifer yang sedikit banyak terpengruhi oleh minuman beralkohol.Namun, Max sudah tidak mendengarkan. Dia melangkah mendekati Jennifer dengan langkah panjang, wajahnya memerah oleh kemarahan. "Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak lagi bertemu dengan Damian, tap
Bukan hanya Max yang terkejut, Namun Damian juga ikut penasaran dengan apa yang dimaksudkan oleh Jennifer, Damian masih belum mengerti arah pembicaraan Jennifer, yang tanoa sungkan mengatakan perihal hubungannya bersama dengan Max.Sedangkan Jennifer yang tidak menyadari sikapnya itu bisa membuat kebohongan selama ini dia sembunyikan terkuak di depan Max."Tidakkah kamu menyadari itu Max?" Jennifer menoleh menatap Max dengan tatapan mengejek."Aku membohongimu dan membodohimu selama ini. Semua itu aku lakukan hanya untuk menjadi pacarmu, hahaha!" Jennifer terbahak. Memikirkan jika kebohongan yng dia ciptakan selama beberapa tahun ini dapat membuat Max menjadikannya kekasihnya.Max yang tidak menyangka dengan ucapan Jennifer, tentu saja sangat terkejut mendengarnya. "Apa yang kamu katakan, Jennifer?!" teriak Max, terkejut dengan ucapan Jennifer. Max tidak menyangka jika Jennifer akan mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.Jennifer yang kesal dengan bentakan yang
Max memutuskan untuk mengambil langkah berani. Dengan hati yang berdebar, dia menghubungi asisten pribadinya, Marco, untuk meminta bantuan dalam menyelidiki kejadian tragis yang terjadi tiga tahun lalu.Saat itu mobilnya terbakar dan dia diselamatkan oleh seseorang yang misterius. Selama ini, Max telah yakin bahwa penyelamatnya adalah Jennifer. Namun, kebenaran ternyata jauh dari apa yang dia kira.Butuh beberapa saat sebelum panggilannya terhubung."Marco," panggil Max dengan suara tegang melalui telepon, "aku butuh bantuanmu. Aku ingin kau menggali lebih dalam mengenai kejadian mobilku yang terbakar tiga tahun lalu." Max tidak banyak memiliki ingatan saat kejadian 3 tahun lalu, , yang dia tahu dirinya hanya mengetahui saat dia hampir menyerah seseorang misterius datang dan menyelamatkannya menariknya keluar sebelum mobilnya meledak dan terbakar habis.Namun Max memiliki ingatan yang samar, jika sosok misterius menyelamatkannya tidak ada lain adalah seorang wanita, namun Max tidak da
'Lyra'. Nama itu membuatnya terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat. Namun Max merasa tidak asing dengan nama itu."Lyra?" ulangnya, mencoba memahami makna di balik nama itu.Marco mengangguk. "Ya, Lyra. Dan, Max, ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu." Ujar asisten Marco kembali menyela Max, yang mencoba mengetahui sosok Lyra yang telah menolongnya.Max menatap Marco dengan penuh ketegangan, meminta Marco untuk melanjutkan."Tuan Max, Ceritanya semakin rumit. Saat aku menyelidiki lebih lanjut, aku menemukan sebuah foto. Foto itu menampilkan Lyra, dan...," Marco berhenti sejenak, memilih kata-kata dengan hati-hati. Tidak tahu apa yang dia katakan ini akan membuat Max mungkin saja tidak menyadari apa yang telah dia lakukan selama ini.Max mengerutkan dahinya dengan nada mendesak. "Dan apa, Marco? Apa yang ada dalam foto itu?" tanya Max, semakin penasaran.Marco menunduk dengan perlahan mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto itu didepan Max. Max duduk melihat gambar yang ditun
Saat langit malam menutupi langit dengan keindahannya, Max duduk di kursi balkonnya, membiarkan angin malam menyapu wajahnya. Dia merenung dalam-dalam, mencoba menyusun kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan penyesalannya kepada Lyra, istrinya yang telah lama terlupakan."Lyra," gumam Max, suaranya terbawa angin malam yang dingin. "Aku sungguh menyesal."Dia berbicara pada bayangan Lyra yang menghiasi pikirannya, mencoba mengekspresikan penyesalannya yang dalam. Meskipun Lyra tidak berada di sana, tetapi Max merasa bahwa dengan berbicara, dia bisa memberikan rasa lega pada hatinya yang terbebani."Selama ini, aku telah memperlakukanmu dengan tidak adil. Aku membencimu tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Aku menyalahkanmu atas segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan kita, padahal seharusnya aku yang lebih bijak," lanjut Max, suaranya penuh dengan penyesalan yang mendalam.Dia mengusap wajahnya, mencoba menahan air mata yang ingin pecah dari matanya. Bagaimana mungkin dia te