Rafael tiba di rumah dan melihat Kirei sedang meringkuk di dalam kamar, seketika rasa panik kembali menyerbunya.
“Kirei? Kamu masih ngerasa nggak enak badan?”
“Aku mual lagi!”
“Mau aku buatin sup hangat lagi?”
“Nggak mau! Aku mau tidur!”
“Apa yang udah kamu makan seharian ini?”
“Roti!”
“Ya ampun! Ini udah jam 4 sore dan kamu baru makan roti?”
“Aku nggak bisa makan nasi. Rasanya mual kalau liat nasi.”
‘Kenapa liat nasi bisa mual sih? Emangnya dikasih nasi basi? Gak mungkin kan?’ batin Rafael tidak habis pikir dengan ucapan aneh istrinya!
“Ya udah gak usah makan nasi. Tapi aku bikinin kamu sup lagi kayak kemarin. Perut kamu harus diisi meski cuma sedikit, Baby.”
“Hmm!”
Rafael keluar kamar setelah sebelumnya mengantongi ponsel, hendak meminta dokter pribadi keluarganya seja
“Kirei hamil, Mom! Kami mau jadi calon orangtua,” jawab Rafael dengan wajah sumringah. Tampak jelas kalau dirinya sangat amat bahagia dengan kehamilan Kirei.“Serius? Kamu gak lagi ngerjain Mommy kan?”“Nggaklah, Mom! Dosa. Tanya Kirei aja kalau nggak percaya!”“Serius, Kirei?”“Iya, Mom.”“Syukurlah! Akhirnya sebentar lagi Mommy punya cucu! Sudah berapa minggu?”“Jalan 6 minggu, Mom!”“Masih begitu muda jadi kamu jangan terlalu lelah ya. Rafael, ingat harus bisa jaga istri kamu!” tegas mommy Carol sambil mengusap rambut Kirei dengan lembut. Tampak jelas kalau mommy Carol begitu bahagia dengan berita kehamilan menantunya.“Iya, Mom.”Rafael menoleh ke sekeliling ruang tamu dan bertanya heran,“Daddy dan Rey dimana, Mom?”“Sebentar lagi juga turun.”Benar saja, baru juga
Kirei menuju rumah sakit untuk melakukan check up rutin. Dirinya sudah janjian dengan Rafael yang menunggu di ruangannya. Meski awalnya Rafael mengatakan mau menjemputnya di rumah tapi Kirei melarangnya.Untuk apa? Bukankah seperti orang bodoh jika harus bolak balik seperti itu? Sudah jelas-jelas suaminya bekerja di rumah sakit ini! Jadi lebih baik Kirei langsung datang kesini dengan diantar supir. Lebih efisien waktu!Kirei sedang berjalan menuju ruangan Rafael saat suara suster yang bergosip kembali menerpa telinganya. Rasa was-was kembali hadir dihatinya.“Istri dokter Rafael di usia semuda itu sudah langsung hamil, apakah dia sengaja melakukannya untuk mengikat dokter Rafael agar tidak pergi meninggalkannya?”Itulah kalimat pertama yang Kirei dengar!“Mungkin saja! Jika tidak begitu kemungkinan besar dokter Rafael pasti akan mencari wanita yang lebih cantik dan lebih sederajat dengannya.”“Kalian bisa gak si
Rafael melangkah dengan tidak sabar menuju ke ruangan daddy Rayhan. Mengetuk pintu sekali dan langsung masuk meski belum dipersilahkan, kening daddy Rayhan mengerut bingung saat melihat wajah putra sulungnya yang tampak begitu marah.“Ada apa, Rafa?”“Aku akan panggil suster Dessy dan suster Indri ke ruangan ini besok.”“Apa lagi yang mereka lakukan kali ini hingga membuat kamu begitu gusar?”“Mereka kembali menjelek-jelekkan Kirei lagi dan sialnya Kirei mendengar ucapan mereka untuk yang kedua kalinya! Untung aku ketemu Kirei, kalau nggak aku pasti gak akan tau kalau suster brengsek itu lagi-lagi menjelekkan istriku!”“Jadi apa yang mau kamu lakukan kepada kedua suster itu?”“Menurut Daddy bagusnya bagaimana?” Rafael balik bertanya.“Potong gaji? Skorsing? Teguran tertulis? Oper ke pelosok? Pemotongan cuti tahunan? Penurunan nilai DP 3?”“Aku pikir lebih baik teguran tertulis dan pemotongan cuti tahunan saja, Dad, agar mereka tidak berbuat seperti it
Alice memaki kasar. Geram karena rencananya untuk kembali ke Jakarta harus berantakan karena ulah sponsor brengsek! “Marah? Tidak terima?” sindir Mr. Mark saat melihat Alice membanting handbagnya begitu saja.“Kenapa mereka mengubah jadwal seenaknya? Bukankah sudah kukatakan sejak lama kalau bulan ini aku harus kembali ke Jakarta?”“Kau bisa tanyakan langsung hal itu pada mereka.”“Bertanya?”“Hmm… bertanyalah dengan menggunakan tubuhmu seperti biasa. Bukankah itu keahlianmu sejak dulu? Selalu merangkak naik ke atas ranjang siapapun asalkan orang itu bisa memuluskan rencanamu?” hina Mr. Mark membuat Alice bergetar marah. Tidak terima.“Kau…”“Kenapa? Apa omonganku salah?”“Brengsek!”“Kaulah wanita brengsek! Kau pikir di dalam dunia ini bisa ambil cuti semaumu? Kau tau sendiri kalau jadwal kita begitu padat!”“Tapi kau sudah mengiyakannya!”“Aku memang setuju tapi tidak dengan pihak sponsor! Maka dari itu aku bilang lakukanlah keahlianmu
“Sakit! Pelan-pelan!” rintih Alice saat pria yang kesekian menggilir tubuhnya. Alice hanya bisa meringis perih saat kewanitaannya dihujam begitu dalam. Kasar. Tanpa jeda. Tanpa ampun. Dirinya hanya dianggap seonggok daging bernyawa untuk memuaskan nafsu liar para pria yang memiliki kedudukan tinggi untuk memuluskan kariernya! Tidak pernah menganggapnya seperti manusia sama sekali!Kali ini lagi-lagi Alice kembali memuaskan para pria bejat agar dirinya tidak didepak begitu saja setelah kembali ke Jakarta nantinya. Sumpah tubuhnya terasa begitu remuk. Sakit. Perih. Ngilu. Dan entah apalagi!“Shit! Fuck!” Alice tersentak saat tubuhnya dihentak semakin kasar dan milik pria tua di atasnya menghujam begitu dalam ke miliknya. Menyatu erat.“Arghh!” Rasa hangat kembali menjalari rahimnya saat pria itu menyemburkan lahar panasnya begitu saja. Alice hanya bisa berharap kalau alat kontrasepsi yang dipilihnya benar-benar manjur untuk mencegah kehamilan. Karena se
“Beb, aku mau makan strawberry cheese cake.”Rafael melirik jam di samping ranjangnya. Sudah jam 10 malam dan istrinya ini minta strawberry cheese cake? Beli dimana?“Besok pagi aku beliin ya?” bujuk Rafael, berharap istrinya mengerti namun Kirei malah menggeleng cepat.“Gak mau besok. Maunya sekarang. Ngeliat mereka makan itu kayaknya enak,” tunjuk Kirei kearah TV.‘Film sialan! Coba Kirei tidak nonton film ini pasti tidak akan minta beli cake itu!’ omel Rafael dalam hati.“Tapi ini udah malam, Bee. Mau beli dimana?”“Gak tau. Keliling cari aja yuk?” pinta Kirei dengan wajah memelas.Rafael menghela nafas pasrah dengan keinginan istrinya dan mengangguk. Berusaha memahami kemauan Kirei seperti nasehat daddynya kemarin. Lagipula Rafael tidak ingin membuat Kirei kembali kesal padanya. Takut tidak bagus untuk kesehatan bayi mereka. Jadi lebih baik menuruti apapun permintaan Kirei. Termasuk mencari strawberry cheese cake di jam 10 malam seperti ini! Ahh! Tuga
Rafael tidak menjawab dan malah mencium bibir Kirei dengan lembut. Rasanya masih begitu manis membuat Rafael tidak bisa berhenti dan melumatnya semakin ganas. Rafael sadar kalau Kirei meremas kaosnya dengan erat.“Bibir kamu manis, Bee. Aku suka,” ucap Rafael parau disela-sela pagutannya.Mengikuti nalurinya, Kirei membalas ciuman suaminya yang terasa semakin menuntut. Lidah saling beradu. Tangan Rafael dengan lihai membuka kancing baju istrinya. Kirei pun tidak melawan sama sekali karena jujur saja semenjak hamil Kirei merasakan gairahnya semakin besar.Jadi saat Rafael meminta haknya seperti ini, Kirei tidak akan menolak karena tubuhnya juga menginginkannya. Hanya saja Kirei khawatir, takut membahayakan bayi mereka.“Pelan-pelan, Rafa,” pinta Kirei.“Iya, Bee. Aku janji akan melakukannya perlahan. Aku tidak akan membuat kamu atau bayi kita merasa tidak nyaman,” balas Rafael lembut.Rafael menatap kearah
Kirei berkunjung ke rumah mamanya hari ini. Mama Inara menyambut kedatangan putrinya dengan senyum terkembang lebar, terlebih saat melihat perut Kirei yang sudah mulai membuncit.“Gimana kondisi kamu, Nak?”“Kirei baik, Ma.”“Calon cucu Mama?”“Sangat sehat. Mama jangan khawatir. Rafael bisa menjaga kami dengan baik.”“Syukurlah. Mama bisa lega mendengarnya.”“Kondisi Mama sendiri bagaimana?”“Sudah jauh lebih baik. Setidaknya meski hanya hidup dengan satu ginjal yang sehat, tapi Mama masih bisa beraktivitas, hanya saja tidak boleh terlalu lelah.”“Jangan mengerjakan hal yang terlalu berat, Ma. Minta bantuan bibi dan perawat ya? Kirei gak mau Mama sakit lagi.”“Iya, kamu tenang aja. Tapi kamu tau sendiri kalau nggak ngapa-ngapain malah jadi bosan kan? Jadi Mama tetap melakukan hal kecil untuk mengusir rasa bosan.”Kirei mengangguk mendengar ucapan mamanya, apa yang mamanya ucapkan barusan memang benar. Sejak dulu mereka sudah terbiasa hidup mandiri dan melakukan segala sesuatunya send