Seusai acara pernikahannya, Hasan langsung membawa Aina ke kediaman pribadinya, dia tidak mau menunggu ataupun merepotkan Syarif lagi. Setelah acara makan siang bersama, acara pernikahan mereka juga sudah selesai, tinggal beberapa teman sekolah Hasan yaitu Zulkifli kakak Hayana yang seorang dokter bersama teman-teman SMA nya, mereka masih bercengkrama sekaligus reunian dengan Hasan di tenda depan rumah. Di/1/11 "Sebenarnya pesta pernikahan itu sebaiknya seperti ini, lebih intim, lebih akrab, tidak ada hingar bingar musik yang kadang membuat telinga mau pecah dan perut terasa mual," kata Hilman salah satu temannya. "Nah, besok pernikahan kamu bikin konsep kayak gini juga dong, Man," seru Dodi menanggapi. "Maunya sih? Cuma gue mau nikah sama siapa? Betinanya saja belum ada," ucap Hilman malas-malasab. "Eh, busyet ... Pantasan gak ada cewek yang mau sama elu, elu tu memperlakukan perempuan macam binatang saja, pakai disebut betina," timpal Zulkifli yang kini telah memiliki satu orang
Menjadi pengantin baru rasanya berbeda, terasa lebih bergairah dalam menjalani hidup, merasa di rumah ada yang menanti kehadiran kita, merasa ada yang dituju. Begitulah perasaan Hasan saat ini, walaupun belum juga melakukan malam pertama, tetapi perasaannya lebih hidup dan bersemangat. Hampir setiap hari dia memberi tanda silang pada kalendernya, ini sudah hari ke enam, berarti besok atau lusa, istri cantiknya sudah halal untuk di ninu-ninu. Memikirkan saja perasaannya sudah melayang jauh, tak terasa dia menjadi senyum-senyum sendiri, kadang kala sikapnya yang seperti ini menjadi bahan ledekan rekan kerjanya, tetapi dia tidak ambil pusing, dia hanya tersenyum ambigu dalam menanggapinya. Menjadi istri rumah tangga di saat usianya begitu belia tidak menghalangi Aina untuk menjadi istri yang cekatan dan terlatih, sejak masih usia sangat belia, dia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bahkan sudah terbiasa mengerjakan pekerjaaan kasar untuk mencari nafkah, hanya urusan sepu
”Abang gak perlu baca doa di buku doa itu, Abang akan baca doa di dalam hati, pakai bahasa Indonesia saja lebih afdol," bisik Hasan sambil menggigit pelan telinga istrinya dan membalik tubuh istrinya menghadapnya."Yang afdol itu ya pakai bahasa Arab, Bang ...."Hasan tidak memiliki kesabaran untuk meladeni ucapan istrinya, gak perlu banyak teori, yang penting praktek eksekusi. Dengan penuh gairah, dilumat bibir ranum Aina yang selalu menggodanya, semakin lama ciuman itu semakin panas dan liar, Aina megap-megap melayani ciuman liar suaminya, mereka hanya berhenti sebentar untuk menarik napas, terus melanjutkan aktivitas panas mereka.Hasan membimbing tangan Aina untuk melepaskan kancing baju dinasnya, membuat Aina kesulitan membuka kancingnya hingga terlepas dan terjatuh di lantai dengan suara bergerincing. Hasan tidak sabaran membuka baju daster pendek seksi yang dikenakan Aina, hingga merobeknya jadi dua.Aktivitas mereka secara alami terus meningkat suhu dan intensitasnya, hingga s
"Itu orangnya, Bos. Naik ojek," tunjuk Rian ketika melihat perempuan memakai celana jeans dan jaket Levis menaiki ojek dipunggungnya menyandang tas ransel. "Ayo ikuti ...." Mobil mereka mengikuti Aina hingga ke universitas, Aina langsung menuju ke aula Balairung, di sana formulir pendaftaran disediakan, banyak calon mahasiswa yang tengah mengambil formulir, mengingat tes UMPTN akan dilaksanakan. Agung melakukan perjalanan bisnis memantau perkebunannya di Sumatera, Riau dan Jambi. Dia benar-benar terkejut mendengar kabar jika Aina dan Hasan sudah menikah. Dia memang dasar lelaki keras kepala, baginya pernikahan mereka bukan akhir segalanya, mereka yang menikah masih bisa bercerai. Dan visi misi-nya sekarang adalah membuat suami istri itu bercerai. "Rian, kau pantau dari luar, ke mana wanita itu pergi," perintah Agung. Rian berjalan menyusuri ruang Balairung yang luas, dengan mudah dia melihat Aina di stand formulir tipe A, gadis itu membayar formulir dan bergegas keluar. Aina menca
Aina masih merasakan sakit di lututnya, namun dia harus menyiapkan makan malam untuk suaminya, dia hanya memasak tumisan dan sambal teri yang bahannya sudah tersedia di kulkas, selepas magrib, Hasan pulang dengan wajah kelelahan.Sehabis mandi, dia segera ke meja makan. Istrinya sudah menyiapkan makan malam."Maaf, Bang. Cuma bisa masak ini, tadi gak sempat belanja." Hasan memperhatikan hidangan di atas meja, tumis sawi dan sambal teri. Hasan mengambil makanan dengan semangat, karena memang sudah lapar."Gini saja sudah enak, bukan karena bahannya yang sederhana, tetapi masakan kamu memang selalu enak, apapun yang kamu masak."Aina tersenyum memdengar sanjungan dari suaminya, dia segera menuangkan segelas air ke hadapan suaminya."Kau jadi ke universitas?""Jadi.""Ngambil jurusan apa?""Pendidikan bahasa Inggris.""Pendidikan? Jadi mau jadi guru?""Ah, iya ... Aku ada membaca artikel parenting di majalah, kata ustazahnya profesi bagi wanita menikah yang tepat adalah guru, selain men
Setelah Hasan pergi kerja, Aina tidak tahu apa yang harus dilakukan di rumah seharian. Dia segera membuka-buka buku dan kumpulan soal-soal untuk menghadapi UMPTN. Hari sudah menunjukkan jam sepuluh pagi ketika bel rumahnya ada yang memencet. Dia yang tengah berada di lantai atas, tertatih-tatih menuruni tangga, membuka pintu dengan riang tanpa rasa curiga sedikitpun."Selamat pagi, Nona Aina?""Pak Agung? Kenapa ke sini?" Aina cukup terkejut, sepertinya pria yang menabraknya itu tidak cukup bertemu kemarin, dia merasa tidak nyaman dengan kedatangan lelaki lain di saat suaminya tidak di rumah."Saya datang membawakan tonik, minuman kesehatan agar Nona Aina cepat pulih, saya juga membawa minyak butbut kalau dioleskan ke luka akan cepat kering, ada juga multivitamin dan buah-buahan."Lelaki itu menyodorkan dua kantung plastik yang berisi barang-barang yang barusan di sebutkan."Tidak perlu seperti ini, Pak Agung. Luka saya hanya luka kecil, sebentar saja sudah sembuh.""Saya hanya meras
Sudah lebih dari satu Minggu, Agung tidak menemui Aina, hal itu membuat wanita muda itu lega, dia mungkin terlalu berlebihan dalam berpikir, bisa jadi lelaki itu memang tulus hanya sekedar bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Aina bermaksud memberitahukan kedatangan Agung jika lelaki itu menemuinya kembali kepada Hasan, namun setelah beberapa hari lelaki itu tidak menampakkan batang hidungnya, gadis itu mengabaikan memberitahu hal itu. Dia hanya tidak ingin suaminya itu kuatir, lelaki itu sudah banyak pekerjaan dan banyak pikiran tentang perusahaan dan hutang-hutangnya, Aina tidak ingin membebani tentang masalah yang dianggapnya sepele.Luka di kaki Aina juga tidak parah dan cepat sembuh, gadis itu hanya menghabiskan waktunya di rumah untuk mempersiapkan ujian masuk universitas negeri.Hari ini Jum'at sore, Hasan sudah pulang dari jam empat tadi. Aina masih sibuk berkutat mempelajari soal-soal di buku diktatnya, dia sampai lupa mandi menyambut suaminya, karena dia memang sedang dat
Ketika mereka akan naik ke eskalator, langkah ketiga wanita itu terhenti melihat pemandangan di depannya. Mereka melihat lelaki yang sangat mereka kenal, bahkan sangat, sangat dikenal, tengah turun dari eskalator sambil menggandeng tangan seorang wanita keduanya bercengkrama bahkan tertawa gembira.Wanita di sebelah lelaki itu memakai autfit selutut warna biru muda dipadukan dengan blazer hitam, membuat penampilannya serasi dengan lelaki berbaju kemeja kotak-kotak warna biru. Mereka seperti pasangan yang tengah berkencan jika orang tidak mengetahui status pria itu. Jarak Aina sekitar sepuluh meter dari mereka, melihat pemandangan itu seolah kaki Aina membeku. Hayana dan Ayuni yang juga melihat semua itu tercengang tidak percaya, Ayuni bahkan sudah mengeluarkan taring darah mudanya untuk mendamprat Abang kebanggaannya itu."Hati-hati berjalan, kenapa wanita suka sekali menyusahkan diri dengan memakai sepatu hak tinggi seperti ini? Memangnya tidak sakit dibawa berjalan?" ujar Hasan sam