Share

awal pernikahan

Sudah satu minggu sejak Valerie menikah dengan Elvano. Pagi ini ia membuka mata dan menyadari bahwa ia bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat baru, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman yang luas di belakang rumah mereka. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna putih dengan sandal jepit yang nyaman, lalu berjalan keluar kamar.

Taman itu adalah surga bagi Valerie. Berbagai jenis bunga yang indah dan berwarna-warni menghiasi taman tersebut, membuatnya merasa lebih tenang sekaligus kagum. Sambil menikmati keindahan alam, Valerie merenung tentang kehidupan pernikahannya yang baru bersama Elvano yang dingin dan misterius. Ia mencoba untuk memahami suaminya lebih dalam dan berharap dapat menemukan cara untuk mendekatkan hati mereka.

Padahal ini sudah satu minggu, tapi mereka bahkan belum pernah saling menegur sapa apalagi mengobrol. Valerie rasa hubungan ini tidak akan berjalan dengan baik, Elvano terlalu sulit untuk di dekati.

Valerie tetaplah gadis muda yang tudak banyak bergaul, ia juga sangat kesulitan beradaptasi dengan kehidupan baru ini. Dan Elvano yang dingin membuat Valerie semakin di landa kebingungan.

Valerie terus berpikir, bagaimana bisa ia hidup seperti ini dengan suamibya untuk selamahya. itu tidak mungkin dan yang pasti sangat mengerikan, ia bisa mati kesepian

Valerie melangkah dengan lembut di antara bunga-bunga yang indah, tangannya menyentuh kelopak-kelopak bunga dengan penuh perhatian. "Sepertinya bunga-bunga ini lebih beruntung daripada aku," gumamnya sambil tersenyum lirih. Ia teringat akan perlakuan Elvano yang selalu terkesan jauh dan tidak mau membuka hati, membuatnya merasa kesepian meskipun sudah menjadi istri pria itu.

"Kau sudah bangun, Nona?" suara Clara yang datang dari belakang membuat Valerie terkejut dan berbalik arah.

"Oh, Clara. Aku hanya ingin menikmati taman ini sejenak," jawab Valerie dengan senyuman yang lemah.

Clara mengangguk paham dan memperhatikan wajah Valerie yang tampak lesu. "Saya tahu, anda pasti merasa kesepian. Tapi, Tuan Elvano bukan pria yang mudah dijangkau. Dia memiliki banyak luka di hatinya. Tapi saya yakin, anda bisa mencairkan hatinya, Nona" ujar Clara dengan nada lembut.

Valerie menatap Clara dengan harapan, lalu bertanya, "Menurutmu, apa yang harus aku lakukan, Clara?"

Clara tersenyum dan menyentuh bahu Valerie dengan lembut. "Cobalah untuk lebih mengenalnya, Nona. Tuan Elvano adalah pria yang kuat dan tangguh, tapi dia juga memiliki sisi lemah yang ia sembunyikan. Anda harus sabar dan jangan menyerah untuk mendekati hatinya."

Mendengar nasihat Clara, Valerie menghela nafas panjang. Ia memandang kembali ke taman bunga yang indah di depannya, seolah mencari petunjuk di antara keindahan alam tersebut. "Baiklah, Clara. Aku akan mencoba. Aku akan mencari tahu apa yang bisa aku lakukan untuk mendekatkan hati kami," kata Valerie dengan tekad yang bulat.Valerie melanjutkan kegiatannya di taman, memetik bunga-bunga cantik yang akan ia jadikan hiasan di kamarnya.

Rasa penasaran tentang pekerjaan Elvano masih mengganjal di benaknya. Ia tahu bahwa suaminya itu adalah seorang mafia, namun masih belum memahami sepenuhnya apa yang dikerjakannya. Sambil berjalan, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sosok Elvano yang tampak sedang berbicara dengan seorang pria di dekat gerbang rumah.

Hatinya berdebar kencang, rasa penasarannya semakin memuncak. Ia mendekati mereka dengan hati-hati, bersembunyi di balik semak-semak agar tidak ketahuan. Suara-suara percakapan mulai terdengar, namun Valerie belum bisa menggali informasi lebih dalam mengenai pembicaraan mereka.

Pada saat ia akan mendekat lagi, tiba-tiba Clara muncul di depannya dengan wajah berseri-seri. "Nona Valerie, sudah siap untuk sarapan? Semuanya sudah tersaji di ruang makan," ujar Clara dengan semangat.

Valerie menoleh ke arah Clara, menahan rasa penasarannya yang ingin mendengarkan lebih dekat percakapan Elvano dan pria itu. Ia merasa terpaksa meninggalkan tempat persembunyiannya dan mengikuti Clara menuju ruang makan. "Baiklah, Clara. Ayo sarapan bersama," jawab Valerie dengan pasrah.

Sebagai langkah awal untuk lebih mengenal Elvano, Valerie mulai memperhatikan kebiasaan dan rutinitas suaminya sehari-hari. Ia melihat Elvano sering menghabiskan waktu di kantornya yang tertutup rapat, berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak dikenal melalui telepon dan sering keluar rumah tanpa memberi kabar.

Ah Valerie rasa Elvano memang tidang menganggapnya, mereka benar-benar seperti irang asing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status