Adam melempar jas mahalnya di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Merasa kesal di sindir oleh orang yang menurutnya tidak selevel dia.
"Kurang ajar!" kesal Adam.
Tok tok tok!
Saat tengah mengumpat suara ketukan terdengar mengalihkan perhatiannya pada asal suara. Pintu terbuka perlahan dan menampilkan Mella yang tersenyum cantik. Adam menatap datar saja Mella yang sudah berdiri di hadapannya.Mella mengerutkan keningnya heran melihat mata Adam yang dingin tidak seperti biasanya. Tangan Mella hendak menyentuh wajah tampan Adam. Namun, suaminya itu mengalihkan wajahnya. Mella tertegun untuk sesaat dan tangan yang menggantung di udara dia tarik kembali.
Perempuan itu mencoba untuk tersenyum dan baik-baik saja meski hatinya sakit karena merasa tidak di butuhkan saat dia tahu jika suaminya tidak baik-baik saja."Kau baik-baik saja?" tanya Mella. 
Di dalam kamar Shireen dan juga Dika saling mengobrol dan suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar. Kebetulan Adam yang akan masuk ke dalam kamar dan mendengar suara tawa riang Shireen, tawa yang jarang sekali didengarnya.Adam terhenti dan suara itu semakin menariknya untuk mendekat. Suasana yang sepi itu menjadikan suara Shireen terdengar begitu jelas meski jarak antara kamarnya dan Shireen cukup jauh.Tiba di depan pintu, Adam berhenti dan berdiri sembari mendengarkan. Shireen begitu cerewet saat ini dan Adam suka, sangat suka.Sedangkan di dalam, Shireen tengah di suapi Dika. Dika sekarang seperti layaknya suami sedang meladeni kemanjaan istri yang sedang hamil besar yang seharusnya tugas itu di lakukan oleh Adam."Ayo buru habiskan
SELAMAT MEMBACA. Hari sudah sore dan Shireen sudah kembali terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa kram saat dirinya hendak terbangun. "Aw!" pekik Shireen mengeluh seraya memegang perut bagian bawah. "Tenang sayang ... tenang ya." Shireen terus meringis merasakan sakit. "Ada apa?" tanya seseorang dari pintu lalu mendatangi Shireen cepat. Shireen menoleh ke orang itu dengan masih menahan kram di perutnya. Adam, suaminya itu memegang perut istrinya juga dan menenangkannya. Di usapnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Shireen sedikit demi sedikit merasa rileks setelah kram di perutnya makin mereda. "Sudah enakan?" tanya Adam
SELAMAT MEMBACA. Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam. Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri. "Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar . &
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
Seorang wanita mengatur napasnya karena merasa gugup, berharap dia tidak tertangkap oleh bodyguard yang berjaga di depan kamar rawatnya. Dua bodyguard yang berjaga di depan adalah bawahan sang suami lebih tepatnya 'mantan suami' bagi Shireen. Kenapa mantan suami? Karena Shireen sudah menandatangani surat gugatan perceraian beberapa waktu yang lalu dan meninggalkannya di atas meja. Meski dia sadar jika sah tidaknya gugatan tersebut ada pada tangan suami tapi, Shireen tetap melakukannya. Masa bodo dia terima atau tidak yang penting Shireen sudah mengajukannya dan hal itu tidak bisa diganggu gugat. Rencana ini harus berhasil karena hanya ini kesempatan untuk Shireen kabur. Berharap pada keberuntungan Shireen nekat melakukannya disaat mantan suaminya itu sedang menerima telepon entah dari siapa dia tidak tahu dan tidak pernah mau tahu. Shireen membuka pintu ruangan dan keluar dengan tenang. Baru
Shireen menatap tidak suka pada bangunan megah didepannya, bagi setiap orang pasti banyak yang mendambakan untuk memiliki rumah atau hanya sekedar tinggal di sana juga tidak masalah, tapi tidak dengan Shireen. Tatapan matanya penuh kebencian. Bukan hanya ayah dan ibunya saja yang sudah meninggal di tangan orang yang punya rumah didepannya, tapi juga dirinya pun jadi tawanan. Tawanan untuk sebuah perjanjian yang dia tidak tahu apa itu. Dan kakaknya, kakaknya hilang entah kemana. Seorang pria berjas rapi dengan postur tubuh tampan dari ujung kaki sampai rambut, keluar dari mobil yang berbeda dengan shireen. Tatapan membunuh Shireen ditunjukkan kepadanya yang menatap Shireen dengan seringaian mengejek. "Bawa dia masuk!" perintahnya kemudian berjalan mendahului mereka. Shireen menatap benci sebenci-bencinya pada laki-laki didepannya itu. Gadis itu diseret paksa oleh anak bu
Bola mata Shireen bergerak di balik kelopak mata ketika cahaya matahari mengusik tidurnya. Matanya perlahan terbuka dan memegang kepala karena merasa pusing. "Sudah bangun?" Suara yang familiar menyentak telinganya. Adam berjalan menghampiri Shireen dan mengambil sebuah tablet dan menyerahkannya pada Shireen. "Ambil ini dan cepat bersiap!" tegas Adam. Shireen mengulurkan tangan menerima tablet tersebut dan menatap penuh tanya pada Adam, "Apa ini?" tanyanya. "Obat lambung. Cepat mandi dan turun ke bawah. Tidak ada kata penolakan dan pemberontakan seperti kemarin!" finnal laki-laki itu lalu langsung pergi dari kamar tersebut. Shireen menatap tidak suka pada Adam. Orang yang kejam telah memberikannya sebuah obat lambung? Tidak tahu jika memang benar obat lambung bukan racun. Pikiran buruk selalu Shireen lemparkan pada Adam yang menurutnya sangat keja
HAPPY READING MAN-TEMAN :,-)Shireen menatap langit-langit kamar dengan sedih, gila! Keputusan yang dia ambil adalah hal gila. Sekarang dia sangat menyesal akan persetujuannya tentang kontrak itu, tapi tidak bisa menarik kembali ucapan dan stempel di kontrak tersebut.__________________Shireen menatap marah pada surat dan dua orang dihadapannya. Bagaimana mereka dengan entengnya mengatakan hal yang di luar nalar seperti itu? Meminjam rahim? Astaga, Shireen tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti.Dia akan menikah dan melahirkan tapi tidak punya hak atas anaknya kelak, ini gila. Sekali lagi Shireen dirugikan oleh laki-laki dihadapannya."Aku nggak mau!""Nggak ada kata tolakan!" Adam berkata tajam tidak ingin dibantah dan lagi-lagi suara kesakitan kakak Shireen menggema di ruangan itu seakan b