âAlice, Pak Will?â ulangi Prims dengan segera memandang ke depan.âBenar, Nona Primrose,â jawab Will seraya menunjuk pada seorang perempuan yang datang dari arah kanan mereka menyeberang jalan dengan setengah berlari.âDia kenapa?â tanya Prims dengan alis yang berkerut, pertanyaan yang sama yang disampaikan oleh Arley sehingga terdengar bersamaan bagi Will.âBukankah itu gaun yang dia pakai tadi malam?â tanya Prims kemudian menoleh pada Arley yang mengangguk membenarkannya.âIya.ââKenapa dia berlari seperti itu?ââTidak tahu. Biarkan saja. Mungkin dia ada urusan yang pelik dengan partner kencannya?â tanya Arley balik sembari menunjuk pada seorang pria yang berdiri di tepi jalan dan memandang kepergian Alice dengan raut yang sedikit marah.Dugaan yang disampaikan oleh Arley membuat Prims membenarkannya, âBenar juga ya?ââJangan hiraukan dia,â ucap Arley setelah Will mengemudikan mobilnya melewati persimpangan jalan, âApa yang ingin kamu katakan?â lanjutnya.Prims memandang Arley, mera
Tidak ada yang bisa mendengar apa yang disampaikan oleh Arley selain Prims, tetapi kerlingan mata dari Jayden terlihat tidak biasa, yang menandakan bahwa sepertinya Arley juga melakukan hal seperti ini kepada wanita untuk pertama kalinya.Prims berdeham, tidak lagi menyentuh tangan berotot milik Arey melainkan meremas jemarinya sendiri. Kegugupannya terlihat jelas oleh Arley karena kedua pipi Prims terlihat memerah.Bukan hanya pipi melainkan juga kedua telinganya.Beberapa lama kemudian barulah pertemuan bersama dengan Giorgino berakhir. Tentu saja itu telah dilengkapi oleh perbincangan tentang Prims yang seorang Rosefiore.Pria itu meminta tanda tangan Prims yang ia katakan akan ia berikan pada istrinya yang juga seorang penggemar.Keluar dari ruang pertemuan dan mengantar Giorgino hingga ke pintu lift yang terbuka, sedetik kemudian Jayden menoleh pada Arley seraya bertanya, âApakah Pak Arley dan Nona Primrose akan pulang sekarang?ââTidak, Jay. Kami akan menginap di sini,â jawab Ar
Ternyata peringatan âjantung lemahâ yang dikatakan oleh Prims tidak berhasil untuk Arley karena prianya itu malah sengaja membuat Prims salah tingkah semakin banyak.Mau menolak pun, Prims tidak bisa melakukannya sebab ia tak menemukan alasan untuknya menolak Arley. Sehingga yang terjadi adalah kedua tangan kecilnya melingkar di leher Arley. Turut menikmati debaran yang buncah dari dalam heningnya aktivitas mereka meski bibir memagut tanpa memberikan jeda.Ini tak akan berakhir, mereka pasti tanggelam di dalam buaian rasa yang mengambil alih jika tidak ada suara bel dari pintu kamar hotel.Prims menarik wajahnya, tetapi Arley masih mengejarnya. Sesaat Prims berpikir bahwa prianya itu seperti akan memakan habis bibirnya karena gigitannya meninggalkan bekas dan membuat bagian bawahnya terasa bengkak.âA-ada orang di luar,â ucap Prims dengan menahan dada Arley menggunakan kedua tangan kecilnya sekuat tenaga. Mencegah prianya itu menghabisi jarak sekali lagi karena ada seseorang di luar.
âTidak mau ah, nanti saja,â jawab Prims dengan mengedipkan matanya sebanyak beberapa kali. Dia harap Arley akan mengerti.âKenapa tidak mau sekarang?â tanya prianya itu sembari menunduk dan memberi kecupan di pipinya, merengkuh pinggangnya semakin erat.âKalau sekarang anda akan meminta hal yang lainnya, Tuan Arley.ââTuan Arley ....â ulanginya dengan mata menyipit yang tampak kesal.âAku tak suka kamu memanggilku seperti itu. âBukankah aku sudah bilang kalau sekarang aku lebih suka mendengar kamu memanggilku sebagai âsayangku?ââPrims tertawa mendengar itu. Manis sekali. Semakin lama Prims mendengar apa-apa saja yang dikatakan oleh Arley, rasanya semakin bertambah manis.âBaiklah, Sayangku ....âUntuk pertama kalinya, dari dekat Prims bisa menyaksikan wajah salah tingkahnya. Padahal dia adalah pria dewasa yang harusnya tak perlu merasa salah tingkah akan hal-hal seperti ini, atau sapaan yang sebenarnya terdengar biasa-biasa saja.Tetapi semua itu tidak berlaku bagi Arley karena Prims
âSelamat siang,â sapa Arley sembari menundukkan kepalanya. Hal yang sama dilakukan oleh Prims. Wanita bergaun hitam dengan tas tentang yang terlihat glamor itu memindai mereka bergantian seraya menganggukkan kepalanya, âSelamat siang,â jawabnya lebih dulu. âKalian di sini?â âIya, Mama. Apa yang Mama lakukan di sini?â tanya Arley dengan tangannya yang tetap menggandeng Prims.âHanya ... akan bertemu dengan teman. Ada acara makan siang.âPrims hanya mendengarnya tanpa sanggup memandang Katie. Pandangannya tertunduk menghindari kontak mata. Menjaga diri dari hinaan yang sewaktu-waktu bisa menghujaninya, mengingat perlakuan Katie yang selama ini tak pernah menyukainya.âSelamat menikmati kegiatan kalau begitu,â ujar Arley dengan sedikit menarik Prims, agar mereka sedikit menyisih sekiranya Katie akan lewat.âKalian sedang apa di sini? Liburan?âPrims tidak menduga jika Katie ingin tahu apa yang mereka lakukan, padahal wajahnya tadi terlihat ketus, tetapi nada bicaranya sangat jauh deng
âLima orang anak, bagaimana menurutmu? Rumah kita akan diisi oleh tawa dan pertengkaran mereka.âPrims tak serta merta menjawabnya karena untung saja ada hal yang harus diselesaikan lebih dulu oleh Arley. ponsel miliknya berdering sehingga ia melepaskan tangannya dari Prims dan terlebih dahulu menerima panggilan tersebut.Arley berdiri di dekat meja yang tak jauh dari tempat tas mereka berada. âJayden,â sapanya saat panggilan mereka tersambung.âAtur saja! Aku akan lihat nanti.âDari tempat ia berdiri, Prims menyaksikan Arley yang terlihat lucu dengan bando di atas kepalanya itu. Di luar dugaan karena dia benar-benar tidak menolak apapun yang dilakukan oleh Prims kepadanya.âAda apa?â tanya Prims saat Arley mengayunkan kembali langkah kaki panjangnya dan berhenti di tempat semula, mengambil duduknya lagi menghadap pada Prims dan memeluk pinggang rampingnya seperti sedia kala.Seolah ia ingat bagaimana posisi mereka, presisi serta setiap sudutnya sehingga kini mereka berhadapan seolah
âBagaimana? Apakah kamu mau?ââTidak,â jawab Prims dengan gegas karena jika tidak maka Arley bisa saja membawa pembahasan ini ke arah yang lebih jauh.Apa jadinya jika hal itu benar ia lakukan? Yang ada Prims bisa ditemukan pingsan.Maka, pembicaraan soal hal itu segera berakhir karena Prims mengatakan jika mereka sbaiknya tidur siang. Tadinya, Arley menolak. Tetapi karena Prims sedikit mengungkit soal âcuddleâ yang mereka sepakati sebelumnya, alhasil mereka menghabiskan waktu siang untuk saling memeluk kala terlelap.Kegiatan sederhana yang mereka lakukan ternyata memberikan efek yang bagus. Dua di antara mereka menjadi semakin dekat hanya karena tenggelam di dalam pembicaraan yang dalam.Di luar dugaan karena Arley memiliki banyak hal yang menjadi topik untuk ia bahas bersama dengan Prims saat mereka membuka mata, atau memutuskan untuk menghangatkan diri dengan sebentar berendam di dalam bath tub.Dan yang mereka inginkan sejak tadi akhirnya tiba, movie date. Prims sudah memilih ser
Hari sudah hampir siang saat Prims dan Arley kembali ke rumah setelah staycation di hotel. Sambutan dari Jodie terdengar hangat saat keduanya memasuki rumah.Senyum Jodie pun terlihat menyapa mereka saat keduanya bergandengan tangan dengan wajah yang cemerlang, âSelamat datang kembali. Apakah liburannya berjalan dengan baik?ââIya, Bu Jodie.ââJika begitu, artinya tinggal menunggu kabar baiknya saja,â ucap Jodie yang membuat Prims berdeham sedikit resah karena tahu betul apa yang sedang dibicarakan olehnya.âKabar baik apa?â tanya Arley yang membuat Jodie sekilas mengangkat kedua bahunya, âBukankah Tuan Arley tidak perlu bertanya lagi kepada saya?â tanyanya sebelum undur diri dari sana.Senyum masih merekah, menyisakah seberkas kebahagiaan yang bisa dirasakan oleh Prims saat punggung wanita paruh baya itu menghilang dari pandangannya.âAyo masuk ke kamar!â ajak Arley yang membuat Prims terjaga kemudian memberinya anggukan dan mereka berjalan menuju ke lantai dua.âApakah kabar baik ya