Juan terkejut dan merasa tidak enak sudah menganggu, dia memastikan nomor yang tertera di pintu kamar benar adanya.
“Oh maaf, Bu. Saya salah kamar. Duh maaf ya udah menganggu saya permisi,” pamit Juan.Tepat saat akan membalikkan tubuh terdengar suara tangisann balita. “Rafael!” seru Juan.Tanpa meminta ijin Juan melesak masuk ke dalam kamaar, yang hampir sajaaa di tutup. Dia melihat putranya menangis sedang dipangkuan Melani yang menyusui.“Sayang,” ucap Juan dengan suara bergetar.Melani mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Juan berada di sana, kedua bola mata membulat sempurna. Bu Murni mengirim pesan teks kepada Candra dan memberitahu lokasinya saat ini, perlahan dia ke luar dari kamar dan memilih menunggu di luar saja.Bu Murni merasa bahwa itu adalah urusan pribadi sepasang suami istri tersebut dan dia tidak tepat berada di sana.“Mau apa kamu? Sana kau sama perempuan yang k“Juan, kau gila ya? Jujur aku ragu apa kamu beneran kenal istrimu itu. Dengar, aku masih mencintai Melani sampai detik ini. Ingat itu aku masih mencintainya bahkan semakin besar rasa cintaku, tapi itu harus ku kubur dalam dan kubawa sampai mati. Melani tidak akan pernah mau kembali kepada orang yang udah meninggalkannya, dia akan bertahan dengan orang yang dia cintai sampe batas kesabarannya sebagai manusia. Kita sama-sama tau kalo sabar gak ada batas tapi kita sendiri yang buat batas itu, meski aku berjuang merebut Melani dia gak akan pernah mau kembali, paham!” bentak Candra.Rafael terkejut dan mulai bergerak gelisah, Melani berlari menuju tempat tidur dan menenangkan putranya yang kini kembali terlelap.Melani terkejut dengan pengakuan perasaan Candra, mantan suaminya tersebut benar. Sekeras apapun Candra berusaha dia tidak akan pernah kembali kepada orang yang sudah berkhianat kepadanya, kemungkinan besar dia juga akan melakukan hal yang sama dengan
“Bentar, aku liat ke luar dulu ya,” bisik Juan.“Ikuuut, aku kepo,” rengek Melani manja.Mereka kemudian menuju pintu dan melihat melalui sebuah lubang apa yang terjadi, ternyata di luar tampak dua orang wanita sedang mabuk dan menggedor kamar mereka.“Loh, itu kan si ondel-ondel kesiangan? Ngapain dia di sini sama si Clarissa?” tanya Juan.Melani melihat ke arah lubang kecil yang mengarah ke luar dan matanya terbelalak melihat Riana dan temannya. Pakaian mereka sangat terbuka dan itu membuat dia tidak mengijinkan Juan untuk melihat mereka.Wanita itu membuka pintu perlahan dan segera ke luar, kedua wanita itu tertawa terbahak-bahak lalu meninggalkan Melani sambil meminta maaf sambil berjalan sempoyongan. Sesekali mereka berbisik-bisik kemudian terkikik genit. Melani menggelengkan kepala.“Dasar orang aneh, oh …, jadi yang tadi itu yang namanya Clarissa? Cantik juga, pantesan,” sindir Melani.“Sayang, udah deh jangan car
[Apa? Di rumah sakit mana? Oke tunggu di sana, saya sama suami berangkat sekarang,] ujar Melani kemudian mengakhiri panggilan telepon.“Siapa, Sayang? ada apa?” tanya Juan sambil menyerahkan Rafael kepada pengasuhnya.“Candra kecelakaan, Sayang. Itu tadi Bu Murni yang kasih tau,” jawab Melani dengan wajah khawatir.“Ya udah kalo gitu ayo kita ke sana,” ajak Juan sambil berdiri.Melani menuju kamar dan mengambl tas serta dompet, tidak lupa membawa serta dompet sang suami. mereka kemudian menuju rumah sakit di mana Candra sedang mendapat penanganan.Di perjalanan Juan merasa cemburu kepada sang istri yang tampak khawatir, dia curiga jika Melani masih menyimpan rasa kepada mantan suaminya tersebut. Tanpa dia sadari kini raut wajahnya berubah muram, an Melani menyadari hal itu.“Sayang, kamu kenapa? Cemburu?” tanya Melani.“Udah tau nanya,” jawab Juan ketus.Melani tertawa ter
“Ada apa? Kok kamu ngeliatin aku gitu, Sayang?” tanya Juan.“Kamu kok tau Clarissa nginep di hotel yang sama? Jangan-jangan kamu tau di mana kamarnya,” tuduh Melani.Juan tertawa terbahak saat Melani mengatakan hal yang demikian, menurutnya itu tuduhan yang tidak masuk akal sama sekali. Bukan wanita namanya jika tidak mencari masalah saat keadaan sedang damai, ya …, meski tidak semua wanita demikian. Jua menyadari hal itu dan tahu jika sang istri butuh penjelasan darinya.Akhirnya dia menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak tahu apapun tentang di mana Clarissa tinggal, dia merasa itu bukan urusannya dan tidak perlu mencari tahu hingga sejauh itu. Dia juga menjelaskan jika keluarga kecilnya dalah prioritas baginya dan tidak butuh orang ketiga dalam biduk rumah tangganya.Juan juga menyadari jika wanita butuh bukti bukan jannji, Juan mengatakan bahwa hari ini dia sengaja tidak bekerja karena ingin meluangkan banya waktu bersama Melani, meski dia sebenarnya sedang membuat kejutan esok ha
“Kamu? Ngapain ke sini?” tanya Juan dengan nada tidak suka.“Kenapa? Kaget? Istrimu cantik juga, ini yang kamu ceritain dulu kalo kamu bucin sama dia? Cantik.” jawab Hadi sambil tersenyum nakal.“Aku peringatkan kamu jangan main-main sama keluargaku. Aku gak bakal tinggal diam,” ancam Juan.Melani mundur dan dudk di balik mejanya, dia memberikan ruang kepada dua lelaki yang kini berada di kantornya.Istri Juan itu juga ingin mengetahui apa tujuan Hadi datang ke kantornya, padahal seingatnya lelaki itu mengatakan bahwa sekretarisnya akan mengurus semuanya terkait kontrak.Hadi duduk dengan angkuh dan Juan duduk berseberangan sambil melipat kedua tangan di dada lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.“Santai, ngapain tegang begitu mukamu. Apa kamu takut? Hahaaha,” ejek Hadi.“Aku gak takut apapun, Hadi. Yang aku gak suka cara kamu menatap istriku,” balas Juan.“Siapa suruh punya istri cantik. Oh ya, kamu jangan berpikir kalo kedatanganku ke sini karena masa lalu dan Vivian. Bisn
Rita mundur kemudian menutup pintu, tetapi kalah cepat dengan lelaki kekar dan tampan yang kini berada di depannya.Lelaki itu memegang tangannya dan menyeringai serta menatap penuh gairah.“Lepas, pergi kamu dari sini!” usir Rita sambil menarik lengannya.“Mana bisa, aku pengen nikmati tubuh kamu,” tolak lelaki tersebut.“Jangan gila kamu ya,pergi!” usir Rita.Lelaki tersebut mendorong tubuh Rita ke dalam sehingga pintu terbuka lebar, wanita itu meronta sekuat tenaga mencoba melepaskan diri dari pelukan lelaki tersebut.Lelaki tersebut menghempaskan Rita di sofa empuk lalu mengambil sesuatu berbentuk pil dari dalam sakunya, lalu mengambil segelas air yang berada di atas meja, dia memaksa Rita membuka mulut lalu mesukkan pil tersebut dan memberinya minum hingga tersedak.Penampilan Rita kini tampak berantakan, lelaki itu kemudian menuju meja yang sudah ditata sedemikian romantis olehnya.‘Cih, dulu waktu pacaran sama aku kamu gak pernah siapkan makan malam romantis begini. Menciummu a
“Iya, maaf aku salah gak bisa menahan diri. Aku akan bertanggungjawab dan nikahin kamu,” cakap Candra.Rita menangis sedih dan juga bahagia, Candra berusaha menenangkan tapi menjaga jarak kemudian .memakai kembali pakaiannya.Lelaki itu akhirnya berpamitan dan kembali ke rumah, di dalam mobil dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia sedemikian ceroboh. Candra akhirnya menuju toko perhiasan, mencari satu set perhiasan emas serta sepasang cincin nikah. Dia meminta Bu Murni mencarikan pemuka agama untuk menikahkan dirinya dengan Rita nanti malam.[Buru-buru banget, Pak. Gak ada masalah kan? Kena grebek misalnya?] tanya Bu Murni dalam panggilan telepon.[Gak, Bu. Cuma gak pengen nunda aja,] jawab Candra dan kemudian panggilan telepon berakhir.Candra memilih kebaya putih beserta setelannya dan menyiapkan banyak seserahan untuk Rita nanti malam, kemudian dia meminta agar diantar pukul delapan malam ke alamat yang diberi.Candra kembali ke apartemen Rita, wanita itu kini tampak segar denga
Tidak teras pukul delapan malam sudah tiba, Juan dan Melani sudah hadir beserta keluarga dari Rita. Candra terperangah menatap calon istrinya yang tampak sangat cantik saat dirias.Ikrar pernikahan diucapkan dengan lantang dan penuh keyakinan, Rita menitikkan air mata karena terharu dan tidak menyangka akan menjadi seorang istri mulai malam ini.Usai resmi dinyatakan suami istri para tamu yang diundang dipersilakan menyicipi hidangan yang disedikan terbatas. Melani yang memiliki ide untuk memesan beberapa menu maknan bserta hidangan penutup dan juga aneka minuman ringan.“Selamat, ya. Semoga langgeng,” ucap Juan sambil menyalami Candra.Beberapa mengucapkan semoga mendapatkan buah hati, Candra tersenyum lebar dan diam-diam hatinya bak teriris pedih tak terkira.Juan dan Melani memahami perasaan Candra dan mengalihkan ke perbincangan lain, Rita tahu jika dia tidak akan pernah memiliki keturunan dari suaminya. Akan tetapi dia sudah memikirkan langkah apa saja yang akan ditempuh untuk me