Share

Bab 5 Tampak Beda

Sesampainya di kamar kos, air mata yang Stela tahan sejak tadi pun akhirnya lolos juga dari mata indahnya. Dia meluapkan kesedihannya, Meluapkan rasa sakitnya

"Kenapa kamu tega, Se?" Rasa sesak di dadanya begitu menyakitkan. Dia tidak menyangka bahwa Sean benar-benar melakukan ini semua. Mengakhiri kisah cinta yang sudah dirajutnya selama empat tahun.

Saat Stela sedang menangisi semuanya, terdengar pintu kamarnya diketuk. Dia berdiri, dan membuka pintu. Saat membuka pintu, dia mendapati Ana di depan pintu.

Ana yang menunggu Stela dari tadi, begitu khawatir. Namun, saat melihat Stela kembali diantar oleh Sean, dia langsung menyusul Stela.

"Stela," panggil Ana yang melihat Stela terlihat menangis.

"Ana." Stela langsung berhambur kepelukan Ana. Perasaannya yang begitu sedih, membuatnya membutuhkan sandaran.

"Stel, apa yang terjadi?"

"Dia sudah mengajukan surat permohonan cerai, Na." Stela menjelaskan dengan isakan apa yang dikatakan oleh Sean.

"Stel, apa kamu tidak jelaskan semuanya?" tanya Ana dengan kesal, dan Stela mengeleng. "Stel, harusnya kamu jelaskan semuanya agar dia tidak terus terjadi salah paham."

"Malam itu aku sudah jelaskan, tapi apa dia mendengarkan?" Stela bertanya balik pada Ana.

"Waktu itu lain, Stel."

"Sudahlah, dia sudah mengambil keputusan ini. Jadi biarkan ini berjalan seperti yang dia mau."

"Sebaiknya kamu istirahat, mungkin sekarang pikiranmu sedang kalut, aku akan menemanimu hingga tenang." Ana membantu Stela berbaring di tempat tidur.

Setelah memastikan Stela tenang, Ana keluar dari kamar Stela. Ana merasa sangat geram saat mendengar bahwa Sean sudah mengajukan perceraian mereka.

"Setega itu kamu, Se. Aku akan beri perhitungan dengan mu," geram Ana.

Di dalam kamar Stela masih menangisi semuanya. Rasanya dia tak ada tenaga untuk melawan nasibnya. Ingin rasanya dia menjelaskan pada Sean bahwa semua salah paham. Tapi, melihat Sean yang sudah dengan keyakinannya untuk mengakhiri semua, Stela tidak bisa berbuat apa-apa. Kini dia hanya bisa pasrah menerima nasib pernikahannya yang akan berakhir.

***

"Apa kamu mau bekerja hari ini?" tanya Ana yang melihat Stela keluar dari kamar kos.

"Aku rasa, aku akan sedikit melupakan masalah ini jika bekerja."

Ana membenarkan dalam hati apa yang dikatakan Stela. Kalau Stela di rumah, dia hanya akan menangis mengingat perceraiannya.

"Baiklah jika kamu ingin berkerja. Tapi biarkan aku yang mengantarmu."

Stela memahami kekhawatiran Ana padanya. Dengan keadaan dengan pikiran penuh kekacauan, tidak baik untuknya mengendarai motornya ke kantor.

"Baiklah," ucap Stela yang menyetujui Ana yang akan mengantarnya.

"Baiklah, tunggulah di dekat mobil aku akan mengambil tas dan kunci," ucap Ana seraya masuk ke dalam kamar kos.

Ana melajukan mobilnya menuju kantor Stela. Di dalam perjalanan Ana menghidupkan radio untuk mengusir keheningan. Ana tahu Stela tidak akan banyak bicara dalam keadaan seperti ini.

"Nathan akan mengadakan reuni dengan teman-temannya di pucak, apa kamu mau ikut denganku?" Ana bertanya untuk memecah keheningan di dalam mobil.

Stela menoleh mendapati pertanyaan dari Ana. "Aku tidak mengenal teman Nathan, untuk apa aku ikut?" Dia memberi penolakan.

"Aku memintamu menemaniku, karena aku juga tidak mengenal teman Nathan." Ana menjelaskan pada Stela. "Aku mohon temani aku," pinta Ana penuh harap.

Melihat Ana yang begitu berharap, Stela menjadi tidak tega. "Baiklah," ucapnya.

Ana yang mendengar Stela mau pergi dengannya merasa senang. Sebenarnya alasan utama mengajak Stela, hanya ingin membuat temannya itu melupakan kesedihannya saja.

"Tujuan Anda sudah sampai Nona, jangan lupa beri bintang lima," goda Ana menirukan taxi online yang biasa dinaiki Stela atau pun Ana.

Stela yang mendengar temannya menggodanya hanya memberi senyum tipis. "Terimakasih, saya akan memberi bintang lima," ucap Stela seraya membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Ana.

Melihat Stela sudah keluar, Ana melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit

***

Seperti biasa, pekerjaan pagi Stela adalah membacakan jadwal Finn dan menyiapkan teh hangat untuk atasannya itu.

Saat membacakan jadwal Finn, Finn memperhatikan Stela tampak berbeda hari ini. "Apa kamu semalam menangis?" tanya Finn setelah menyimpulkan apa yang tampak beda dari Stela.

"Hah .... " Stela seketika kaget mendapati pertanyaan dadi Finn. "Ti ... dak, Pak," jawab Stela sedikit gugup.

Untuk pertama kalinya Finn melihat kegugupan dari Stela. Stela yang bisa bersikap tenang seolah berubah seketika. "Aku sudah biasa melihat Vania menangis semalaman, karena aku membuatnya kecewa, dan itu tampak seperti kamu dengan lingkaran hitam di bawah mata." Finn menjelaskan sesuatu yang dia ketahui tentang wanita yang menangis semalaman.

"Apa Bapak tahu lingkaran hitam di bawah mata bisa ada bukan hanya karena menangis semalaman, lingkaran hitam bisa tampak saat seseorang kurang tidur," jelas Stela sudah dengan tenang. "Jadi alasan lingkaran hitam di bawah mata saya, adalah karena saya kurang tidur semalam," tambah Stela.

Finn mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan itu.

"Karena jadwalnya sudah saya bacakan, saya permisi keluar, Pak," ucap Stela seraya menundukan kepalanya sedikit memberi hormat. Kemudian melangkahkan kakinya keluar meninggalkan ruangan Finn.

"Aku tahu, bukan karena kurang tidur lingkaran hitam di mata mu, Auri." Finn masih merasa jika Stela menangis semalam.

Di luar ruangan yang lebih tepatnya di meja Stela, dia merasakan kegeramannya. Di dalam ruangan Finn, dia menahan diri untuk tidak marah atau kesal dengan bosnya, tapi saat keluar, emosinya muncul begitu saja.

"Dia pikir dia siapa, mengatakan aku habis menangis," gumam Stela.

"Kamu kenapa Auri?" tanya Ina yang melihat Stela keluar dari ruangan bosnya dengan kesal.

"Tidak Kak, hanya kesal saja."

"Apa Pak Bos memarahimu?"

Stela yang melihat kecemasan dari Ina langsung memberi jawaban. "Tidak Kak, hanya tadi Pak Finn mengatakan lingkaran hitam di wajahku akibat menangis, tapi sebenarnya ini hanya akibat aku kurang tidur saja," jelasnya.

"Coba lihat?" tanya Ina seraya mengangkat dagu Stela dan melihat wajah Stela. "Aku rasa lingkarannya tidak terlalu terlihat, tapi kenapa Pak Finn bisa memperhatikanmu sedetail itu?"

Stela mencerna kata-kata ina, yang mengatakan kalau lingkaran hitamnya tidak terlihat. 'Kenapa dia bisa sedetail itu memerhatikanku?' batin Stela.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
ayo,ana.datangi sean.jelaskan kepada sean tentang kebenaran yang terjadi pada ste.
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
sepertinya tanpa disadari finn mulai menyukai ste.makanya finn menyadari lingkaran hitam di wajah ste
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status