Part 81"Memangnya tadi habis makan apa? Kenapa bisa sakit? Kau tahu kan kamu lagi hamil, jangan makan yang pedas," tegas lelaki itu.Hana diam hanya meringis kesakitan, membuat Putra merada kasihan padanya. Dari kotak p3k yang dia bawa, lelaki itu mengambil minyak kayu putih."Buka bajumu,""Hah?""Buka bajumu sebentar, Hana, aku ingin mengoleskan minyak kayu putih ini."Hana mengangguk. Dan membuka sedikit baju atasannya. Putra segera mengoleskannya ke perut sang istri.Matanya menyipit kala melihat buah beserta sambalnya yang masih tersisa. "Kamu berlebihan ya makan rujak buahnya?" tanya Putra kemudian."Enggak kok, itu aja gak habis, A. Cuma nyicipin dikit aja. kamu tau sendiri kan kadang tiap makanan yang masuk suka aku muntahkan kembali. Jadi aku ingin yang seger-seger. Tapi aku gak makan sambalnya, A.""Iya, buah yang masam juga jangan terlalu banyak. Kalau jadinya kayak gini gimana? Pencernaanmu terganggu, dari kemarin kulihat kamu makan pedas dan asam terus."Hana terdiam,
Part 82 "Apaa? Tapi aku benar-benar tidak tahu Tuan, maksudku--""Kenapa tidak tahu? Kamu yang masak makanan itu kan, Isna? Jawab dengan jujur! Dugaanku, Hana jadi sakit karena makan itu!" Suara Putra terdengar tegas membuat si penerima telepon itu gugup."Anu tuan, maaf sebenarnya--""Katakan Isna, jangan ada yang disembunyikan! Atau aku akan laporkan kamu ke pihak berwajib!""Tidak, jangan Tuan. Emmh tadi .. Tadi-- ada nyonya Sasya.""Sasya?""Iya, Tuan. Apa hubungannya denganmu?""Tanpa sengaja aku bertemu dengannya saat mau ketmu Nyonya Hana, dan dia menitipkan makanan dalam rantang itu, Tuan. Katanya buat Nyonya Hana."Putra menghela napas panjang. "Apa kau tidak tahu kami masih bersitegang?""Tidak Tuan, Nyonya Sasya meyakinkanku kalau hubungan kalian itu membaik. Katanya demi menjalin silaturrahim terus terjaga, jadi Nyonya mengirim makanan persahabatan, dan menitipkannya padaku. Karena dia tengah buru-buru dapat panggilan telepon!""Sudah kuduga! dia benar-benar tak menyerah
Part 83Buuugghhtt ....sebuah pukulan mendarat di punggungnya. pukulan dari benda tumpul. Sasya tersenym menyadari siapa yang datang. Putra hendak bangkit, tapi gerakan orang itu sangat cepat, ia kembali memukul punggung Putra berkali-kali hingga dia terjerembab dan tak sadarkan diri."Terima kasih bantuanmu, Farish," ujar Sasya. Mereka memang merencanakan hal itu dengan sangat matang.Farish tersenyum licik. "Jangan lupa 10% saham perusahaanmu menjadi milikku, Sayang," pungkas lelaki itu. Lelaki yang sudah akan bangkrut itu berusaha melakukan apa saja, agar bisa bangkit kembali dan perekonomiannya naik lagi.Karena itu, ia membutuhkan uang serta relasi yang banyak meski menjelma jadi orang dengan dua kepribadian yang berbeda. Dan karena itu juga, Farish menggunakan Sasya untuk tujuan meraih uang."Bagaimana dengan ini?" tanya Farish sambil mihat Putra yang tak berdaya."Kau tenang saja, aku akan segera mengurusnya. Tolong bawa dia ke kamarku sjaa!" seru Sasya kemudian. Farsih me
Part 84Wanita itu tersenyum sangat manis melihat Hana begitu shock."Hallo, Hana, kenapa kau melihatku seperti itu?" Sasya sengaja memanas-manasi hati Hana agar dia merasa kesal dan marah pada Putra."Oh iya, Hana, kau mencari suamimu kan? Lihatlah dia ada di sampingku sedang tertidur," ujar Sasya seraya mengarahkan kamera itu pada Putra. Putra yang hanya terlihat bagian kepala sementara bagian tubuhnya tertutup selimut. Matanya terpejam rapat."Bagaimana, Hana? Lihatlah suamimu yang tampan ini tengah kelelahan dan menginap di sini karena aktivitas kami tadi. Kamu tak perlu mengganggunya, dia aman bersamaku."Bagaikan disambar petir kala melihat Putra yang tertidur itu berada di ranjang yang sama dengan sang mantan istri. terlebih pose Sasya yang begitu menggoda dan dekat dengan Putra membuat hatinya makin membara. Ada gejolak panas di hati yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata."Kau tahu 'kan apa artinya? Meski sudah ada istri baru, pesona sang mantan akan tetap membekas di h
Part 85Sementara itu, Hana tengah harap-harap cemas menunggu kedatangan Pak Derry. Beruntung asisten sang suami itu sigap membantunya.Tak berapa lama, Derry datang. Sebelum ia berangkat ke rumah Sasya, Hana menceritakan kronologinya lebih dulu. "Lebih baik, Nyonya tunggu di sini saja. Ini terlalu rawan untuk Nyonya. Apalàgi Nyonya baru keluar daro Rumah Sakit. Jadi, biar saya yang pergi ke rumah itu.""Tapi--""Percayakan pada saya, Nyonya. Saya akan membawa Tuan kembali ke hadapan Nyonya," sahut Derry lembut. Sang asisten iba melihat kondisi istri majikannya. Ia merasa tak tega."Apa tidak apa-apa, Pak Derry?""Ya, percayakan saja padaku. Nyonya tunggu saja ya. Maaf bukannya saya lancang, tapi ini demi kebaikan bersama."Hana manggut-manggut, ucapan Derry memang benar. Kalaupun ia ikut, pasti hanya akan merepotkannya saja."Ya, baiklah, tolong bawa Tuan kembali ya.""Baik, Nyonya."Setelah mendapatkan informasi, Derry bergegas pergi menuju basement. Mengendarai mobilnya dngan unt
Part 86"Akhirnya kau datang juga, A. Aku takut sekali. Aku takuuut ...."Putra membalas pelukan istrinya, merangkulnya dengan hangat dan mengecup keningnya berkali-kali."Sudah tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. maaf ya sudaah membuatmu khawatir," sahut Putra berusaha tenang.Hana mengangguk, ia melirik ke arah Derry. "Pak Derry, terima kasih atas bantuannya.""Iya, Nyonya. Saya senang bisa membantu Anda. Sebaiknya Tuan disuruh istirahat dulu."Hana mengangguk lagi. "Der, kau juga pulanglah, terima kaish atas bantuannya.""Iya, Tuan.""Nanti kuhubungi lagi lewat telepon ya.""Baik, Tuan."Putra masuk ke dalam apartemen, sedangkan Derry kembali ke rumahnya."A, apa semua itu benar?" tanya Hana seraya tanpa sengaja memegang punggung suaminya."Aaauu!" pekik Putra kesakitan. Hana terkejut. "Apa kau terluka, A?""Ya, aku kena pukulan di bagian punggung."Hana yang penasaran segera memeriksa kondisi sang suami. Mulutnya menganga saat melihat luka memar di punggungnya."Ya Allah ..." Mata
Part 87Sementara itu, di rumah besar Sasya."Woi, ngapain lu pada bengong! Cepat bangun!" "Ba-baik, Nyonya!"Dua pria berbadan kekar itu segera beranjak. "Kenapa sih bisa membiarkan Putra lari?'' tanya Sasya kemudian seraya memegangi pergelangan tangannya."Anu, Non, Tuan kabur. Tadi ada yang tiba-tiba datang menolongnya.""Sial!""Dasar penjaga amatiran! Menahan satu orang saja kalian tidak becus! huh! Preman macam apa kalian ini! badan doang yang gede! tenaga kayak banci!" seru Sasya dengan geram. Wanita itupun segera berlalu kembali ke dalam kamarnya.Sasya merenung sendiri di kamar, padahal sebentar lagi Putra kembali jadi miliknya, tapi lagi-lagi hal itu seperti sebuah kemustahilan."Arrgghh! Apa yang harus kulakukan? Putra pasti akan melaporkanku ke polisi lagi! Pria itu begitu kejam pada mantan istrinya sendiri! Huh!" gerutu Sasya.*** Pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke kantor, Derry datang ke rumah besar Mahesa untuk menemui sang majikan pertamanya.Derry melaporkan kej
Part 88Putra mengangguk canggung mendengar ucapan ayahnya. "Ayah merindukan kalian, Nak. Di rumah sepi sekali, tak ada tawa dan tangis Alvaro. Terlebih setelah iniden kecelakaan yang dialami Bama. Apa kalian gak ada rencana untuk tinggal di rumah lagi?" tanya Mahesa kembali, penuh haràp."Tidak, Ayah. Maafkan kami. Dari awal lami udah bilang sama ayah kalau ingin hidup berama keluarga kecil kami, apalagi karena sebelumnya beberapa orang disana tak menyukai Hana. Aku tidak mau ambil resiko, Yah! Aku tidak ingin istriku dipermalukan. Jadi biarkan kami tinggal di sini saja."Mahesa menganggukkan kepalanya pelan, ia memang sangat rindu pada anak dan juga cucunya, tapi ia tetap menghormati keputusan anak bungsunya itu. Yang ingin tinggal bersama keluarga kecilnya.Hana berlalu ke dapur untuk membuatkan cemilan juga teh manis untuk suami, mertua sekaligus Derry."Silakan diminum dulu, tehnya, Ayah.""Iya, terima kasih, Nak."Mahesa menyesap teh manis itu sejenak."Bagaimana dengan kandun