“Dia menerima kamu?” tanya Irwan tidak percaya.
“Apa nggak aneh?” tanya Endi lagi yang menatap dalam pada Leo.
Leo mengangkat bahu “Mungkin, tapi setidaknya dia menerima lamaranku.”
“Kamu masih memiliki rasa sama dia?” tanya Irwan dengan tatapan penuh selidik.
“Penyanyi itu bagaimana?” tanya Endi lagi.
“Kalian bisa kalau tanya satu per satu?” Leo menatap malas pada kedua orang dihadapannya “Kamu kapan menikahi dia? Apa mau Dona aja yang kamu nikahi?”
Melempar kertas dengan memberikan tatapan tajam “Nggak semudah itu ternyata, pengalaman masa lalunya membuat orang tua dia bertanya-tanya tentang keseriusanku. Sampai aku minta Om Awang turun tangan, hasilnya tidak jauh berbeda.”
“Gue nggak peduli sama kisah lo, sekarang Leo aja fokusnya.” Endi memotong perkataan Irwan dengan menatap Leo penuh selidik “Jangan mengalihkan pembi
Menatap Putik yang sedang menyiapkan makanan untuk dirinya, tersenyum kecil membayangkan bagaimana kehidupan rumah tangga mereka nantinya. Senyum Leo hilang saat bukan bayangan Putik yang hadir melainkan Fransiska, sudut hatinya terasa bahagia tapi tidak dengan tatapan matanya.“Om Leo, memang kalian mau menikah?” tanya Risa yang membuat lamunannya hilang.“Memang kenapa?” tanya Leo tanpa menjawab pertanyaan Risa “Kamu nggak suka punya ayah?”Risa menggelengkan kepalanya “Ayah Risa nggak ada, satu-satunya ayah yang aku miliki kemarin bertemu.” Leo menatap penuh minat dengan kata-kata Risa “Memang kenapa mama sama ayah nggak menikah saja? Kenapa harus sama Om Leo?”“Kalian sering bertemu?”Risa mengangguk “Beberapa hari ini kita sering bertemu, kita menghabiskan waktu bersama.”“Memang mama sama ayah belum pisah?” tanya Leo harap-harap cemas.
Menenangkan diri di salah satu pub terkenal, hiruk pikuk suara orang-orang diikuti dengan musik yang keras dan ditemani dengan minuman yang ada dihadapannya. Mengetahui kenyataan yang membuat Leo membeku, terngiang suara Risa yang menceritakan mengenai Putik dan pria itu. Masih teringat apa yang Putik katakan ketika menerima lamarannya, saat itu Leo sangat bahagia dan melupakan pertanyaan mengenai pria yang berada dalam mobil itu.“Aish....bego banget sih gue.” Leo menggelengkan kepalanya.“Hi...cowok...” Leo menatap malas pada wanita yang menggunakan pakaian mini disampingnya “Sendirian?”“Gue nggak butuh lo, jadi mending pergi.”Beranjak dari tempatnya menuju pintu keluar dari pub terkenal ini, berada disini bukannya tenang malah membuat pikirannya kacau. Leo menggelengkan kepalanya melihat beberapa orang sedang bercumbu satu sama lain, langkahnya terhenti saat melihat orang yang dikenalnya sed
Menjalani aktivitas seperti biasanya, hanya saja saat ini Leo mengurangi hubungan dengan Putik. Masalah antar jemput masih dilakukan, tapi berada di rumahnya dalam waktu lama tidak. Pembicaraan dengan Jimmy membuat dirinya sadar akan beberapa hal, tidak tahu keputusannya benar atau tidak.“Malam ini ya keluarga Fransiska?” tanya Irwan yang membuyarkan lamunan Leo.“Katanya begitu.” Leo menjawab sambil membuka pesan dari Fransiska.“Hubunganmu sama Putik bagaimana? Sampai tahap mana? Katanya mau dijadikan asisten pribadi.” Leo hanya diam mendengar kata-kata yang Irwan keluarkan.“Kamu jadi berangkat kapan?” Leo menatap Irwan sekilas dan kembali fokus pada berkas dihadapannya.“Lusa, dia mau liburan sama keluarga. Lagian katanya masalah di rumah sakit sudah selesai ditangani.”Suasana diantara mereka menjadi hening, tidak ada yang membuka pembicaraan setelah Irwan menjawab perta
Leo menatap dari jauh kedatangan Fransiska dengan keluarganya, keluarga yang sangat harmonis dan tidak jauh berbeda dengan dirinya. Fransiska sangat manja dengan pria yang sepertinya ayahnya itu, beberapa kali tersenyum lembut kearah kedua orang tuanya membuat Leo ikut tersenyum kecil.“Mau hampiri?” tanya Irwan yang berada disamping Leo.“Dia bahagia sama keluarganya, nggak mau merusak suasana.” Leo menjawab tanpa melepaskan tatapan pada Fransiska.“Coba datangin hitung-hitung pendekatan.” Irwan menepuk bahu Leo pelan, “butuh perjuangan mendapatkan wanita yang memang berharga.”Menatap Fransiska dan keluarganya setelah kepergian dari Irwan, seakan tatapannya hanya fokus pada mereka. Perkataan Irwan memang ada benarnya, hanya saja statusnya saat ini belum memungkinkan melakukan hal itu, lagipula tidak ada target menikah jadi untuk apa mempercepat semuanya.Perdebatan panjang terjadi pada hati dan otak
“Apa yang kamu lakukan?” Leo berdiri memberikan tatapan tajam, “siapapun bisa masuk sini, jadi gunakan pakaianmu.”“Kenapa kamu menjauhiku? Apa semua selama ini tidak berguna?” tanya Putik tidak menghiraukan kata-kata Leo.“Gunakan pakaian itu sekarang juga!” Leo berkata dengan nada dingin dan tegas.Putik terkejut dengan nada suara Leo, menggunakan pakaiannya kembali. Tatapan Leo mengarah pada yang lain, tidak pada Putik yang dari tadi mencoba membuka pakaiannya. Tidak peduli atas apa yang terjadi, Leo menghembuskan nafas panjangnya saat melihat dari ekor matanya Putik telah menggunakan pakaiannya.“Kembali bekerja, kamu tahu hubungan kita hanya atasan dan bawahan jika berada di hotel....”“Kapan kita bisa bicara?” potong Putik.“Aku masih sibuk dan tidak bisa bertemu sementara waktu.” Leo menjawab langsung tanpa menatap Putik.“Apa lamaran dan
Menatap dalam Fransiska yang masih terkejut dengan kenyataan dihadapannya, Leo memang tidak membuka diri pada Fransiska siapa dirinya yang sebenarnya di hotel ini. Memberikan voucher dan reservasi adalah hal yang dilakukannya dengan menggunakan kekuasaan, tidak berpikir panjang kedua orang tuanya langsung tahu atas apa yang dilakukannya.Kedua orang tua mereka tampak asyik berbicara satu sama lain, Jimmy sendiri berusaha mengajak Fransiska dan kakak perempuannya berbicara. Kakak perempuannya, Chika. Memiliki wajah tidak jauh berbeda dengan Fransiska, bahkan tampak seperti kembar.“Jadi kamu ini general manager?” tanya Chika membuat Leo mengalihkan pandangan, “ini yang pintar dan bodoh siapa? Kalian saling mengenal?”“Fransiska tidak pernah bertanya.” Leo menjawab menatap Fransiska dengan tatapan menggoda.“Lagian buat apa tanya pekerjaan orang lain? Nggak sopan.” Fransiska menjawab dengan ekspresi kesalnya.
Memandang Leo dengan tatapan terkejut, kehadiran Leo di sekolah Risa memang suatu kejutan. Angin apa yang membuat Leo menjemput anak perempuan Putik ini, mengatakan sesuatu mengenai hal yang diluar anak seusianya. Bertemu dengan Fransiska beberapa hari lalu bersama dengan keluarganya memberikan kesan berbeda, ingin berkenal dan juga dekat dengan Risa menjadi tujuannya, walaupun sedikit penasaran dengan pemikiran anak yang seusianya.“Mana mama?” Risa menatap sekitar.“Mama kerja.” Leo menjawab setelah menundukkan wajahnya berhadapan dengan Risa, “kamu pulang sama om.”Leo menggenggam tangan Risa menuju mobilnya, anak kecil yang tidak terlalu banyak bicara dan bertingkah membuat langkah Leo mudah mengajaknya. Memastikan Risa aman dan juga nyaman di kursinya, setelahnya mengendarai mobilnya menuju ke tempat penitipan anak yang orang tuanya bekerja. Beberapa kali sudut matanya menatap Risa yang diam dengan menatap lurus dihadapan
Tidak bisa menahan dirinya setiap bertemu dengan Putik, mereka melakukannya di kamar yang ada di hotel. Salah satu kamar yang ada di hotel, Leo menarik Putik yang kebetulan shift malam, tidak adanya tamu membuat Leo ingin melakukan dengan Putik. Suara desahan mereka berdua terdengar sangat jelas, ditambah suasana sudah sangat malam membuat mereka melakukannya dengan penuh gairah.“Lebih dalam, Leo.” Putik mengerang dengan memegang bantal.Leo yang berada di belakangnya mencoba untuk konsentrasi mendapatkan pelepasannya yang ketiga, terlalu lama tidak berhubungan membuat pelepasannya yang pertama terjadi dengan sangat cepat. Tidak merasakan kepuasan melakukan untuk yang kedua dan ketiga, saat ini Leo merasakan sudah cukup melakukannya. Tidak lama kemudian dirinya mencapai klimaks, menarik miliknya keluar dan itu membuat cairannya keluar di punggung Putik. Selama permainan tadi Leo tidak mengeluarkanmya didalam, memilih mengeluarkan diluar untuk mencegah hal-