Pandangan Leo tidak lepas dari Fransiska yang masih menata mereka dan memastikan mereka baik-baik saja, saat ini dirinya menunggu Fransiska selesai dengan kegiatan bersama dengan membernya. Perkataan spontan Azka membuat Leo berada didalam ruangan menunggu mereka semua selesai, tidak tahu apa yang keluarganya rencanakan dengan pendekatan ini. Kegagalan dengan Putik, bukan kegagalan tapi memang mereka mengambil keputusan bersama dengan mengambil jalan sendiri-sendiri terlebih dahulu.
“Maaf, lama.” Fransiska menatap Leo tidak enak, sedangkan Leo hanya mengangguk singkat “Mau sekarang?”
“Memang sudah semua?” menatap membernya yang seakan sudah siap untuk pulang, “mereka pulang?”
Fransiska mengangguk, “kami belum pulang selama beberapa hari, jadi ini waktunya pulang.” Leo masih memandang mereka semua, “tenang Yena akan mengurus mereka.”
“Yena?” Fransiska mengangguk, Leo hanya
Merutuki kebodohannya setelah mengatakan hal itu, suasana menjadi canggung satu sama lain. Tidak seharusnya Leo berkata seperti itu, mendatangi Fransiska yang masih diam membeku. Mengambil ponselnya tanpa banyak bicara, mengarahkan kearah Fransiska untuk di foto.“Kamu jahat ambil foto nggak bilang-bilang.” Fransiska mendatangi Leo dengan memukul lengannya.“Kamu cantik kalau lagi bengong gini, coba sini lihat.” Leo menunjukkan hasilnya pada Fransiska.“Cantik apaan?” Fransiska menatap tidak suka.Menarik Fransiska mendekatinya, membuat jarak mereka sangat dekat, suatu kesalahan yang membuat Leo bisa menghirup aroma tubuh Fransiska. Mencoba untuk konsentrasi dengan menunjukkan foto yang baru saja diambil, tangan Leo yang lain berada di pinggang Fransiska membuat jarak mereka sangat dekat.“Curang hasilnya bagus.” Fransiska menatap kesal pada Leo yang membuatnya tertawa.“Kamu nggak ahli a
“Ada yang beda ini habis kencan.” Endi memberikan tatapan menggoda pada Leo ketika memasuki ruangannya.Leo menatap sekilas dan hanya menggelengkan kepalanya, “ada perlu apa?”“Busyet! Ada perlu apa.” Endi memilih duduk dihadapan Leo yang membaca beberapa berkas, “gue butuh tempat buat meeting.”Menghentikan apa yang dibacanya dengan menatap Endi, “kenapa ke gue? Disini ada bagian marketing, lo ke mereka bukan gue.”Endi memutar bola matanya malas, “gue udah ke mereka dan tadi juga bilang sama Agus.” Leo mengangkat alisnya, “gue cuman mau lihat gimana orang kencan, lancar?”“Lancar.” Leo menjawab singkat.Endi mengangkat alisnya, “berakhir di ranjang?”Leo menggelengkan kepalanya, “entah kenapa sama Fransiska pikiran gue bukan kearah ranjang, banyak hal yang menjadi objek kami bicara. Fransiska enak diajak bicara dan juga menyenangkan.”“Lo jatuh cinta sama dia?” tanya Endi yang dijawab Leo denga
Salah satu kebiasaan baru Leo saat ini adalah datang di setiap acara yang menampilkan Fransiska dan teman-temannya, mengikuti secara langsung atau hanya menonton dari kejauhan. Leo biasanya datang bersama Tere atau Jimmy atau Rey atau bisa jadi mereka bertiga semuanya, seperti sekarang ini.“Kalian hebat,” ucap Tere mengangkat kedua jempolnya pada mereka berenam.Leo hanya memandang apa yang mereka lakukan, memandang dalam diam. Beberapa staf perusahaan mengangguk singkat sebagai bentuk sapaan, mereka semua sudah mengenal Leo dengan sangat baik, tapi satu hal yang mereka tidak tahu adalah latar belakang Leo.“Mas memang nggak capek?” Fransiska menatap Leo penuh perhatian.“Kalau aku bilang capeknya hilang dengan lihat kamu nanti dibilang gimbal.” Leo menjawab santai dengan nada menggodanya.Fransiska tersenyum dan menepuk bahu Leo pelan, “ya nggak gitu juga kali, tapi memang serius?”“Wanita dengan semua hal yang perl
“Kamu bahagia bersama dia.” Putik menatap wajah Leo dalam.Mereka bertemu di kolam hotel, Putik memilih berdiri disamping Leo. Melihat itu membuat Leo mengajak Putik untuk mengikutinya, mereka berakhir di salah satu ruangan yang biasanya digunakan setelah berada di kolam untuk membersihkan diri. Tubuh mereka sangat dekat, Leo bisa merasakan nafas dan kulit Putik, membuatnya hanya bisa menelan saliva kasar.“Kenapa kamu tanya seperti itu? Menyesal?” tembak Leo dengan suara rendahnya.“Apa kalau aku bilang menyesal semua akan kembali semula?” Putik membalikkan kata-kata Leo.Leo hanya mengangkat bahu, “semua tergantung sama kamu.”“Kamu juga.” Putik menambahkan, “hubungan tidak akan berjalan kalau hanya satu orang, dua orang harus berjalan dan beriringan.”“Kemana pria itu?” tanya Leo mencoba tidak peduli dengan kata-kata Putik.Putik menggerakkan tangannya ke wajah Leo, mendapatkan perlakuan seperti ini memb
Mengajak Fransiska menuju kamarnya, memakaikan jasnya dan menutupi bagian bawahnya. Leo menggenggam tangan Fransiska keluar dari ruangannya, setelah sebelumnya meminta Agus pergi. Memastikan Agus menjauh baru keluar dan menuju kamarnya, Leo sangat tahu jika Fransiska saat ini gugup, pengalaman baru pertamanya membuat Leo berpikir selama perjalanan. Pintu terbuka membuat mereka langsung masuk kedalam, langkah mereka semakin dalam sampai berada didalam kamar.“Kamu yakin?” Leo mengangkat dagu Fransiska membuat mereka saling menatap satu sama lain, “kamu tahu resiko buruknya.”Leo dapat melihat dari matanya kegugupan Fransiska, beberapa kali menelan saliva kasar. Leo bisa merasakan bahwa ini adalah pengalaman pertama bagi dirinya, melakukan hal pertama dan entah kenapa saat ini justru membuat Leo menjadi berpikir panjang.“Kalau kamu belum yakin mending nggak usah.” Leo membuka suaranya yang membuat Fransiska membelalakkan matanya, “kasih tahu aku kenap
Menarik Fransiska semakin dekat dengan dirinya, Leo tahu jika maminya saat ini melangkah kearahnya dan tidak ingin melihat tubuh Fransiska yang hampir terbuka. Hal ini justru menjadi kesalahan besar, kulit mereka saling bersentuhan membuat Leo harus menahan diri tidak berbuat lebih.“Lepaskan Fransiska atau mami jewer telinga kamu?” Tania menatap Leo tajam, “tutup mata kamu sekarang.”Leo memilih melakukan apa yang diperintahkan, dapat dirasakan Fransiska menjauh darinya. Leo tidak tahu apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah Fransiska pastinya merapikan penampilannya dan tidak lama tempat disampingnya bergerak membuat Leo membuka matanya mendapati Fransiska duduk disamping dengan jarak yang lumayan.“Ceritakan apa yang terjadi?” suara Tania membuat Leo mengalihkan perhatian dan mendapati maminya menatapnya tajam.“Aku yang menggoda Mas Leo dengan menggunakan pakaian ini,” ucap Fransiska langsung membuat Leo menatap tidak percaya.
Leo memandang kedua wanita dihadapannya sedang asyik berbicara, Leo mengakui jika Fransiska sangat sopan dan bisa menempatkan hati orang tua dengan mudah. Memikirkan keputusannya mengenai Fransiska, Leo memang sudah menginginkan hal serius dengan Fransiska hanya saja bayang-bayang Putik masih hadir.“Leo, kalau ada waktu kita main kerumah orang tua Fransiska.” Leo menatap maminya bingung, “kita kan pernah bicara dulu disini, nah...kita bicara dirumahnya untuk membicarakan hal serius.”Leo mengalihkan pandangan kearah Fransiska yang mengangkat bahu, “hal serius apa, mi?”“Melamar.” “MELAMAR!”Leo dan Fransiska teriak bersama membuat Tania menggosok telinga menggunakan tangan, menatap mereka tajam. Fransiska yang dekat dengan Tania langsung meminta maaf, Leo tidak memperhatikan yang terjadi dihadapannya. Tidak bisa dipikirkan dengan kepala dingin, maminya dengan mudah mengatakan hal itu sedangkan mereka berdua belum membicarakan
“Kamu sudah membuat keputusan jadinya?” tembak Tania saat melihat Leo berada dirumah.“Mi, aku baru datang sudah ditanya masalah ini.” Leo mencium kedua pipi Tania saat melihat keadaan aman.“Mami hanya mau tahu, kalau kamu berhubungan badan dengan orang yang sudah pernah mami nggak akan peduli tapi kalau kamu mengambil harta berharga seseorang yang hanya untuk suaminya tanpa ikatan mami nggak suka.” Tania memberikan tatapan tajam pada Leo.“Siap, Mi.” “Siap-siap aja, lagipula kalau mami nggak datang tadi pasti kamu sudah melakukan hal lebih.”“Leo sempat sadar tapi tetap saja nggak kuat.” Leo tersenyum kecil membuat Tania menggelengkan kepalanya, “papi kemana?”“Kamar, punggungnya sakit.” “Kebanyakan itu.” Leo memberikan tatapan menggoda membuatnya mendapatkan pukulan kecil di kepalanya, “mami kenapa minta Fransiska panggil dengan panggilan mami? Putik nggak pernah mendapatkan itu dari mami.”