Saat mendengar perkataan Shania, Zayden tertegun sejenak.Perkataan Shania memang benar. Lantaran dia pada akhirnya akan menikah dengan Shania, kenapa dia masih enggan menyentuh Shania?Melihat Zayden tidak berbicara, Shania memberanikan diri untuk mendekat. Lalu, dia menempelkan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun di dada Zayden dan berkata, "Zayden, kalau kamu benar-benar mau menikahiku, lakukanlah sekarang. Aku nggak percaya, kamu masih akan menolakku seperti sekarang ini setelah kita menikah nanti."Seusai berbicara, Shania kembali meraba-raba tubuh Zayden dengan sekuat tenaga dan sebagian besar kancing di pakaian Zayden juga sudah terbuka. Saat ini, Shania menyentuh dada Zayden yang kekar untuk membuat Zayden ikut tergugah. Sayangnya, Zayden tetap tidak merasakan apa pun setelah Shania berusaha dengan keras. Bahkan, Zayden justru merasa sangat jijik melihat tindakan Shania seperti ini.Saat ini, Zayden sangat yakin bahwa dia sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun kepada wa
Zayden menelepon Caleb dan Caleb langsung tiba tidak lama setelahnya. "Kamu urus dia. Awasi dia, jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang gegabah. Mengenai kompensasi apa pun yang dia minta, berikan saja," kata Zayden sebelum pergi sendirian.Caleb tampak tertegun dan kebingungan. Akan tetapi, saat melihat Shania meringkuk di dalam selimut sambil menangis tersedu-sedu, dia pun bisa menebak apa yang telah terjadi. Sepertinya, Zayden telah menyadari perasaannya dan tahu bahwa dirinya tidak bisa menikahi Shania dengan sembrono seperti ini."Nona Shania, aku keluar dulu. Anda ganti pakaian ini saja," kata Caleb sambil memberikan tas berisi pakaian bersih kepada Shania. Namun, Shania tidak mengulurkan tangan untuk menerimanya, sebaliknya dia menepis tangan Caleb dengan emosi."Pergi, keluar sekarang! Aku nggak mau kompensasi dari kalian! Apa kalian sedang memberiku sedekah?" seru Shania.Selama beberapa hari ini, Shania sudah menyebarkan berita bahwa dia akan menikah dengan Zayden dan men
Keesokan paginya.Zayden terbangun dalam keadaan pusing akibat efek mabuk semalam. Dia membuka matanya dan mendapati bahwa dirinya berada di Kediaman Moore. Namun, Zayden justru merasa sedikit tidak terbiasa karena tidak ada lagi sosok akrab di dalam kamar yang familier baginya ini. Dengan perasaan yang tertekan, Zayden bangkit dan berencana untuk sarapan seusai membersihkan diri. Saat mencium bau alkohol di tubuh Zayden, lalu melihat matanya yang lebam dan tampangnya yang lesu itu, Timothy sontak mengernyitkan alisnya.Kemudian, Timothy berkata, "Zayden, ada apa? Dilihat dari tampangmu, apa kamu sedang kesal? Oh, ya, ke mana Audrey selama beberapa hari ini? Kenapa aku nggak melihat dia pulang?"Saat mengungkit tentang Audrey, sorot mata Zayden meredup. Dia pun menjawab, "Dia pergi liburan dan akan kembali beberapa hari lagi.""Liburan?" Timothy sedikit meragukan, tetapi dia juga tidak bertanya lebih lanjut karena melihat ekspresi Zayden yang biasa-biasa saja. Kemudian, Timothy lanju
Untuk sesaat, Audrey tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Zayden. Apa mungkin dia terlihat begitu menarik saat makan? Mengapa Zayden terus-menerus menatapnya seperti itu? Namun, perasaan yang aneh ini malah membuat Audrey yang awalnya tidak begitu berselera menjadi semakin sulit untuk menelan makanannya. Akhirnya, Audrey pun berseru, "Kamu datang mencariku ada urusan apa? Katakan saja.""Kita akan ke rumah sakit untuk pemeriksaan nanti," jawab Zayden.Pernyataan Zayden sontak membuat Audrey menjadi waspada. Dia lalu berkata, "Pemeriksaan apa?""Pemeriksaan kesehatan." Zayden tidak memberikan penjelasan yang lebih lanjut, tetapi ekspresinya membuat Audrey menjadi semakin khawatir. Audrey baru saja menjalani pemeriksaan kehamilan belum lama ini. Sekarang, Zayden tiba-tiba mengungkit hal ini sehingga membuat Audrey merasa ada yang tidak beres.Audrey meletakkan sendok di tangannya, lalu menatap Zayden dengan serius dan berkata, "Tuan Zayden, apa maksudmu? Aku rasa ka
Saat melihat Zayden akan menariknya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit, Audrey tidak bisa menahan ketakutan dalam hatinya dan langsung berteriak dengan keras, "Kamu nggak bisa menggugurkan anak ini! Ini anakmu!"Zayden sontak menghentikan langkahnya. Setelah kembali meresponsnya, Zayden langsung menarik Audrey ke hadapannya dan menatapnya dengan tajam sambil berkata, "Apa yang kamu katakan tadi?"Karena sudah mengatakannya, Audrey juga tidak peduli dengan apa pun lagi. Dia tidak bisa membiarkan Zayden menggugurkan anak mereka dengan begitu saja."Ini anakmu, kamu nggak boleh menggugurkannya," sahut Audrey.Setelah tertegun sejenak, Zayden pun tersenyum dengan sinis dan berkata, "Audrey, kamu benar-benar berusaha keras untuk menyelamatkan anak haram ini. Kamu bahkan berani mengatakan kebohongan yang sangat konyol seperti ini. Sejak kapan aku pernah menyentuhmu? Apa kamu bisa hamil sendiri?"Pertanyaan Zayden yang begitu menusuk membuat Audrey menggigit bibirnya dengan kuat. Audrey m
Zayden tetap merasa kebingungan dan sulit untuk memahami situasi saat ini, jadi dia langsung memutuskan untuk pergi ke tempat Kenny. Saat Zayden tiba di bawah rumah sakit dan berencana untuk mencari Kenny, dia pun melihat Christian sedang membawa seorang pria asing berjalan ke dalam rumah sakit. Lantaran sedang terburu-buru, Christian sama sekali tidak memperhatikan mobil Zayden yang diparkir di sana.Zayden lalu mengernyitkan alisnya dan bertanya-tanya apa yang dilakukan Christian di sini?Zayden memiliki sebuah firasat bahwa kehadiran Christian di sini pasti ada hubungannya dengan Audrey. Oleh sebab itu, Zayden pun berjalan ke dalam, menanyakan kamar yang dikunjungi Christian kepada perawat di depan, dan langsung mengikutinya.Hari ini, Christian membawa Ross untuk melakukan pemeriksaan kepada Lara. Meskipun Christian sangat khawatir dengan kondisi Audrey sekarang, Christian juga menyadari bahwa yang paling penting bagi Audrey sekarang adalah ibunya. Christian merasa bahwa dirinya te
Mereka terlihat seperti satu keluarga yang harmonis, sedangkan Zayden bahkan tidak pernah bertemu dengan ibu Audrey. Saat memikirkan hal itu, Zayden menggenggam kemudi mobil dengan sekuat tenaga, lalu sebuah dering telepon tiba-tiba mengalihkan perhatiannya dari kemarahannya."Tuan Zayden, Nona Shania mengancam untuk bunuh diri. Katanya, kalau dia nggak bertemu dengan Anda, dia akan mengakhiri hidupnya," kata Caleb dengan suara yang kelelahan. Semalam setelah Zayden pergi, Caleb terus berada di sana untuk menjaga Shania. Awalnya Caleb mengira Shania akan kembali tenang setelah meluapkan emosinya sejenak, tetapi dia sama sekali tidak menyangka Shania justru tidak berhenti sepanjang malam. Saat Caleb menyuruh orang untuk mengantarkan makanan hari ini, Shania bahkan tidak menyentuhnya dan langsung melemparkannya ke lantai. Dia terlihat seperti ingin menggunakan bunuh diri sebagai ancaman.Lantaran merasa tidak bisa mengatasinya lagi, Caleb pun hanya bisa menelepon Zayden untuk mendengar
Saat mendengar nama Audrey, Shania langsung mengerti apa yang telah terjadi. Dia sangat yakin bahwa wanita rendahan itu pasti telah mengetahui sesuatu dan melaporkannya kepada Zayden. Segala ucapannya yang ingin bercerai dengan Zayden sebelumnya juga hanya berpura-pura!"Aku … aku kenal, kami teman sekelas dan cukup dekat. Aku juga pernah minum kopi dan bertemu beberapa kali dengannya," jawab Shania.Shania tahu bahwa Zayden pasti telah menemukan sesuatu, jadi dia tidak menutupi hal itu dan langsung mengakui kenyataan bahwa dirinya mengenal Audrey.Zayden menyipitkan matanya, lalu menatap Shania dengan tatapan tajam dan berkata, "Apa kamu pernah memberitahunya hubungan kita?" "Iya, aku sudah memberi tahu banyak kerabat dan temanku, dia salah satunya," sahut Shania.Perkataan Shania tidak menimbulkan kecurigaan Zayden. Bagaimanapun juga, kemarin Shania berkata sambil menangis bahwa dia telah memberi tahu hubungan mereka kepada banyak orang. Bukan hal yang aneh jika Audrey termasuk di a