Shania pun berkata dengan terbata-bata, "Tuan, apa kamu salah alamat? Kamu salah mencari orang, 'kan? Aku nggak mengenalmu."Mendengar hal itu, Zayden melihat Caleb sekilas. Caleb sontak mengerti, lalu mengeluarkan sebuah foto dan bertanya, "Nona, kamu seharusnya pernah melihat jam tangan ini, 'kan?"Faktanya, Shania sudah memiliki firasat yang samar-samar dalam hatinya. Saat dia melihat gambar jam tangan itu, dia sontak terkejut hingga lemas dan pikirannya menjadi kacau.Akhirnya, hal yang paling dia takutkan telah menjadi kenyataan. Selama beberapa hari ini, dia tidak bisa tidur dan makan dengan tenang karena takut akan ada orang yang mencarinya terkait jam tangan yang dia temukan itu. Sekarang, semuanya benar-benar terjadi!Jam tangan itu setidaknya bernilai ratusan juta. Jika dianggap sebagai pencurian, dia mungkin akan berakhir di penjara untuk waktu yang lama. Shania sontak terkejut hingga menangis, lalu dia berkata, "A … aku bukan sengaja melakukannya. Aku hanya pelayan yang be
Sambil berpikir, Shania segera menenangkan dirinya. Dalam situasi genting ini, dia perlu mencari informasi agar tidak ketahuan bahwa dirinya hanya menyamar sebagai orang lain. Shania pun melihat ke arah Caleb yang berdiri di samping dan berkata, "Apa kartu dan rumah ini benar-benar untukku? Tapi, aku nggak melakukan apa pun. Aku merasa malu menerimanya."Mendengar hal itu, Caleb tersenyum dan menjawab, "Tentu saja. Bagaimanapun, Anda pernah menyelamatkan Tuan Zayden. Tuan Zayden nggak akan pelit kepada pasangannya, Anda memang pantas mendapatkannya."Pernah menolongnya?Shania telah mendapat bayangan tentang apa yang terjadi. Kemudian, dia tetap bertanya, "Ada apa dengan jam tangan itu?"Caleb melihat Shania sekilas. Dia merasa aneh karena pertanyaan Shania terlalu banyak. Bukankah Tuan Zayden memberikan jam tangan ini kepadanya sebagai hadiah? Kenapa dia masih bertanya?Melihat Caleb mulai curiga, Shania tersenyum dengan canggung dan berkata, "Aku takut kalian hanya menipuku, lalu mun
Mata Zayden yang hitam melihat ke arah Audrey, lalu dia bertanya, "Kenapa? Kamu mau menolak untuk bercerai?"Audrey segera menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Bukan. Aku hanya mau bilang kalau benar seperti itu, kamu bisa terus terang padaku. Aku akan segera menandatangani surat cerai dan nggak akan mengganggumu."Seusai berbicara, Audrey teringat akan sesuatu. Dia lanjut menimpali, "Selain itu, kamu pernah bilang akan memberikanku sejumlah uang setelah bercerai."Zayden menyipitkan matanya dan berkata dengan nada mencemooh, "Kenapa? Kamu merasa tidak cukup dan mau menambahnya?""Bukan." Audrey merasa sedikit tidak berdaya. Dia pun berpikir, apakah di mata Zayden dia adalah orang yang sangat mata duitan? Dia memang sangat membutuhkan uang, tetapi itu tidak berarti dia akan kehilangan hati nurani karena uang."Selama beberapa hari ini, Tuan Zayden juga sudah banyak membantuku. Kali ini, kamu juga menyelamatkan hidupku. Jadi, aku nggak berniat meminta kompensasi darimu lagi. Aku berse
Setelah mendapatkan janji dari Zayden, Shania bergegas menyuruh sopir untuk mengantarnya ke pusat perbelanjaan paling mewah di kota. Begitu teringat ada uang dua miliar dalam kartu yang bisa digunakan dengan sesuka hati, Shania sama sekali tidak mengendalikan keinginannya untuk berbelanja. Dia membeli segala barang yang dia sukai. Kemurahan hati Shania membuatnya menjadi pusat perhatian di dalam toko. Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Pada akhirnya, Shania membeli banyak barang mewah yang sebelumnya hanya bisa dia impikan, lalu pulang dengan belanjaan yang banyak.Setibanya di rumah, Shania menyentuh bungkusan barang mewah yang indah itu. Setelah merasa bahagia untuk sesaat, kegelisahan tiba-tiba muncul dalam hatinya.Bisa membeli apa pun yang diinginkan adalah hidup yang didambakan oleh semua orang. Begitu pernah merasakannya, maka akan sulit untuk melepaskannya lagi. Namun, pada akhirnya dia hanya seorang pengganti yang menyamar. Begitu waktu berlalu terlal
Audrey bergegas bangkit dan berkata, "Maaf, aku nggak sengaja menumpahkan airnya. Aku pergi bersihkan ke toilet sebentar."Tanpa menunggu reaksi dari Shania, Audrey bergegas berlari ke toilet. Hanya saja, dia sama sekali tidak berniat untuk membersihkan pakaiannya yang basah. Kedua tangannya terus gemetaran dan wajahnya menjadi sangat pucat.Mendengar ucapan Shania barusan, jelas saja ada orang yang pergi memeriksa masalah hari itu dengan cermat. Orang itu bahkan sudah menemukan beberapa hal yang lebih detail.Siapa sebenarnya? Apa Zayden atau pria hari itu?Jika pria itu, apa dia masih belum menyerah? Kenapa pria itu ingin menemukannya?Bagaimanapun juga, saat ini Audrey sedang mengandung anak dari pria itu. Jadi, Audrey benar-benar merasa sangat cemas.Pria itu bisa menempati kamar suite, jadi dia pasti adalah tokoh yang punya uang dan kekuasaan. Jika pria itu tidak menginginkan anak ini atau ingin merebut anak ini, Audrey sama sekali tidak mampu melawannya.Semakin dipikirkan, Audre
Audrey kembali ke kantor setelah pulang dari rumah sakit. Setelah mengetahui janin dalam kandungannya dalam keadaan normal, perasaan cemas dalam hati Audrey pun menghilang. Sebenarnya, ada beberapa hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, jika terlalu khawatir, hal itu malah akan memengaruhi dirinya dan anak dalam kandungannya.Begitu masuk ke kantor, Audrey menemukan bahwa Zayden juga berada di sana. Ekspresi yang awalnya santai seketika berubah menjadi tegang. Dia pun segera duduk di meja kerjanya yang ada di sudut ruangan.Selama beberapa hari ini, Audrey tidak berani banyak berbicara dengan Zayden. Dia takut perkataannya akan membuat Zayden kesal. Bagaimanapun juga, suasana hati Zayden sangat sulit untuk diprediksi.Di sisi lain, Zayden memperhatikan seluruh tindakan kecil yang dilakukan oleh Audrey. Dia pun menggenggam pena di tangannya dengan sedikit erat.Sekarang, wanita ini terus saja menghindarinya, seperti sedang menghindari pembawa wabah saja.Lantaran merasa kesal,
Audrey sontak terkejut, lalu ingin segera bangkit. Namun, baru saja bergerak, dia merasakan rasa sakit yang tajam pada kulit kepalanya. Saat ini, Audrey baru menyadari bahwa karena kesalahan yang tidak disengaja tadi, rambutnya dengan kebetulan tersangkut di kancing kemeja Zayden. Begitu Audrey bergerak, rambutnya sontak tertarik sehingga membuatnya merasa kesakitan."Ma … maaf, sepertinya nggak sengaja tersangkut. Aku akan segera lepaskan," ucap Audrey.Audrey merasa sangat malu, tetapi dia juga tidak bisa terus seperti ini. Bagaimanapun juga, sekarang dirinya sedang duduk di pangkuan Zayden. Jika ada orang yang masuk untuk melaporkan sesuatu dan melihat posisinya seperti ini, orang itu pasti akan mengira bahwa dirinya sedang merayu presiden direktur. Pada saat itu, dia akan kehilangan harga diri untuk terus bekerja di sini.Di sisi lain, Zayden hanya diam dan membiarkan Audrey bergerak. Tatapannya terlihat dalam dan sulit untuk ditebak.Audrey berusaha keras untuk melepaskan rambutny
Mendengar hal itu, Zayden sedikit mengernyitkan alisnya. Dia selalu memiliki selera yang sangat tinggi dalam makanan. Selain beberapa koki Michelin teratas, makanan buatan orang lain sama sekali tidak sesuai dengan seleranya.Awalnya Zayden ingin mengatakan bahwa dia sudah mengatur koki kelas atas di sana sehingga Shania tidak perlu melakukan hal seperti itu. Namun, karena perasaan bersalah akibat kejadian tidak sengaja barusan, Zayden pun menjawab, "Oke, aku akan ke sana malam ini."Melihat Zayden menyetujuinya, Shania merasa sangat bahagia dan menyahut, "Aku akan menunggumu di rumah."Zayden pun memutuskan panggilan tersebut, sedangkan Audrey juga sudah pergi. Wajahnya yang tadinya cemberut menjadi lebih suram.Setelah keluar, Audrey duduk di luar sambil menggigit bibirnya dengan erat. Dari nada bicara Zayden barusan, dia mendengar kelembutan yang belum pernah ada sebelumnya. Kemungkinan, itu adalah panggilan dari wanita yang dicintainya itu, 'kan?Begitu memikirkan hal ini, Audrey m