Tanpa diminta para peronda malam bercerita tentang Ses Eka. Janda beranak tiga itu bekerja di sebuah butik dan desainer ternama. Awalnya mereka tidak menyebut pemilik butik. Mereka hanya bercerita tentang wanita pemegang ijazah ituSes Eka panggilan akrab wanita itu sering dugem dan ke klub malam hampir setiap hari. Ketiga anaknya diasuh oleh mantan suami dan nenek di desa. Di rumah dia tinggal sendiri tanpa ada yang menemani.Pergaulan bebas Ses Eka yang membuat rumah tangganya berantakan dan berpisah dengan suami. Sering bergonta-ganti pasangan dan sering berfoya-foya dengan teman seumuran.Saat ini pun Ses Eka masih belum pulang dan masih bersenang-senang dengan teman-temannya. Terkadang pulang dalam keadaan kusut dan mabuk. Pulang hampir menjelang pagi, tidur sebentar dan berangkat kerja lagi pukul sembilan pagi."Abang bertemu dengan Ses Eka di klub malam, ya?" tanya salah satu ronda malam."Iya, itu sudah lama sekitar dua bulan lalu," jawan Bang Jack hanya asal saja."Apa nama b
Raline dan Dokter Nita tidak bisa membantah perintah Eddriz. Hanya gara-gara tensi rendah, Raline harus di pasang jarum infus untuk menabah vitamin. Padahal itu hal lumrah bagi wanita yang sedang kedatangan tamu bulanan."Pak Basri, cepat buatkan sarapan steak untuk Ra!" perintah Eddriz setelah Dokter Nita selesai memasang jarum infus."Siap, Tuan."Dengan terpaksa nasi uduk yang dibawa tadi harus dikeluarkan dari kamar. Pak Basri ke retsoran untuk melapor pada koki. Meminta sarapan steak untuk Nyonya Raline yang belum pernah dilihat oleh karyawan hotel.Raline dan Jenny sedang berbincang, saat Bang Jack melaporkan tentang wanita yang ditangkap tadi malam. Saat ini Ses Eka sedang terlelap di markas yang ada digudang hotel bagian belakang. Janda beranak tiga itu masih terlelap dan masih dalam pengaruh alkohol."Kalian introgasi saja sekarang!""Dia belum bangun, Tuan.""Bangunkan, siram air kalau perlu!""Baik, Tuan."Menginterogasi seorang wanita tidak seperti laki-laki. Hanya dengan
"Jenny, cepat antar Nyonya sekarang!" perintah Bang Jack dengan suara menggelegar."Baik, Bang.""Kalian berdua, tahan wanita itu jangan sampai lepas!" perintah Bang Jack kepada dua bodyguard termasuk yang ditampar tadi."Siap, Bang." Mereka menjawab bersamaan."Sisanya ayo kawal dulu Nyonya sampai tujuan!""Siap."Hanya dalam waktu lima menit Bang Jack kemabli ke depan lift khusus. Menemui dua bodyguard dan wanita dewasa yang belum diketahui namanya. Harus menginterogasi terlebih dahulu untuk menyelidiki maksud wanita dewasa itu menyelinap masuk lift khusus.Dengan menunduk anak buah Bang Jack yang ditampar itu berkali-kali minta maaf. Sudah melakukan mensterilkan area jalan saat istri Tuan Eddriz lewat. Namun tiba-tiba ada wanita dewasa yang berlari mendekat."Maaf atas keteledoran saya, Bang.""SUdah aku pesan dari awal, tugas ini taruhannya nyawa, kamu mengerti?""Mengerti, Bang. Sekali lagi maaf."Jika dipikir dengan logika, bodyguard itu tidak sepenuhnya bersalah. Karena wanita
Raline memandang lekat-lekat wajah Eddriz yang terlihat marah dan emosi sampai menyipitkan mata. Wajah itu seperti wajah saat sedang mabuk di villa dulu. Kerutan dan lipatan wajah sampai terlihat dengan jelas."Abang," panggil Raline dengan lembut setelah menyadari suami tua itu sedang marah dan emosi."Hhmm." Eddriz terlihat enggan menjawab."Abang kenapa, apakah marah sama Ra?""Hhmm," jawab Eddriz menggelengkan kepala."Mengapa wajahnya kusut seperti baju yang tidak digosok?"Eddriz langsung memegang pipi sambil menatap ponsel dengan lekat. Seolah dia sedang berkaca dan memperhatikan wajahnya sendiri. Tidak menyadari diperhatikan oleh Raline sambil tersenyum."Coba senyum sedikit, pasti nanti terlihat lebih muda!""Eee, Ra pikir Abang terlihat tua banget?" tanyanya kembali melihat wajahnya sendiri."Iya, kalau marah terlihat tua." Raline tergelak sambil melambaikan tangan.Eddriz tersenyum simpul sambil menggelengkan kepala. Emosi sedikit demi sedikit berkurang hanya berbincang dan
Eddriz terus melangkah dan pura-pura tidak mendengar panggilan mantan ibu mertua. Setali tiga uang, Asisten Wibi juga berjalan dengan langkah panjang mengikuti tuannya yang ada di depan. Bahkan, tidak ada yang berani mencoba membantu memanggilkan saat melihat yang dimaksud adalah pengusaha terkenal itu.Ada beberapa security yang berlari mendekati ibu tua yang sedang mengetuk dinding kaca. Mereka melarang mengetuk dinding kaca karena menarik perhatian banyak orang. Disamping itu akan mengganggu keamanan karena terjagi kegaduhan.Saat Asisten Wibi menengok kebelakang, security sedang menggandeng ibu tua itu untuk tidak mendekati dinding kaca. Mereka tampak berdebat dan ibu kandung Nyonya Arum itu terus menunjuk ke arah mantan menantunya. Sedangkan mantan ayah mertua hanya berdiri terpaku melihat mantan menantu dan asisten pribadi berlalu begitu saja."Tuan, apakah Anda melihat mantan mertua itu memanggil Anda?""Iya.""Apakah ...?" Asisten Wibi tidak melanjutkan ucapannya karena melih
Eddriz tiba-tiba teringat di luar ada banyak wartawan yang sedang mewawancarai Asisten Wibi. Jika akan ke luar kamar sekarang akan ada banyak resiko yang terjadi. Disamping Raline diketahui media, juga akan emosi karena adanya berita viral tentang mantan istri dan suami yang baru ditemui tadi."Tunggu laporan dari Asisten Wibi, ok?""Hhhmm," Raline mengerucutkan bibirnya karena kecewa."Besok Abang ke Thailand, apakah Ra mau ikut?"Raline mengerutkan keningnya teringat sudah janjian dengan Shafea dan Hanna mulai dari subuh. Pasti harus melakukan penyamaran dan sembunyi dari media jika harus ikut ke negara yang dijuluki negeri gajah putih itu. Sangat merepotkan dan menguras tenaga dan pikiran."Tidak, Bang. Ra di sini saja, nanti setelah acara resepsi baru Ra akan ikut Abang naik pesawat. Anggap saja Ra sudah pernah naik esdawat karena Ra sudah pernah naik truk tronton." Eddriz bukan hanya tergelak, dia tertawa terbahak-bahak sambil memeluk Raline dengan gemas. Bertepatan Asisten Wib
Bersamaan Eddriz mengejar Raline, bersamaan pula ada yang mengetuk pintu dari luar. Kebetulan Eddriz memegang ponsel, spontan laki-laki tua suami Raline itu mengarahkan ponsel ke pintu. Pak Basri dan Jenny masuk, bersamaan Raline tertangkap dan berada dalam pelukan Eddriz."Ampun, Bang. Ra nyerah!""Eee maaf, Tuah." Pak Basri dan Jenny spontan berbalik badan karena melihat Eddriz yang memeluk Raline dari belakang."Sana kalian keluar, tinggalkan meja di situ saja!" perintah Eddriz masih tetap memeluk Raline."Siap, Tuan.""Abang, ampun!" sepasang suami istri itu masih bercanda tanpa merperdulikan dipandang dengan senyum yang mengembang oleh Jenny dan Pak Basri."Pokoknya Ra harus mendapat hukuman karena telah usil sama Abang."Bak Basri terpaksa menarik tangan Jenny untuk bergegas ke luar kamar. Jenny ikut tersenyum menyaksikan pemandangan langka dan enggan melangkah, "Jangan melihat singa yang sedang jatuh cinta, nanti Jenny terkena cakarnya, ayo cepat keluar," bisik Pak Basri berjal
Raline langsung menutup mulut saat mendengar ada si mantan istri di aula hotel. Hanya membayangkan wanita hamil itu saja pikiran sudah berkelana entah ke mana. Pasalnya teringat suami tua itu yang selalu marah, emosi dan mengamuk saat mendengar tentang dia."Jenny, panggil Bang Jack dan Pak Basri sekarang!" perintah Raline tanpa sadar juga ikut emosi."Siap laksanakan, Nyonya Ra!" Jenny berlari ke luar kamar dengan langkah gemulai."Han, Fea. Nanti jangan takut dan kaget kalau Bang Jack mengeluarkan taringnya," canda Raline saat melihat dua sahabat itu mulai tegang."Fea sudah tegang duluan, Ra. bodyguard itu menyeramkan.""Hanna juga sangat takut saat mata dia melotot, seolah dia mau menelan Hanna mentah-mentah."Raline tergelak sambil menggelengkan kepala, "Bang Jack itu tampangnya galak, tetapi hatinya selembut salju.""Benarkah?" Hanna yang paling antusias mendengar Raline bercerita."Ngomong-ngomong apakah dia masih bujang?" tanya Shafea ikut antusias.Raline tersenyum simpul ter