"Edward, saya harus kembali ke kantor. Ada beberapa klien yang harus saya temui kembali." Vinn menepuk pundak Edward dan berlalu begitu saja.Ia mempercepat langkahnya menuju mobil porche hitam yang terparkir di paling ujung. Seorang lelaki perawakan tinggi telah menunggunya sambil membukakan pintu. Perasaannya campur aduk, masih terngiang jelas soal perbincangannya dengan seorang lelaki setengah baya.Memang, sepuluh tahun lalu, karna keserakahan Papanya membuat keuangan keluarganya hancur lebur. Beruntungnya, perusahaan Mamanya mampu menutup semua kerugian dari perusahaan Papanya. Vinn ingat betul bagaimana sahabat Papanya menipu keluarganya dengan iming-iming investasi yang menghasilkan berkali-kali lipat uang."Tuan, silahkan masuk."Vinn tersenyum dengan lelaki itu dan langsung masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan Vinn hanya terdiam. Pandangan matanya kosong menatap ke arah gedung-gedung yang ada diluar. Tidak banyak yang ia katanya. Kembali pikirannya melayang tentang masa
"Quen ... tunggu. Ada hal yang ingin saya sampaikan. Boleh ikut dengan saya sebentar saja?" ujar Vinn saat semua sudah kembali ke rumah masing-masing.Quen hanya mengangguk mengikuti kemana Vinn berjalan. Ia bahkan belum sempat berkenalan dengan baik dengan Vinn. Padahal, lelaki itu telah banyak membantunya."Ada apa?" tanya Quen saat Vinn memberhentikan langkahnya di taman belakang milik Lyden."Quen ... sebenarnya, saya menyukaimu sejak pertama kali bertemu ketika kamu masih menjadi istri Edward. Apakah mungkin ada kesempatan bagi saya untuk lebih mengenalmu?" Vinn memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya."Vinn ... maaf. Tapi untuk saat ini, saya rasa tidak. Kamu pasti tahu, tetap ada rasa cinta kepada Edward. Maafkan saya."Vinn memandang wanita yang berdiri di sebelahnya sedang gelisah. "Apa yang membuatmu begitu mencintainya? Dan maaf, bukan maksut saya untuk menbandingkan. Dan mungkin hal ini membuat kamu tidak nyaman.""Edward memang bukan orang baik, tapi dia selalu
"Kak ... kenapa memutuskan untuk membangun bisnis di Paris. Bukankah jika membangun bisnis fashion ini di Amerika justru akan lebih membuat bisnis kakak menjadi lebih besar. Terlebih support keluarga," tanya Emily saat mereka sedang sarapan."Apa gunanya berdiri tidak di atas kaki sendiri? Orang tua saya bahkan tidak setuju saya menjadi seorang perancang busana. Saya pikir, di Paris ini, saya berpeluang dalam mengembangkan kemampuan dalam belajar bagaimana menciptakan busana yang penuh arti," terang Quen.Kini, Quen tidak lagi mengurus soal dapur seperti saat di rumahnya. Segala kebutuhannya telah dipenuhi oleh Lyden. Kehangatan keluarga juga didapatkannya."Bolehkah saya bertanya?" Quen tiba-tiba memasang wajah yang serius. Emily hanya mengangguk perlahan. "Sebenarnya apa yang membuat kamu pergi dari rumah?""Tentang itu ..."Vinn dan Emily bersekolah di tempat yang sama dengan Edward. Emily tahu bahwa Edward adalah teman baik kakaknya.Di sore itu, ketika Emily hendak pergi ke perpu
"Ada apa Sayang sampai mengajak bertemu di hotel? Apakah ada masalah dalam pekerjaan?" tanya Lyden kepada seorang lelaki dengan pakaian militer lengkap di depannya."Duduklah dulu. Saya tahu beberapa hari ini kamu sangat sibuk untuk mencari tahu soal Berenice."Quen berjalan menuju tempat duduk hotel yang menghadap ke jalanan. Pemandangan malam hari yang indah, ditambah bulan dengan bulat sempurna bertengger di langit."Entahlah ... perasaan saya berkata bahwa dia adalah bagian dari penghilangan nyawa orang tua Scouts. Tapi saya belum memiliki cukup bukti," terang Lyden."Kamu sudah begitu lama berhenti menjadi detektif dan memilih menjadi pedagang bunga. Apakah kamu yakin untuk mengungkit kembali kasus yang telah 15 tahun tidak terpecahkan ini?" tanya Faron, suami Lyden.Lyden memandang ke arah luar. Menikmati kelap-kelip bintang dan juga menara pencakar langit. Sudah lama sekali rasanya tidak berduaan dengan suaminya."Kali ini, saya tidak boleh kalah. Scouts harus menerima keadilan
"Vinn, kamu perlu berdiskusi dengan Edward secepatnya. Invest saja dalam jumlah banyak. Tante akan memberikan uangnya. Besok Tante akan pergi ke Amerika untuk melihat kondisi Scouts. Jaga baik-baik Quen dan Emily," ujar Lyden saat mengundang Vinn sarapan di rumahnya."Baiklah, Tante. Saya akan menjaga mereka dengan baik. Tante, apakah mengenal dengan perusahaan Jade Entertain? Saya dengar mereka akan bekerja sama dengan Blhyte Callie untuk merekrut model. Saya sudah membicarakan soal investasi dan akan menyediakan berapapun dana yang diminta," terang Vinn."Jade? Apakah yang berpusat di Amerika? Bukannya itu milik keluarga Javeline?" tanya Quen."Benar, Javeline. Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Apakah kamu mengenal Javeline?" Vinn terlihat sumringah saat Quen menyebut nama dari CEO Jade.Quen terlihat lebih bahagia ketika mendengar Javeline datang ke Paris tapi di satu sisi, ia juga khawatir. Bagaimana jika Edward mencoba mendekati Javeline dan membuatnya jatuh cinta. Quen mencoba
"Jika saja waktu itu saya tidak berbicara asal kepadanya, tentunya hal seperi ini tidak akan terjadi kepada Charly. Apa yang telah saya katakan di masa muda adalah satu kebodohan yang menyebabkan Charly menjadi menderita seperti ini." Javeline merasa begitu sedih dengan keadaan yang menimpa Quen."Honey, kamu tidak boleh berkata demikian, tanpa adanya masalah mana mungkin seorang bisa menjadi kuat. Biarkan gadis kecilmu menjadi kuat untuk nantinya memimpin perusahaan yang dimiliki oleh keluarganya. Setidaknya saat ini, dia bisa mengandalkan dirinya sendiri. Bukankah itu hal baik?" Colline menenangkan istrinya dengan membelai lembut rambutnya.Ingatan Javeline kembali ke masa di mana saat ia dan Quen masih remaja yang tidak bisa memutuskan sesuatu dengan baik. Ia menantang Quen untuk menjadi wanita yang lebih berani. Membuat satu mimpi yang benar-benar merubah kehidupan Quen."Kamu tahu? Hidup akan membosankan jika kamu hanya berada di rumah saja. Menikmati semua uang tanpa tahu cara m
"Edward, di mana kamu mendapatkan surat-surat ini?" tanya Berenice penuh kebingungan.Setelah mendapatkan surat tersebut, Berenice langsung menuju kantor Edward. Ia merasa ada yang salah dari surat-surat tersebut."Ma-maksud Mama? Saya hanya mengambilnya dari kotak surat. Apakah ada yang salah?" tanya Edward.Terdengar seorang mengetuk pintu ruangan. "Masuk," pekik Edward.Asisten baru yang Edward ceritakan masuk ke ruangan. "Tuan, hari ini kita harus menemui klien pukul 15.00 di Kafe Mouen. Dan ini ada beberapa berkas yang perlu di cek dan ditanda tangani."Seorang wanita muda dengan pakaian hitam putih mengantarkan beberapa berkas kepada Edward. Berenice menatap wanita tersebut dengan sinis. Edward mempersilakan asistennya untuk keluar setelah menerima semuanya."Apakah wanita ini yang kamu maksud asisten? Dia nampak seperti ingin menggodamu dengan riasan yang begitu mencolok. Sengaja menggunalan lipstik merah agar terlihat lebih bergairah. Kamu harus berhati-hati," ujar Berenice."
"Nyonya ... kami yang bekerja di sini sebenarnya bukanlah orang-orang baik awalnya. Saya sendiri adalah seorang penguntit. Kehidupan yang keras hingga orang tua saya yang selalu memaksa untuk menikah di usia muda sebagai jaminan hutang-hutang mereka. Membuat saya kabur dan menjalani kehidupan yang kasar. Beruntung Nyonya Lyden menemukan dan menyelamatkan hidup saya. Beliau menawarkan tempat tinggal dan pekerjaan, Nyonya Lyden sangat baik," ujar Hellena.Quen meletakkan jarum yang ia pegang dan mendengarkan cerita Hellena dengan seksama."Nyonya dulu adalah seorang detektif yang tergabung dalam tim bayangan, termasuk Mama dari Scouts. Ketika tuan muda Scouts berumur dua tahun, Nyonya Lyden dan sahabatnya mendapatkan tugas untuk mencari mafia yang mengedarkan zat addicted ke seluruh negara. Sepertinya, misi dan rencana yang dijalankan bocor hingga berujung pada penyekapan beberapa tim bayangan termasuk Mama Scouts yang melawan. Tim bayangan yang diketuai oleh Mama Scouts tidak ada satup