"Tidaaakk!! Tiidakkk!!!" Dengan sekejap, aku terbangun dan kembali dalam posisi masih di atas kasur."Mimpi! Syukurlah semua itu cuma mimpi. Gila mimpi apaan sih aku ya Tuhan, sampai semengerikan itu!" Aku mengatur nafas berkali-kali agar kembali normal dan aku juga mengambil air minum yang ada di meja dan ku teguk sampai habis. Mimpi paling sial yang pernah aku dapat selama hidupku, mana ketawanya lebar banget lagi si Aisyah, kurang ngajar mereka! Jadi parno sendiri kan sekarang? Aku juga lihat jam dinding masih pukul setengah enam pagi, dan karena masa palang merah ini aku jadi bangun setelah adzan subuh terus. Apa ini pertanda kalau aku suruh bangun lebih awal lagi ya? Memikirkan isi mimpi aku tadi bener-bener bikin muak! Awas aja kalau sampe bener Husein pulang bawa bini lagi, ku potong masa depannya sampe habis. Belum aja nyicip, udah dibagi-bagi sama yang lain, enak aja!Belum selesai aku mengomel, handphoneku sudah berdering, dan Husein lah yang menelpon aku sepagi itu. "Pa
"Ada apa? To the point aja Za, cepat!" kataku saat aku udah masuk ke dalam mobilnya dan duduk di bangku penumpang depan."Hai aku kangen kamu, kiss nya mana?"Aku reflek mendorong tubuhnya lebih jauh saat dia hampir aja mencium wajahku. "Enggak Za, tolong jangan buat aku merasa lebih bersalah lagi.""Memangnya aku kenapa Rey, aku cuma mau cium pacar aku sendiri kok gak boleh sih?" Somplak! Jelas gak boleh lah, emang lo siapa? Hubungan kita itu udah gak patut buat dipertahankan ya! Aku lupa, setelah aku merenung cukup lama tadi, sepertinya aku harus memutuskan hubungan ku dengan Reza saat ini juga. Sebelum semuanya makin terlambat dan aku hanya akan menumpuk dosa karena udah membohongi Husein dan keluargaku yang lainnya."Za, sebelum kamu yang ngomong izinkan aku untuk bicara duluan karena ada hal yang haru cepat aku bilang sama kamu," ucapku lagi. "Apa sayang? Kamu bilang aja" jawabnya."Za, aku rasa lebih baik kita akhiri hubungan kita sekarang juga ya, sebelum semuanya makin rumi
Asli, aku baru tahu sifat dia kek setan begini! Nyesel banget dulu bisa cinta dan pacaran sama pria brengsek ini! Aku nangis, aku menyesali semua yang udah aku lakukan."Sini itu!" Reza merampas handphone ku dan langsung mematikannya. "Lo gak bisa hubungi siapapun! Sekarang lo pergi izin ke bokap mertua lo kalau lo bakal pergi bareng gue!"Aku mengisap cairan di hidung yang menyumbat, "caranya? Gue harus alasan apa supaya bisa pergi!""Tenang, gue udah atur!"Pintu belakang tiba-tiba terbuka dan seorang wanita masuk di sana.Begitu aku menoleh ke belakang, aku benar-benar terkejut karena itu adalah Raya."Sumpah ya, akting jadi baik beberapa hari ini susah banget, untung target kita kelar hari ini!"Astaga, mereka ternyata... Ya ampun, makin bersalah aku sama Husein sekarang. Ternyata mereka jahat dan sekongkol dalam melayangkan aksi bejatnya. Ya Allah, maafkan aku. Maafkan aku Mas Husein, ini benar-benar hukuman buat aku."Kalian tega banget, kalian bejat tau gak!" umpat aku ke merek
Poin Of View dari Husein Alfarizi.Beberapa bab ke depan, cerita akan di lihat dari sudut pandang Husein sebagai tokoh utama laki-laki dalam cerita Dinikahi Ustadz Tampan ini.***Saya gak berhenti melihat jam yang melingkar di tangan, setiap detiknya terasa lama ketika saya menanti kehadiran wanita yang amat saya rindukan. Akhirnya saya jadi merasa menyesal di kemudian hari karena nekad menjalani hubungan jarak jauh di saat status masih pengantin baru. Asli, rasanya rindu itu menghantui terus sepanjang hari. Lain kali, kalau pun harus mengisi seminar dua atau tiga hari saya akan putuskan untuk membawa serta istri saya.MasyaAllah, karunia Allah yang mampu memberi rasa kasih sayang kepada seluruh mahluk nya, sehingga saya pun sudah merasa menyayangi perempuan itu. Saya akan jaga dirinya sesuai dengan lafadz ijab wa qobul yang pernah saya ucap di hadapan walinya langsung.Karena rasa rindu yang menggebu-gebu itulah, saya nekad untuk tak sering-sering menghubunginya. Karena jika menden
"Itu dia ustadz Husein datang," kata salah seorang ustadz yang turut hadir memeriahkan acara penutupan ini ketika melihat saya telah keluar dari lift dan berjalan di antara lalu lalang manusia lainnya."Assalamualaikum ustadz Haikal, apa kabar?" Saya meraih tangannya dan mencium tangan alim ulama itu untuk kebarokahan ilmunya."Alhamdulillah ana baik, mana bapak dan ibu? Belum sampai?" tanyanya lagi."Belum Ustadz, mungkin sedikit telat karena seperti yang kita tahu bahwa perjalanan dari bandung ke Jakarta selalu macet. Doakan saja beliau selamat sampai di sini ustadz." Kami bercengkrama, saling mengobrol dan berbagi ilmu yang belum saya dapatkan sama sekali. Rasanya senang jika berkumpul dengan para kiayi dan alim ulama, lisan yang mereka gunakan untuk berbicara selalu saja ada manfaat ilmunya. Saya simpan setiap ilmu yang mereka sisipkan dalam setiap kata-katanya."Oh ya ustadz, istrinya ikut? Kok belum kelihatan?" Salah seorang kiayi bertanya demikian pada saya."Ada ustadz, dia i
Begitu dapat informasi dari teman Reynata, saya meminta ridho pada ibu dan bapak untuk segera mencarinya ke alamat tersebut.Sejatinya, ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, dan murkanya Allah ada pada kemurkaan orang tua.Hendaklah ta'at dan patuh pada perintah orang tua selama orang tua kita masih menuntun dalam jalan kebaikan. Dengan doa restunya, saya berangkat malam ini juga ke daerah Cluster Grandcity tempat di mana kemungkinan Reza membawa istri saya."Ustadz, hati-hati ya. Ingsyallah istrinya masih dalam lindungan Allah. Jangan menyetir dalam keadaan emosi, berdzikir dan terus mengingat Allah."Saya dihentikan sejenak di depan pintu oleh ustadzah Aisyah yang nampaknya sudah paham situasi apa yang telah terjadi."Baik, terima kasih ustadzah atas do'anya. Mohon terus berdoa semoga istri saya bisa segera ditemukan. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Meminta doa itu pada siapapun, karena kita tidak tahu aamiin mana yang Allah dengar.Terakhir, saya pun langsung berjalan kel
Namun kali ini berbeda, pesannya mampu menggetarkan hati saya. Siapa dia? Buat apa dia bertanya seperti itu? Memang saya tidak pernah berkeinginan untuk berkencan tanpa kepastian pernikahan, karena itu adalah dosa besar.Selama saya kuliah di Kairo Mesir, saya habiskan waktu untuk belajar dan belajar. Tidak ada waktu luang dipakai untuk hura-hura apalagi berkencan. Dengan wanita pun hanya sebatas belajar di kampus."Bismillah, untuk saat ini tidak ada Mba Aisyah."Saya balas seadanya, sejujurnya, tanpa berharap apapun."Alhamdulillah kalau tidak ada. Selamat malam kalau begitu, selamat beristirahat dan semoga Allah memudahkan segala urusan kakak. Wassalamu'alaikum."Dan terakhir, pesan itulah yang saya terima.Allahuakbar, segala puji bagi Allah yang telah menetapkan perasaan antara pasangan pria dan wanita. Saya tidak berpikir lebih atas pesan itu, banyak maksud yang tersirat, dan cukup Allah juga hamba-nya lah yang tahu. Wallahu'a'lam.Tapi...Maha besar Allah yang memberi karunia
Saya menginjakan rem tepat di depan sebuah gardu tempat masuk ke sebuah Cluster yang cukup terkenal di wilayah kuningan, tepat seperti apa yang di terangkan oleh Clara. Bismillahitawaqaltu 'alallah, lahaulawalaquwwata illabillahil'aliyil'adzim. Ya Allah, saya serahkan segalanya pada Allah, Tuhan maha pemilik segala apapun yang ada di muka bumi ini. Dengan dzikir, saya segera turun dari mobil dengan perasaan bingung, marah, sekaligus merasa bersalah. Saya berjalan mendatangi satpam yang bertugas di pos. "Selamat malam Pak, ada yang bisa saya bantu?" Seorang satpam berdiri menghampiri saya ketika dilihatnya berjalan ke arah pos."Maaf, saya mau bertemu dengan pemilik salah satu cluster di sini, namanya Reza. Mungkin satu jam yang lalu telah masuk ke dalam dengan mobilnya," ungkap saya."Oh maaf, kami tidak bisa mengungkap identitas pemilik cluster Pak. Silakan hubungi orangnya terlebih dulu, setelah diizinkan bapak bisa konfirmasi ke saya, baru saya bukakan portalnya," terang satp