Share

Bab 3. Akhiri hubunganmu dengannya.

Tak lama kemudian mobil mewah itupun memasuki sebuah gerbang. Jantung Amira seketika berdegup kencang menatap bangunan tinggi berlantai tiga, bahkan seluruh jari tangannya tiba-tiba dingin dan berkeringat.

"Bagus, apa yang kamu ketahui dan kamu dengar! Cukup sampai di sini, apa kamu paham," ucap Marc setelah mobil berhenti, kepada sopir pribadinya.

"Baik Tuan, aku mengerti," sahut pria yang panggil Bagus itu.

Ia segera turun dari mobil, bergegas membukakan pintu untuk Marc dan Amira.

"Ayo," ajak Marc kepada Amira yang masih berdiri di dekat pintu mobil.

"A...a...aku pulang aja Om." Amira benar-benar gugup, nyalinya seketika menciut setelah melihat kediaman Louis.

Marc menghela napas, ia melangkah menghampiri Amira, menarik tangan wanita cantik itu lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Setibanya di pintu langkah Amira seketika terhenti, kakinya tiba-tiba sulit digerakkan saat melihat seorang wanita duduk di atas kursi roda di dekat tangga.

"Siapa wanita itu?" tanya wanita itu.

"Mamah," sahut Marc.

Marc menghampiri ibunya tanpa melepaskan tangan Amira, hal itu membuat Amira semakin gugup bahkan seluruh tubuhnya gemetar. Apalagi saat wanita tua itu menolak berjabat tangan dengannya. 

"Marc, Mamah ingin bicara," ucap  wanita tua itu dan langsung menjalankan kursi rodanya menuju ruang tamu, untuk menghindari berjabat tangan dengan Amira.

Marc dan Amira pun mengikuti wanita itu ke ruang tamu. Keduanya duduk berdampingan dengan posisi berhadap-hadapan dengan wanita tua itu.

"Marc, jangan katakan wanita ini...."

"Iya, dia adalah istriku," sela Marc yang membuat ibunya berhenti bicara.

"Apa? Kamu jangan bercanda, ini tidak lucu." Wanita tua itu sama sekali tidak percaya.

"Aku tidak bercanda Mah. Dia adalah istriku, kami sudah menikah 1 bulan yang lalu tanpa sepengetahuan Mamah, dan saat ini Amira sedang mengandung," tegas Marc dengan wajah serius.

Wanita itu terlihat gelisah, keningnya seketika berkeringat dan wajahnya berubah menjadi pucat.

"Bukankah ini yang Mamah inginkan?" Marc kembali membuka mulut.

"Cukup Marc," sahut wanita itu, "Tolong jangan membuat kekacauan," lanjutnya.

"Aku tidak mengerti maksud Mamah," protes Marc.

"Bagaimana jika hal ini sampai diketahui keluarga Wijaya, Marc? Bukankah papah sudah membuat kesepakatan untuk menikahkan kamu dengan Karra, setelah Adella menghilang dan meninggalkanmu begitu saja!" Nada wanita itu terdengar meninggi, ia pun menatap Amira dengan tatapan tajam.

"Aku tidak pernah menyetujui kesepakatan itu," jawab Marc dengan santai.

"Mamah juga tidak setuju kamu menikah dengan wanita ini," tantang wanita yang dipanggil mamah itu.

"Setuju tidak setuju! Mamah harus menerimanya sebagai menantu di rumah ini." Marc bangkit dari tempatnya, diraihnya tangan Amira lalu ia bawa melangkah menaiki anak tangga.

"Marc, aku tidak akan pernah menerimanya sebagai menantu Louis," teriak wanita itu dengan lantang.

Marc sama sekali tidak menjawabnya, ia terus saja melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Setelah tiba di kamar, Marc melepaskan tangan Amira lalu menjatuhkan bokongnya di atas sofa dengan kasar. Sementara Amira hanya terdiam mematung ditempatnya, wanita cantik itu bingung harus berbuat apa.

"Kamu  kenapa masih berdiri di sana?" tanya Marc setelah menyadarinya.

"Om, aku pulang saja." Jawaban Amira benar-benar tidak nyambung.

"Tolong jangan membuatku semakin pusing," ucap Marc dengan wajah dingin.

"Tapi aku takut Om," sahut Amira.

"Kamu tenang saja, tidak akan ada yang melukaimu ataupun menyakitimu. Mamah tidak seburuk yang kamu bayangkan." Marc berusaha menenangkan Amira. Ia tahu wanita cantik itu saat ini sedang ketakutan.

"Sekarang  istirahatlah," lanjut Marc yang langsung bangkit dari tempatnya lalu pergi.

Setelah memastikan pintu tertutup rapat, Amira menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Otaknya berputar-putar seperti baling-baling pesawat mengigat perdebatan Marc dengan ibunya.

Dari perdebatan itu Amira sudah tahu tujuan Marc berpura-pura menjadikannya sebagai istri. Semua itu hanya untuk menghindari perjodohannya dengan wanita yang bernama Karra. Tetapi Amira masih penasaran dengan wanita yang bernama Adella, apakah dia kekasih Marc? Atau istrinya?

Saat Amira larut dalam pikirannya! Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar. Wanita tua yang berdebat dengan Marc tiba-tiba muncul di bibir pintu.

Amira seketika bangkit dari tempatnya, ia berdiri sambil menundukkan kepala. Sedangkan wanita tua itu sedang menuju kearahnya.

"Apa benar, kamu dan Marc sudah menikah?" tanya wanita itu dengan lembut, namun penuh penekanan.

Amira mengangguk, "I...i...iya Mah," jawabnya dengan gugup.

"Jangan panggil aku Mamah, karena aku tidak akan pernah merestui hubunganmu dengan putraku dan menganggap kamu sebagai menantu. Jadi kamu bisa memanggilku Nyonya Caterina," protes  wanita tua itu.

"Ba...baik Nyonya," jawab Amira.

Tentu Amira tidak membantah, karena sesungguhnya ia bukanlah istri Marc. Yang artinya, dia bukanlah menantu dari wanita itu atupun menantu dari keluarga Louis. Amira sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan Caterina, ia hanya merasa gugup dan takut karena tidak terbiasa berbohong.

"Apa benar saat ini kamu sedang mengandung anak Marc?" Caterina kembali bertanya.

"Iya Nyonya," jawab Amira seiring dengan anggukan kepala.

Seketika terdengar suara helaan napas, "Perusahaan apa yang dimiliki orang tuamu?"

Pertanyaan itu membuat Amira menegakkan kepala, wajahnya seketika berubah menjadi tegang. Ia bingung harus menjawab apa, karena Amira sudah tidak memiliki orang tua, bahkan ia tak mengenal ibu dan ayahnya.

"Kedua orang tuaku sudah tiada, Nyonya," jawab Amira dengan jujur.

"Oh, terus apa kamu yang menangani perusahaan ayahmu saat ini? Atau saudaramu, adik atau kakak?"

Pertanyaan Caterina benar-benar membuat Amira senam jantung.

"Orang tuaku tidak memiliki perusahaan Nyonya, dan aku tidak memiliki adik atupun kakak."

Jawaban Amira membuat Caterina tertawa lepas, "Kamu sudah terlalu percaya diri untuk menikah dengan putraku. Apa kamu tidak sadar, bahwa statusmu tidak sebanding dengan Marc?"

"Aku tahu itu Nyonya," timpal Amira.

"Jika kamu tahu! Tinggalkan Marc, akhiri hubunganmu dengannya."

"Tidak ada yang bisa memisahkan aku dan Amira, kecuali keinginanku sendiri." Suara Marc tiba-tiba terdengar dari pintu.

Amira dan Caterina memutar kepala ke arah datangnya suara secara bersamaan. 

===========

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Uyud Suyud
sampai bab ini menarik..... cukup untuk membuat penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status