Pov Adit"Dit, ibu mau ngenalin kamu dengan Zaskia. Dia cantik banget loh. Kamu nggak bakalan nyesel kalau ketemu dengan dia," ucap ibu dari ambang pintu kamarku.Entah ini sudah keberapa kali aku dikenalkan seorang wanita cantik oleh ibu.Sejak ibu jengkel karena diberi alamat palsu oleh saudara Rina, kemarin. Beliau semakin semangat untuk menjodohkanku dengan wanita pilihannya.Masih teringat waktu aku mencari keberadaan Rina menggunakan alamat yang dikasih oleh saudaranya."Loh, Dit. Ini kita sedang berada di mana?" tanya ibu ketakutan. "Masak iya kita nyasar, Dit?"Ibu terlihat sangat panik saat kami menyusuri jalan yang kanan kirinya ditanami pohon jati."Ibu tenang dulu. Pokoknya jangan panik dulu. Kita teruskan perjalanan kita ini. Mungkin saja di depan sana ada pemukiman." Aku terus saja berkata begitu agar ibu tidak semakin takut."Apa iya ini desa yang ditinggali Rina dan keluarganya? Atau jangan-jangan kita ini sedang ditipu oleh ibu dari temannya Nanang, Dit?" tanya ibu rag
Pov AditSejak berjalan memasuki ruang tamu bersama ibu, tak ku lepaskan sama sekali pandanganku dari sosoknya yang cantik bak model. Semakin mendekat wajah Zaskia begitu sangat menarik hatiku. Ternyata dia lebih cantik aslinya, daripada yang ada di foto. Aku benar-benar menyesal kenapa nggak sejak dulu aku bertemu dengannya.Dan sebaliknya setelah dia sadar kalau aku memperhatikannya, dia langsung tersenyum manis ke padaku. Bahkan sesekali dia mengedip-ngedipkan matanya. Hatiku benar-benar meleleh dibuatnya."Maaf ya, Rina, salah sendiri kamu nggak mau nurut sama aku dan ibu. Aku yakin setelah menjadi janda kamu nggak bakalan mendapatkan suami baik seperti aku ini. Atau malah jangan-jangan kamu bakalan ngemis-ngemis sama aku minta untuk rujuk. Tapi lihatlah nanti nggak bakalan akau mau rujuk sama kamu," batinku penuh kemenangan.."Alhamdulillah pekerjaan Adit juga sudah mapan, Pak. Kami juga bukan dari golongan keluarga yang kekurangan. Tenang saja, Pak, nggak bakalan habis harta kam
Sudah ada lebih dari satu jam aku mengajak Zaskia jalan-jalan mengelilingi kota Kediri. Tak lupa aku pun berkunjung ke sebuah taman yang menyajikan susana segar di pinggir bantaran sungai terpanjang ke dua di pulau Jawa.Tak lupa kami pun juga berswafoto benar-benar kami seperti orang yang sedang berpacaran.Setelah mengajak Zaskia jalan-jalan melihat pemandangan di daerah taman Brantas, aku pun berinisiatif untuk mengajaknya pergi ke sebuah rumah makan yang jaraknya tak jauh dari tempat kami sekarang.Aku sebelumnya sudah mencari info di mana tempat yang di rekomendasikan oleh Netizen di aplikasi kotak pink.Setelah hampir setengah jam perjalanan, kami pun sudah sampai di tempat tujuan. Sebenarnya perjalanannya itu tidak jauh paling enggak setengah jam saja sudah sampai, namun aku memang sengaja mengendarai sepeda motorku secara perlahan dan lebih memilih jalur arah yang memutar karena ingin bisa berlama-lamaan dengan dirinya.Tempatnya yang rindang dan sejuk, membuat para pengunjung
Pov Adit"Jangan-jangan, ini adalah ulah kamu, ya?!" Ku kepalkan tanganku dan bersiap untuk menonj*k dia.Namun bukannya dia takut ke padaku, tetapi malah dia tersenyum meledekku seperti seorang jagoan.Kini ada berpuluh pasang mata orang tertuju ke pada kami, dan bahkan beberapa orang mengarahkan ponselnya sepertinya mereka senang dengan keadaan yang seperti ini, melihat orang sedang bersitegang. Aku sangat yakin mereka bakalan merekam pertengkaran kami dan memasukkannya ke sebuah aplikasi biar trending. Das*r memang orang-orang sukanya cari untung."Kalau kamu masih saja mengobrol dengan wanita itu, lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini, Mas. Akan aku adukan semua perbuatan Mas Adit kepada ibu Munah!" ancamnya.Mendengar teriakan Zaskia pandanganku langsung teralih ke padanya. Ada untungnya Zaskia berteriak seperti itu, seenggaknya aku tak jadi trending. Kalau sampai aku trending, bisa hancur harga diriku. "Awas kamu, Rina! Tunggu pembalasanku.""Aku tunggu pembalasan kamu,
Pov Adit"Mau yang ini, Mas!" Zaskia teriak kegirangan.Entah kenapa Zaskia ini terlihat sangat norak, kayak nggak pernah beli baju baru saja. Padahal ini sudah ke lima lembar baju yang sudah dimasukkan ke keranjang.Aku hanya terdiam sejenak saat dia berbicara seperti itu. Ku pijat pelan-pelan keningku. "Uangku bisa habis cuma untuk beli baju saja," kataku pelan."Boleh ya, Mas?" rengeknya sambil memegang tanganku."Itu yang kamu ambil kan sudah ada lima lembar, masak iya mau lagi?" Kali ini ku beranikan diri untuk menegurnya."Katanya ini adalah hadiah permintaan maaf kepada Zaskia, semua yang dipilih Zaskia Mas Adit mau membelikannya. Apalagi semua ini bagus-bagus dan cocok sekali saat aku coba tadi.""Tapi masak iya mau nambah lagi, Zas?""Iyalah, Mas. Kamu nggak mau belikan buat aku? Ya udah kalau gitu akan aku adukan ke orang tuaku nanti.""Ya sudah ambil satu saja yang paling kamu suka. Jangan, semuanya!""Mas Adit ini perhitungan banget. Masak suruh ambil satu saja. Selama ini
Pov Adit"Ya, Ampun, bagaimana ini, Bu?" kataku tak kalah terkejutnya. Kabar ini membuat kepalaku jadi keliyengan.Bagaimana nggak keliyengan, sudah banyak dana yang telah kami digelontorkan untuk merawat tembakau ini. Kalau beneran sampai gagal panen, sudah dipastikan uang kami benar-benar menipis.Apalagi rencananya hasil dari menanam tembakau ini, akan kami gunakan untuk tambahan biaya pernikahaanku dengan Zaskia. Karena ibu sudah berencana membuatkanku pesta pernikahan yang sangat megah.Coba saja kalau kemarin adikku tidak minta uang ke padaku. Sudah dipastikan aku nggak akan pusing seperti ini.Sebenarnya aku kemarin sudah berat untuk memberikan uang ke pada mereka, karena baru dua hari sebelumnya mereka juga sudah minta uang sama aku. Yang buat jalan-jalan lah yang buat ini lah. Dan menurutku uang yang aku berikan itu tidak digunakan untuk keperluan yang penting.Ya begitulah kalau sudah menyangkut adikku, seperti makan buah simalakama. Kalau dikasih, uangku terkuras abis, tapi
Pov AditSetelah kejadian itu, aku jadi malas memberikan uang gajiku kepada Rina. Karena selama ini akulah yang mencukupi semua kebutuhan keluargaku, dari ibu dan kedua adikku semua adalah tanggung jawabku.Setelah aku pikir-pikir benar kata ibu setelah menikah aku jadi suka disetir oleh istriku sendiri. Jadi kurang memperhatikan keluargaku yang sesungguhnya.Makanya sejak menikah dengan Rina, ibu sangat tidak setuju kalau uang yang selama ini aku hasilkan dikelola oleh dia.Selain karena dia anak mantu dia juga tidak akan memikirkan keperluan keluargaku dengan detail. Ditambah ibu juga lebih pengalaman darinya.**"Sudahlah, kamu nggak usah terlalu pusing memikirkan tembakau itu. Nanti biar ibu yang akan mengurusnya. Kamu fokus saja bagaimana menjalin hubungan dengan Zaskia. Jangan sampai kamu gagal nikah dengan dia loh, Dit. Dia itu anak orang kaya. Setara dengan kita, beruntung kamu mendapatkan Zaskia." Aku hanya menganggukkan kepalaku mendengarkan perkataan ibu."Yang jelas kali in
Pov AditIbu langsung mematung setelah mendengar pekikanku. Seketika suasana rumah langsung hening."Apa-apaan sih Ibu ini?! Jika Ibu memang tidak suka dengan Rina nggak perlu bawa-bawa nama Romi segala. Romi itu darah dagingku, Bu!" Kali ini perkataan beliau membuatku emosi.Meski aku sudah ingin berpisah dengan Rina, tapi entah kenapa hatiku terasa seperti tak rela jika ibu dari anakku dijelek-jelekkan di hadapanku sendiri. Apalagi menyangkutkan nama Romi di dalamnya. Mau bagaimanapun, akulah ayah biologisnya. Yang aku takutkan adalah jika pembicaraan ini sampai didengar oleh orang lain dan mereka sampai menyebarkan ke pada semua orang bisa dipastikan mereka bakal melabeli Romi sebagai anak haram, dan aku akan benar-benar murka jika hal itu sampai terjadi."Kenapa, Dit? Kamu masih mau membela Rina, ha? Jelas-jelas dia pernah selingkuh. Masih saja kamu menutupinya?""Tidak, Bu. Rina bukan wanita yang seperti itu. Memangnya Ibu ada buktinya?" kataku dengan penuh penekanan.Meski ini ha