Pov Adit"Apa aku bisa pegang kata-kata kamu, Adit?""Bisa, Bu, percayalah dengan Adit. Adit janji tidak akan mengecewakan Ibu.""Kamu berani bersumpah atas apa yang kamu katakan ini?!" tanya beliau lagi.Aku langsung terdiam mendengar perkataan ibuku."Kenapa kamu, diam? Aku yakin kamu nggak bakalan bisa bersumpah ya, kan? Baiklah, kalau itu maumu."Sambil tersedu-sedu ibu berbicara. Kini racun yang beliau pegang sudah siap masuk ke dalam kerongkongan.Brak! Dengan cepat aku pun menghempaskan racun itu hingga bercecer di lantai."Ibu jangan begitu, Bu. Ibu jangan lakukan itu kepada Adit. Adit sangat sayang sama Ibu."Ku peluk dengan erat tubuh wanita yang telah melahirkan dan merawatku sejak kecil. Di usianya yang sudah tidak muda lagi kini terlihat jelas badannya mulai terlihat mengeriput."Adit bersumpah akan selalu menurut perkataan Ibu.""Baiklah kalau kamu sayang sama ibu, lakukan apa yang ibu minta. Bakar semua mainan Romi dan baju-bajunya yang masih tersisa di sini termasuk b
Setelah semuanya masuk ke dalam tas, aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Aku mencari tempat yang aman agar ibu tidak akan bisa menemukannya."Ah lega."Meskipun belum semuanya setidaknya sebagian besar sudah aku amankan. Nanti kalau situasinya mendukung akan aku lakukan lagi.Setelah selesai aku kembali ke dalam rumah. Kelihatannya ibu benar-benar sedang bahagia. Beberapa kali terdengar suara ibu tertawa lepas."Baik, Bu besan. Pokoknya nanti pernikahan Adit dan Zaskia bakalan megah. Serahkan semuanya ke pada kami. Kami tidak akan mengecewakan Ibu besan," kata beliau dalam telepon."Siap Bu Besan. Iya, Bu. Semua pasti beres tenang saja pokoknya.""Ibu tahu sendirilah ya, kita ini selevel. Bisa dipastikan selera kita pasti sama."Beberapa kali ibu tertawa kembali. Memang beliau ini benar-benar bahagia sekali dengan pernikahanku yang ke dua ini. Berbeda sekali dengan pernikahanku dengan Rina dulu.Teringat sangat saat aku meminta pendapat ibu mengenai baju seragam dan dekorasi manten dulu
Pov Adit"Nah, pintar kamu, Dit. Itulah yang ibu harapkan dari kamu, selalu nurut apa yang diperintahkan oleh ibu."Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa mengucapkan sepatah kata pun ke pada beliau."Barang-barang milik Romi yang ada di dalam kamar kamu, apakah sudah kamu bakar sekalian?""Mm ... su-sudah, Bu.""Kamu yakin?""Ya-yakin, Bu, kenapa harus nggak yakin?" jawabku tergagap."Pintar ...." puji ibu sambil mengelus pundakku. Kemudian beliau pergi meninggalkanku yang masih menunggu api di halaman takut merembet ke arah lain."Ibu mau ke mana?!" tanyaku karena ku perhatikan ibu berjalan mengarah ke arah kamarku."Aku mau periksa apakah kamu benar-benar sudah membakar semua barang milik Romi, atau belum," kata beliau sambil terus berjalan meninggalkanku."Sudahlah, Bu, yakinlah sama Adit. Mana mungkin Adit bohong sama ibu." Tak sedikitpun ibu menoleh ke arahku."Bu!" teriakku lagi. Dengan cepat aku pun langsung menyusul beliau."Kenapa, kamu bohong ya?""Siapa yang bohong, Bu? Adi
Pov Adit"Oh, buat fitting baju Zaskia. Iya-iya baiklah, Bu Besan.""Oh ya yang bagus sekalian dong, Bu. Biar Zaskia terlihat sangat cantik. Zaskia kalau dandan pasti wajahnya bakalan cantik mirip artis tipi itu siapa ya namanya Amanda Manopo. Zaskia saja kalau nggak dandan sudah kelihatan cantik apalagi dandan," kata ibu sambil terkekeh. Beliau sekarang sudah ada di dekataku."Oh, baiklah kalau begitu akan saya tambah lima juta lagi ya, Bu. Yang penting baju yang dipakai Zaskia baju yang paling bagus dan terlihat mewah, Bu. Aku kepingin menantu jadi semakin cantik biar Adit semakin jatuh cinta sama dia.""Tunggu ya, Bu, setelah ini akan saya kirim ke sana uangnya.""Loh, sekarang ibu dan keluarga tidak ada di rumah. Baiklah biar nanti saya akan minta tolong Adit bawa saya ke bank saja kalau begitu.""Iya, Bu Besan, tidak masalah. Hati-hati diperjalanan ya, Bu. Jangan lupa nomor rekeningnya dikirimkan ke saya biar segera saya proses.""Baik, Bu, salam untuk semuanya."Tebakanku tadi te
Bab 39Pov Adit"Bu, Ibu! Ibu di mana?!" teriakku sambil melangkahkan kakiku ke dalam rumah. Entah kok bisa secepat itu ibu menghilang.Ku lihat pintu kamar ibu terkunci. Dengan sabarnya aku menunggu ibu di depan pintu namun sudah beberapa menit aku menunggu, beliau tak kunjung membuka pintu. Entah apa yang beliau lakukan di sana."Bu!" teriakku sambil ku gedor-gedor pintu kamar beliau. Karena aku takut jika ibu akan nekad lagi kayak tadi.Beberapa saat kemudian, teriakanku membuahkan hasil, akhirnya ibu membuka kunci pintu kamarnya."Minggir!" kata beliau sambil menyibak badanku setelah pintu kamarnya terbuka.Dengan mata yang tajam seperti elang, beliau meninggalkanku begitu saja. Sangat jelas dari tatapan matanya beliau tengah marah besar ke padaku.Dengan memakai dress berwarna mustard yang panjangnya hampir menyentuh lutut, serta tas kecil berwarna hitam yang sedang beliau jinjing berhasil membuatku melongo. Baru bertemu dengan ibu Zaskia beberapa kali saja dandanan ibu sekarang s
Bab 40Pov Adit"Baiklah kalau itu kemauan Ibu ingin menyumbang keluarga Zaskia, tapi ya nanti dulu kalau tanggal lamarannya sudah ditentukan baru kita transfer.""Tuh, kan, kamu masih bicara seperti itu lagi. Pelit itu jangan dipelihara, Dit. Ibu ini sampai sudah bosen dengar perkataan kamu itu-itu mulu. Susah dikasih tahu ibunya. Harga diri, Dit. Harga diri.""San!" Ibu berjalan menuruni anak tangga rumah saat Hasan sudah sampai dengan sepeda motor maticnya. Dan aku pun segera mengekorinya."Baiklah, Bu. Adit menyerah. Adit akan transfer uangnya ke pada keluarga Zaskia. Tolong nomor rekening Zaskia, Bu.""Halah, pasti kamu mau membohongi ibu, kan?""Tidak, Bu. Ngapain Adit bohong. Adit sungguhan akan mentransfer uang ke pada Zaskia.""Jangan, bohongi ibu, Dit! Ibu sudah tahu maksud kamu.""Benar, Bu, ini sudah aku buka M-Bangking Adit. Tinggal mengisi nomor rekening dan setelah itu isi nominal transfernya." Mau bagaimanapun aku tidak bisa melawan ibu."Ayolah, Bu, Adit minta nomor re
Pov Adit"Terserah Ibu sajalah. Yang penting Adit sudah mengingatkan," kataku sambil beranjak pergi. Sebegitu pentingnya keluarga Zaskia di mata ibu. Sampai-sampai beliau rela memberikan uang tabungannya sebanyak itu. Halah sudahlah aku sudah nggak mau memikirkan yang aneh-aneh biar diatur sama ibu sendiri. Yang penting aku sudah mengingatkan.Di dalam hatiku masih merasa tidak percaya kalau aku akan sampai sejauh ini. Merasa kayak aneh saja kenapa Rina malah minta cerai denganku sedangkan keluarga dia bukan keluarga yang berkecukupan. Tapi biarkanlah kalau itu sudah tekadnya mau diapain lagi. Toh resiko tang nanggung dia sendiri. Memangnya bisa dia menghidupi Romi sendirian. Aku yakin pasti dia akan mencariku juga nantinya untuk minta uang seperti yang selalu ibu bilang ke padaku.***"Katanya hari ini kamu izin tidak bekerja, tapi masih pagi begini kami kok sudah rapi. Memangnya kamu mau ke mana, Dit?""Mau ke pengadilan, Bu. Pagi ini kan jadwal sidangnya.""Apa? Aku kira semalam k
Pov Adit"Oh iya kah, Bu?""Iya. Ngapain ibu bohong. Karena sejak tadi speakernya sudah ibu nyalain jadi dia bisa dengar semuanya."Ya Ampun, ibu. Padahal sejak tadi Adit sudah melambaikan tangan tanda nggak setuju saat ibu menanyakan kesibukan Zaskia."Rencananya tuh hari ini Adit ingin mengajak kamu jalan-jalan. Dia juga bela-belain tidak bekerja demi ajak kamu ke luar.""Ya Ampun Mas Adit so sweet banget.""Setelah ini kamu segera bersiap-siap ya. Nanti sekitar jam delapan tiga puluh biar Adit ke sana untuk jemput kamu.""Em ... mm, nggak usah repot-repot, Bu. Biar Zaskia saja yang datang ke rumah Ibu. Mama dan papa soalnya juga mau pergi, jadi biar Zaskia nebeng mama sampai rumahnya Ibu.""Oh, gitu. Baiklah kalau begitu biar Adit tunggu di rumah. Tapi beneran nggak apa-apa, bareng papa mama kamu? Takutnya nanti malah bikin repot.""Tidak, Bu. Nggak masalah, kok, karena sejalan.""Baiklah kalau begitu ibu tutup dulu teleponnya, ya. Salam buat mama dan papa.""Iya, Bu. Pasti akan dis