Bab 40Pov Adit"Baiklah kalau itu kemauan Ibu ingin menyumbang keluarga Zaskia, tapi ya nanti dulu kalau tanggal lamarannya sudah ditentukan baru kita transfer.""Tuh, kan, kamu masih bicara seperti itu lagi. Pelit itu jangan dipelihara, Dit. Ibu ini sampai sudah bosen dengar perkataan kamu itu-itu mulu. Susah dikasih tahu ibunya. Harga diri, Dit. Harga diri.""San!" Ibu berjalan menuruni anak tangga rumah saat Hasan sudah sampai dengan sepeda motor maticnya. Dan aku pun segera mengekorinya."Baiklah, Bu. Adit menyerah. Adit akan transfer uangnya ke pada keluarga Zaskia. Tolong nomor rekening Zaskia, Bu.""Halah, pasti kamu mau membohongi ibu, kan?""Tidak, Bu. Ngapain Adit bohong. Adit sungguhan akan mentransfer uang ke pada Zaskia.""Jangan, bohongi ibu, Dit! Ibu sudah tahu maksud kamu.""Benar, Bu, ini sudah aku buka M-Bangking Adit. Tinggal mengisi nomor rekening dan setelah itu isi nominal transfernya." Mau bagaimanapun aku tidak bisa melawan ibu."Ayolah, Bu, Adit minta nomor re
Pov Adit"Terserah Ibu sajalah. Yang penting Adit sudah mengingatkan," kataku sambil beranjak pergi. Sebegitu pentingnya keluarga Zaskia di mata ibu. Sampai-sampai beliau rela memberikan uang tabungannya sebanyak itu. Halah sudahlah aku sudah nggak mau memikirkan yang aneh-aneh biar diatur sama ibu sendiri. Yang penting aku sudah mengingatkan.Di dalam hatiku masih merasa tidak percaya kalau aku akan sampai sejauh ini. Merasa kayak aneh saja kenapa Rina malah minta cerai denganku sedangkan keluarga dia bukan keluarga yang berkecukupan. Tapi biarkanlah kalau itu sudah tekadnya mau diapain lagi. Toh resiko tang nanggung dia sendiri. Memangnya bisa dia menghidupi Romi sendirian. Aku yakin pasti dia akan mencariku juga nantinya untuk minta uang seperti yang selalu ibu bilang ke padaku.***"Katanya hari ini kamu izin tidak bekerja, tapi masih pagi begini kami kok sudah rapi. Memangnya kamu mau ke mana, Dit?""Mau ke pengadilan, Bu. Pagi ini kan jadwal sidangnya.""Apa? Aku kira semalam k
Pov Adit"Oh iya kah, Bu?""Iya. Ngapain ibu bohong. Karena sejak tadi speakernya sudah ibu nyalain jadi dia bisa dengar semuanya."Ya Ampun, ibu. Padahal sejak tadi Adit sudah melambaikan tangan tanda nggak setuju saat ibu menanyakan kesibukan Zaskia."Rencananya tuh hari ini Adit ingin mengajak kamu jalan-jalan. Dia juga bela-belain tidak bekerja demi ajak kamu ke luar.""Ya Ampun Mas Adit so sweet banget.""Setelah ini kamu segera bersiap-siap ya. Nanti sekitar jam delapan tiga puluh biar Adit ke sana untuk jemput kamu.""Em ... mm, nggak usah repot-repot, Bu. Biar Zaskia saja yang datang ke rumah Ibu. Mama dan papa soalnya juga mau pergi, jadi biar Zaskia nebeng mama sampai rumahnya Ibu.""Oh, gitu. Baiklah kalau begitu biar Adit tunggu di rumah. Tapi beneran nggak apa-apa, bareng papa mama kamu? Takutnya nanti malah bikin repot.""Tidak, Bu. Nggak masalah, kok, karena sejalan.""Baiklah kalau begitu ibu tutup dulu teleponnya, ya. Salam buat mama dan papa.""Iya, Bu. Pasti akan dis
Bab 43 Pov AditDengan cepat ku kenakan masker untuk menutupi sebagian wajahku."Mas! Kamu mau pergi ke mana?"Tanpa menjawab pertanyaan Zaskia, aku bergegas keluar dari mobil dan mencari keberadaan Rina dan keluarganya. Siapa tahu ada secerca harapan untukku. Apalagi jika aku berhasil membawa Romi kembali, aku yakin kalau hati ibu bakalan luluh.Aku menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan mereka. Di tempat parkir pun tidak aku temukan mobil buntut yang biasanya bapak Rina pakai.Kepalaku rasanya nyut-nyutan ketika tidak berhasil menemukan mereka. Benar-benar stres sekali aku sekarang. "Mas, kenapa kamu pergi meninggalkan aku sendirian di mobil, sih?" katanya sambil ngos-ngosan menyusulku."Kamu itu sedang mencari siapa?!" tanyanya lagi, setelah pertanyannya yang pertama tidak aku tanggapi."Ini pasti gara-gara ibu!" teriakku kesal sambil aku ayunkan kakiku seperti akan menendang bola. Benar-benar kesal aku dibuat ibu."Ada apa sih, Mas?!" sentak Zaskia. Mungkin dia kaget me
Bab 44Pov Ibu MertuaDari perkataan Zaskia aku semakin yakin kalau Zaskia sangatlah mencintai Adit. Aku yakin dia akan menjadi menantu yang penurut, dan dia tidak akan menentang aku. Seperti yang dilakukan Rina."Bu, wanita yang sama Adit itu tadi siapa, kok saya belum pernah lihat?" tanya Bu Pur yang tiba-tiba datang menghampiriku hingga membuatku menjingkat.Entah sejak kapan beberapa wanita doyan gosip ini sudah ada di halaman rumahku. Padahal yang aku tahu saat aku mengantar Adit dan Zaskia tidak melihat beliau bertiga ini.Dalam hatiku aku sangat risih kalau ada orang yang suka korek-korek masalah pribadiku."Oh, itu calon menantu saya, Bu. Bagaimana, cantik tidak?""Loh, memangnya Adit dan Rina sudah berpisah?" Beliau bertiga nampak terkejut dengan perkataanku."Sudah, Bu," jawabku."Sejak kapan?" tanya bu Kasih sambil melihat yang lainnya."Kapannya lupa, tapi yang jelas, sekarang hubungan mereka bukanlah sah suami istri. Ini kami tinggal nunggu akta cerai dari pengadilan.""Lo
Pov Ibu MertuaAh, sudahlah kenapa aku jadi mencari-cari Bu Maryah. Yang jelas masalahku sudah aman tidak terdengar oleh para wanita ahli penyebar gosip ini.Memang ya, kalau berbicara dengan tukang gosip seperti mereka memang harus ekstra hati-hati. Kalau tidak, bisa rusaklah harga diri seorang Munah."Ya sudah Bu Munah kami mau pamit dulu. Kami mau setor arisan." Nah ini hal yang aku tunggu-tunggu kenapa nggak pergi saja sejak tadi."Oh ya, Bu, silakan," jawabku sambil memberikan gaya senyum yang paling ramah."Nanti kalau arisannya sudah habis, Bu Munah ikut sekalian saja. Lumayan loh uang dari arisan itu bisa buat tambahan modal." Bu Kasih menawariku arisan yang dibayar satu minggu sekali di hari rabu.Yang rumornya kalau dapat arisan itu bisa buat beli seekor kambing."Baik, Bu," jawabku abang-abang lambe (pemanis)."Kami pergi dulu, ya." Mereka pun pergi berjalan bersama beriringan terlihat sekali mereka sangat akur, ya kadang-kadang meski pernah bertengkar juga tapi persahabat
Pov Ibu MertuaRasanya dadaku seperti disayat-sayat namun tidak berdarah. Bisa-bisa pingsan aku dibuat begini oleh calon besanku."Jeng, Munah? Jeng Munah masih dengar suara saya, kan?"Untung saja calon besanku tidak mendengar perkataanku. Kalau tahu aku kaget bisa hancur harga diriku."Iya, Bu Besan. Saya dengar kok. Bahkan menyimak dengan baik. Tapi bisa dipastikan nanti hasilnya beneran bagus kan, Bu Besan?" tanyaku memastikan."Dijamin seribu persen Jeng Munah. Ini sudah saya pilihkan orang yang sangat terpercaya. Jeng Munah nggak usah khawatir pokoknya, terima beres saja.""Baik, Bu. Bagus kalau begitu," jawabku yang masih berasa seperti mimpi di siang bolong.Hatiku masih ketar-ketir takut jika nanti semakin lama permintaan calon besanku ini terus di turuti, membuat uang tabunganku habis."Jeng Munah, tapi ini baju yang saya pesan belum termasuk baju seragam Jeng Munah dan adik-adiknya Adit juga loh. Jadi baju yang saya pesan ini khusus buat Zaskia dan Adit. Kalau Jeng Munah ma
Pov Ibu MertuaMungkin dia marah karena aku tidak jadi kepincut dengan tawaran beliau. Tapi biarkanlah siapa tahu itu hanya akal-akalan dari mereka saja. Yang jelas sekarang uang aku aman.Jika aku kepincut lagi yang jelas aku akan kehilangan uang lebih banyak lagi. Bisa seratus juta nanti habisnya. Ini saja yang tambahan buat Adit saja sudah hampir lima puluh juta. Yang ada aku bakalan protes Adit. Yang paling aku takutkan malah bisa-bisa dia bakalan membatalkan perjodohannya dengan Zaskia.Harapanku satu-satunya yaitu dengan anak-anak gadisku. Aku yakin mereka bakalan kasih solusi atas masalah ini. Nanti akan aku suruh mereka untuk membelikan baju seragam di market place dengan harga yang miring. Ingat-ingat cari uang itu susah jadi harus lebih bijak lagi dalam penggunaannya.***"Oh, kalian sudah pulang?" tanyaku ketika anak dan calon mantuku turun dari mobil."Iya, Bu. Maaf ya, kami pulangnya sudah sore banget. Soalnya kami tadi juga sekalian mampir ke tempat designer langganan ma