Aku masuk ke kamarku dan menyalakan laptopku sambil berbaring di kasur super empukku, aku akan menghubungi Evan, si superman yang merangkap pengikut setiaku lewat aplikasi skype. Kuhubungi dia dan dalam dua kali panggilan, muncullah wajah Clark Kent kw.3 di monitor laptopku.
"Evan... you must help me..!" Aku berteriak pelan ke headset yang kupasang agar pembicaraanku tidak didengar siapapun."Help?" Tanyanya gak connect, bingung dengan ekspresi lebayku barusan."Yup... Bokap gw mau ngawinin gw sama om-om dari Brunei..!!" Jawabku dengan dramatis ke sohib kelahiran Melbourneku ini."Soo...??" Jawabnya lagi.. ihh ni anak, otaknya rakitan mana sih.. lemot banget gak loading-loading. Aku diam sambil memelototi layar laptop, menunggu si superman abal ini nyambung dan menangkap maksudku."Oh... my... Gosh... really??" Teriaknya lebay, "tell me... tell me..," dan akhirnya aku menceritakan kejadian aku di sofa ruang tamuku itu.Evan adalah mahasiswa jurusan hukum di kampusku, sedangkan aku mengambil jurusan fotografi di kampus yang sama, kami bertemu pada homecoming yang berisi mahasiswa-mahasiswa upperclass, alias populer, dan si Evan ini salah satu bintangnya kampus, ganteng, kulit kecoklatan karena berjemur dan dia pemain basket andalan kampus. Aku yang saat itu jadi trending di kampus karena fashion keluaran terbaru yang selalu nempel di tubuhku diundang ke kasta kelas atas itu dan mengenal Evan lalu akrab dengannya saat itu juga.Evan memberitahuku bahwa aku bisa mengatakan tidak saat acara pernikahanku nanti, dia bilang, kan kamu pasti ditanya bersedia nikah apa enggak sama om-om itu. Humm... sesaat aku optimis dengan masalah ini, badai pasti berlalu, yupp... Evan benar. Lalu, 1 menit kemudian aku termenung menatap wajah Evan di monitor ku, ada kalung berbentuk salib di lehernya. Hish... Evan sableng."Evaaan.... Im a moslem!!!" Teriakku sambil berbisik kepadanya.
"So what??" Tanyanya gak berdosa."Beda lah.. yang berhak menikahkan aku tu ya cuma si papi, kalau papi udah acc, aku ga bisa bilang enggak," jelasku padanya."Its not fair..!!" Teriaknya lagi.Mungkin yang sableng di sini adalah aku, bertanya kepada teman beda bangsa, budaya dan agama."But.. itu hukumnya di kami... Evan.. tell me.. I'm dead!" Ucapku lemas dan menutup mataku sejenak."You're dead!" Jawabnya sambil ketawa dan malah menyuruhku menikmati pernikahanku dengan om-om tajir asal Brunei."Kau senang teman cantikmu harus berending tragis seperti ini? bahkan captain tim football di Aussy minta aku pacaran sama dia.. aku tolak. Famous loh dia! Dan sekarang nasibku mau dinikahin dadakan sama om-om pula!"
"Aku sedih, tapi... mungkinkah itu sebuah karma?" Evan tertawa kencang, "Itu karma untukmu yang bertingkah seperti princess dan menolak pria-pria yang naksir dengan kamu!""Jahat! How could you! Jangan-jangan kamu sekongkol sama papi!""Kenal aja enggak... sekongkol lagi! Udah... enjoy deh... tanggung enak!" Ucapnya cekikikan, sungguh kalau ia secara fisik ada si Jakarta, aku akan menghajarnya habis-habisan. Kesal, aku putuskan koneksi video call dari temanku itu dan memutuskan untuk mengistirahatkan badanku, berharap tidur bisa menghapus kenyataan pahit hidupku.Keesokan harinya, sesuai dengan kebiasaan keluarga ini, sarapan bersama, saat yang dulu selalu kunanti karena satu-satunya waktu berkumpul dengan keluarga, namun sekarang menjadi saat yang paling menakutkan. Kenapa? Karena harus berhadapan dengan papiku. Saat ini, aku sedang duduk di meja makan, memandang ke arah papi dengan mata anak kucing terlantar yang minta diberi susu, aku berharap si papi mau mengkasihaniku dan membatalkan rencana konyol itu. Aku sudah merencanakannya sejak pagi tadi, berpakaian tertutup dipadu dengan wajah mengenaskan, mudah-mudahan manjur. Ku tetapkan pilihan berpakaian hari ini dengan dress coklat selutut berlengan panjang dengan kerah menyerupai sweater keluaran ModCloth kupadukan dengan legging coklat muda dengan motif tribal.Papi yang kupandangi dengan wajah layu, malah balik menaikkan alisnya bingung, lalu seakan mengerti raut wajahnya kembali menjadi datar."Percuma... keputusan ini sudah fix, nanti sore kamu terbang ke Brunei dan pendekatan dengan calon suamimu, kamu akan tinggal dirumah keluarganya, karena dia sudah tinggal di apartemen pribadinya sendiri!" Ucap papi sambil mengambil sandwich tuna dan mengunyahnya santai."Semua sudah diurus, mulai dari pakaianmu, paspor, supir sudah beres, kamu tinggal berangkat," lanjutnya.Lemas, pasrah.. Itu yang kurasa saat ini, aku masuki kamarku, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Mau tak mau aku harus menurut dengan perintah papi, alasan pertama adalah karena beliau adalah satu-satunya orangtua ku, bandel-bandel gini aku masih takut durhaka. Lalu alasan kedua, karena papi sudah terlanjur merencanakan semuanya dan kalau aku nekat kabur nama papi dan perusahaan yang hancur. Kuputuskan untuk menyiapkan pakaian yang akan kupakai nanti menuju Brunei, walau galau ga berarti aku ga mikirin fashion, fashion itu adalah penghiburku disaat lelah... serius aku udah mulai ngaco.Saat ini, menjelang sore hari di Brunei Darussalam, tepatnya di Bandar Seri Begawan, di dalam sebuah mobil yang membawaku menuju rumah calon mertuaku (katanya) dan yang menjemputku tadi di bandara adalah supir pribadi keluarga si om-om nyebelin itu.Dari awal sebenarnya aku tidak berharap untuk perhatian lebih dari si calon suamiku itu, tapi mbok yaa dijemput gitu loh. Sudahlah, abaikan, ku nyalakan Handphoneku setelah mengganti sim yang bisa beroprasi disini. Sekitar 20 menit perjalanan, aku tiba di sebuah rumah mewah yang berada di perkampungan tak jauh dari BSB. Walau letaknya di kampung, akses jalan utama bisa untuk dilewati lima mobil, tepat di depan rumah ini ada sebuah departement store cukup besar.
Rumah berlantai dua dengan halaman yang sangat luas, dan kulihat dari luar terdapat dua mobil diparkir berdampingan, "mudah-mudahan rumahnya sepi," doaku dalam hati setelah melihat hanya ada dua mobil yang terparkir di halaman luas yang bisa dijadikan lapangan sepak bola. Memang sepanjang perjalanan, kulihat mayoritas penduduk di wilayah ini memiliki lahan dan rumah yang besar dan asri, sebagian bergaya victorian dan lainnya bergaya modern. Aku bersimulasi dalam hati, kalau si calon sudah sangat tua aku akan pura-pura kesurupan sampai dia ilfill denganku. Kalau si calon gak terlalu tua tapi jelek, aku mau pura-pura pingsan sampai ileran biar dia ilfil sama aku. Kalau si calon muda, ganteng, baik kayak Joong Ki aku langsung pura-pura muntah karena hamil, lho?Kalau si calon memang memiliki rumah ini, postif ia memang orang tajir melintir, tapi.. kalau ini hanya milik orangtuanya dan dia gak punya apa-apa... beh, ogah deh, meni-pediku sebulan aja udah puluhan juta, emang situ sanggup? Baju eike sebulan harus beli minimal lima setel dan harus couture, gengsi aku kalau harus pakai baju branded biasa. Semoga.. oh semoga pria yang menjadi calonku seperti Lee Joongki yang ganteng, tajir, bening dan baik hati.Aku berdiri di depan pintu kayu rumah megah ini, memandang ke bawah melihat penampilanku. Coat pink selutut dengan renda keluaran ModCloth dipadu dengan dark wash jeans dan sepatu balet pink keluaran JimmyChoo, secara keseluruhan penampilanku sangat layak dan sopan.Kuketuk pintu di hadapanku sekali,... tak ada jawaban, kuketuk lagi pintu itu, ... tak ada jawaban lagi."Humm... pertanda buruk dari langit!!" Ucapku pelan dengan kesal.Kuketuk lagi pintu di depanku dengan kesal, dan masih tak ada jawaban, kulihat tanganku yang sudah memerah akibat mengetuk, no.. no.. menggedor lebih tepatnya pintu nyebelin di depanku ini.Supir yang tadi mengantarku akhirnya datang menghampiriku dengan senyum ramah, pria yang rambutnya semua berwarna abu-abu mungkin 50an menurutku, dia memencet bel rumah yang... ternyata oh ternyata ada di sebelah kananku, tepatnya di dinding dan berada 10 centi dari kepalaku."Memang orang Brunei jangkung-
Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta sa
Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tap
Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku.Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi.Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya.Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyu
Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.
Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng
"Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi
Aku dan Ben berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ben diam tak berkomentar dengan kejadian tadi, akupun juga diam berusaha tak terpengaruh. Kukeluarkan ponsel dan mencari kontak Evan, sahabatku yang berparas mirip sedikit dengan Clark Kent."Evan.." Ketikku.Satu menit berselang, kulihat nomor Evan aktif dan sedang mengetik balasan."Yo girl... sssuuuuppppp?!" Membaca jawabannya aku tersenyum sendiri, ah... manusia ajaib ini berhasil membuatku lupa dengan ketragisan hidupku. Aku kesal, aku marah.. aku ingin menyudahi saja pernikahan sialan ini. Beruntung ia belum melakukan apapun denganku. Kalau memang ia tak mau menjamahku... dan masih mau berpacaran dengan idol itu.. ngapain dia mau dinikahin sama aku?"Evan, I need your help! Aku butuh pengacara untuk mengurus perceraianku, cari yang paling bagus! Aku ada di Seoul, segera!!" Ketikku cepat membalas."Whattttt! Kau harus menjelaskannya padaku Babe! Ok wait