Laura kalah telak. Ia kemudian menggaruk rambutnya seraya mengunyah sosis panggang miliknya.Sementara Jonathan terkekeh pelan melihat ekspresi Laura yang begitu menggemaskan. “Just kidding, Sayang. Aku nggak segila yang kamu kira.”Laura menolehkan kepalanya dengan pelan kepada suaminya itu. “Sekuatnya aja, yaa.”Jonathan mengangguk. “Ya. Memang selalu seperti itu.”Laura lantas mengulas senyumnya. “Kamu pernah dengar aku bilang cinta, nggak?”Jonathan menggeleng pelan. “Kamu hanya menunjukkan.”Laura manggut-manggut dengan pelan. “I love you,” ucapnya kemudian menerbitkan senyumnya dengan lebar.“Udah kenyang, Jo.”“Sama. Kita nonton TV dulu sebentar, yaa.”Laura menganggukkan kepalanya. Keduanya lantas beranjak dari duduknya kemudian masuk ke dalam kamar. Laura memilih memandang pemandangan indah di kota Paris itu. Lampu gemerlap yang indah membuat Laura takjub akan keindahan malam di kota Paris.Jonathan juga tidak jadi menonton televisi. Ia lupa, tayangan di sana menggunakan baha
Jonathan hanya tersenyum menyeringai. Ia kemudian mencium bibir perempuan itu lagi dengan tangan meremas gumpalan daging indah itu.“Eeuuhh!” keluh Laura kemudian tangannya memegang kedua bahu suaminya itu. Merasakan sensasi yang luar biasa, yang dibuat oleh Jonathan kepadanya.Ia kemudian membalikan tubuh perempuan itu. Menyatukannya lagi dan memacunya lagi.“So fucking hot!” lirih Jonathan dengan tangan menekan punggung perempuan itu. Lalu menciumi kulit putih itu dengan lembut.Laura kembali mengejang. Puncaknya kembali tiba yang keberapa kali, ia pun tidak tahu. Jonathan berhasil membuat Laura lemas tak berdaya karena sudah tidak terhitung berapa kali Laura mengeluarkan pelepasannya.Sementara Jonathan ... belum sekali pun ia menembak benih-benih itu sebab belum ingin keluar, masih ingin memacu tubuh perempuan itu.Dua jam kemudian ....Jonathan sudah tiba. Ia kemudian memacu tubuh Laura dengan kecepatan maksimal. Pekikan dan erangan sudah tidak terkendali lagi. Jonathan memacunya
Laura lantas menjatuhkan tubuh sang suami kemudian merangkak ke bawah sana. Melahap benda itu dengan gerakan yang membuat Jonathan semakin menggila.“Arrgghh! Laura, oh my God!” Jonathan meremas kepala Laura seraya menikmati setiap permainan yang tengah dilakukan oleh istrinya itu.“Don’t stop, Honey!” lirih Jonathan yang tengah kegirangan akan permainan yang dilakukan oleh istrinya itu. “Never!” ucapnya kemudian tersenyum menyeringai.Laura kemudian menghentikan permainannya. Ia kembali menatap sang suami dengan tatapan penuh gairahnya.Jonathan pun menciumi tubuh perempuan itu lagi. Bahkan tautan itu turun dengan seksi pada leher jenjang sang istri. Menciuminya dengan tanda cinta yang ia tingalkan di sana. Kemudian melahap pucuk nikmat itu dengan lahap. Kulit sintal, putih dan halus Laura tidak ada satu pun yang terlewat disentuh oleh Jonathan. Hingga tiba di bawah sana. Ia merebahkan tubuh sang istri. Tangannya kini tengah bermain riang di bawah sana.“Arrrgghh! Jo!” Laura meraca
“Waah! Kalau itu gue nggak tahu, Jo. Elo tanya aja ke dia nanti kalau udah pulang. Tunggu sampai minggu depan, Jo. Gue nggak punya nomornya soalnya. Tapi, alamat rumahnya gue ada. Nanti gue kirim deh, ke elo.”Jonathan menghela napas panjang. Setidaknya dia harus sabar menunggu sampai Devano tiba di Indonesia. “Ya sudah. Kirim alamat rumah Devano sekarang juga, yaa. Aku tunggu. Satu lagi, thank you untuk informasinya.”“Ya, sama-sama.” Galuh menutup panggilan tersebut.Jonathan kemudian menatap Laura yang sudah terlelap dalam tidurnya. “Aku tidak ingin kehilangan kamu, Laura. Aku juga tidak ingin memiliki anak dari orang lain selain dengan kamu,” ucapnya dengan pelan.Ia kemudian menghubungi Albert, berharap papanya masih terjaga.“Ada apa, Jo?” tanya Albert di seberang sana.Kini, lelaki itu tengah menuangkan air panas ke dalam cangkir yang berisi kopi di dalamnya.“Udah tidur belum, Pi?” tanyanya pelan.“Belum, Nak. Ada apa? Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanyanya kemudian.Jonathan
Tiba di rumah sakit ....Keduanya langsung masuk ke ruang pemeriksaan di mana Ramos sudah menunggunya di sana.“Eeh! Main serobot aja. Emang udah yakin, lagi hamil?” Gerald menarik tangan Laura karena kebetulan keduanya sedang berada di sana.“Yaa nggak tahu sih. Kakaaaak!” Laura merengek kepada Sandra.Perempuan itu lantas terkekeh. “Jangan dengerin. Lanjut aja. Aku mau ke toilet dulu.”“Weeeekk!” Laura menjulurkan lidahnya kepada Gerald.Pria itu lantas menyunggingkan bibirnya. “Uncle. Kalau rahimnya kosong, gantung aja di pohon cemara. Buang-buang waktu doang!”Ramos hanya geleng-geleng kepala melihat adik-kakak yang selalu ribut itu. “Baring dulu, Lau. Kita lakukan USG dulu, buat lihat apakah benar, kamu lagi hamil atau nggak.”Laura menganggukkan kepalanya kemudian berbaring di atas bangsal. Menuruti perintah Ramos yang masih setia selama hampir tiga puluh tahun lamanya bahkan sudah menjadi dokter senior di sana.Usianya yang baru menginjak lima puluh delapan tahun itu rupanya me
Setibanya di kampus ....Laura turun dari mobil suaminya kemudian menemui Misya yang sudah menunggunya di depan gerbang.“Ada apa sih, Sya? Dia ngapain lagi?” tanya Laura kepada Misya.“Gila sih tuh orang. Bentar lagi, suami elo pasti balik lagi ke sini.”Laura mengerutkan keningnya. “Ngapain lagi itu orang, Sya? Kasih tahu ke orang-orang, kalau dia lagi hamil anaknya Jonathan?”“Kok elo tahu? Lau. Lagi heboh tahu nggak. Elo nggak ngerasa, mereka liatin elo kayak begitu?”Laura mengedarkan pandangannya dan memang benar, semua mata tengah tertuju pada Laura.“Mentang-mentang punya segalanya. Bisa-bisanya jadi perebut. Udah tahu, pacarnya lagi hamil, masih aja dipaksa nikahin!”Beberapa cemoohan kembali keluar dari mulut orang-orang yang tidak tahu apa-apa dengan apa yang terjadi sebenarnya.“Pada kenapa sih? Aneh!”“Yaa karena si Kiara nyebar berita di sosial media, Laura. Noh!” Misya memberikan ponselnya, memperlihatkan artikel tentang kehamilan Kiara.Laura menelan salivanya dengan p
“Bu. Jangan dulu emosi, yaa. Tim IT di kantor saya lagi cek fotonya. Jaman sekarang canggih-canggih, Bu.” Jason menenangkan besannya agar jangan memarahi Jonathan.“Pak Jason. Saya minta maaf atas kelakuan hina ini. Saya tidak pernah menyangka kalau anak saya tega, membuat malu orang tuanya,” lirih Tiara merasa malu.‘Waduh! Dia nggak tahu aja, kalau kamu jauh lebih hina dari kelakuan Jonathan. Kalau dia tahu kami kayak orang gila dulu, bisa-bisa dipecat jadi besannya,’ ucap Kayla dalam hati.“Bu. Tidak apa-apa. Belum tentu benar juga kok,” ucap Kayla menenangkan Tiara sembari mengusapi punggungnya.“Malu, Bu. Malu! Saya selalu membeberkan kalau anak saya anak yang baik-baik. Tapi, kenyataannya malah melakukan hal hina seperti ini!” Tiara menatap nanar wajah anaknya itu.Kayla menelan salivanya seraya menggaruk rambutnya. ‘Besan yang ini memang benar-benar kuat iman. Bisa-bisanya buat aku malu sendiri kalau ingat masa lalu.’ Kayla kembali menggerutu dalam hatinya.Tak lama kemudian, J
Tangis Tiara semakin kencang. Tubuhnya lemas saat itu juga setelah mendengar penuturan Ramos. Hatinya hancur secara bersamaan. Yang seharusnya sebentar lagi dia akan menggendong cucu, harus kehilangan sebelum melihatnya.Tidak ada yang tidak menangis di sana. Pun dengan Kayla. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya itu.“Bagaimana perasaannya nanti saat tahu dia keguguran, Daddy? Aku nggak mau Laura kayak aku nanti,” lirih Kayla seraya menatap suaminya itu.Jason kemudian memeluknya. Menenangkan istrinya agar tegar dan jangan berpikir jauh tentang kondisi Laura.“Dia pasti akan baik-baik saja, Sayang. Kamu jangan khawatir. Kejadian itu tidak akan terjadi pada Laura. Aku pastikan itu,” ucapnya dengan tenang.Kayla terisak pelan. Kejadian di masa lalu itu, saat dirinya kehilangan anak pertamanya itu kembali terngiang di dalam pikiran Kayla. Khawatir terjadi kepada anaknya, itu yang ditakutkan Kayla saat ini.Plak!Tiara kembali menampar pipi Jonathan seraya menatapnya dengan nanar. “