Beberapa tahun yang lalu ....Seorang perempuan dengan senyuman mengembang dan penuh semangat masuk kesebuah butik, tempat dirinya akan bertemu dengan tunangannya untuk fiting baju pengantin, namun baru saja beberapa langkah masuk ke butik tersebut, ia melihat pakaian pengantin yang sebelumnya sudah ia booking dipakai oleh perempuan lain dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata pengantin prianya Arga, calon suaminya.Senyumannya langsung menghilang digantikan oleh embun yang meluap keluar membanjiri pipinya, perempuan mana yang tidak sakit melihat lelaki yang ia cintai mencoba baju pengantin bersama perempuan lain? Rasanya tidak ada seorangpun perempuan yang sanggup menerima itu semua."Riska!"Perempuan itu pergi menjauh dari butik tersebut, hatinya terlanjur sakit, ia tidak memperdulikan panggilan dari lelaki yang baru saja menorehkan luka dihatinya."Riska, tolong dengar dulu penjelasan aku," ujar Arga ketika berhasil mencekal tangan perempuan tersebut."Engga ada yang perlu dijela
Hari ini Alex, Arga dan Aisyah akan menyelesaikan permasalahan tentang manekin yang sudah menggegerkan seantero kantor."Masuk," ujar Alex setelah mendengar ketukan pintu."Apa benar Pak Alex memanggil saya?" tanya Davit ketika berada dihadapan Alex."Silahkan duduk dulu, ada beberapa hal yang ingin kita tanyakan kepada kamu," ujar Alex berusaha bersikap tenang.Davit duduk, dahinya mengernyit melihat tatapan tajam dari para atasannya, ia mulai gelisah, takut kejahatannya kembali terbongkar."Sekarang jawab jujur, apa kamu yang sudah iseng menggantung manekin diruangan tersebut?" tanya Alex dengan tatapan serius."Sa-saya tidak pernah melakukan itu Pak," elak Davit gelagapan."Kita sudah membuktikan semuanya, kita tahu kamu pelakunya, disini kita ingin mengetahui apa motif kamu melakukan itu semua?" tanya Arga."Pak tolong percayalah, bukan saya pelakunya, lagian ngapain juga saya segabut itu untuk membuat hal tersebut, Syah tolong Mas, kamu percayakan bukan Mas pelakunya," ujar Davit
"Apa benar Bu Aisyah memanggil saya?" tanya Riska ketika masuk ke ruangan Aisyah dengan tatapan menunduk, walaupun ia sedikit akrab dengan lelaki itu, namun ia akan bersikap profesional, jika sedang bekerja ia dan Aisyah hanyalah sebatas atasan dan bawahan."Iya, silahkan duduk, kita ingin menyampaikan beberapa hal kepada kamu," jawab Aisyah.Mereka sekarang sedang berada di ruangan Aisyah, sesuai dengan kesepakatan yang sudah mereka sepakati, mereka akan menjadikan Riska sebagai calon Manager diperusahaan ini untuk menggantikan posisi Davit.Riska menatap lelaki dihadapannya sesaat, entahlah hatinya tidak bisa melupakan kejadian beberapa tahun silam, kejadian yang sangat merubah kehidupannya, sang Ayah yang tiada dan jiwa ibunya yang masih terguncang."Kita sudah memutuskan menaikkan jabatan kamu menjadi Manager," putus Alex membuat Riska benar-benar tidak menyangka."Seriusan Pak? Tapi saya hanyalah seorang office girl, mana bisa jabatan saya langsung naik menjadi Manager, saya belu
"Ada apa ini?" tanya Aisyah kepada Arga dan Riska yang sedang bertengkar.Kedua insan tersebut terlonjak kaget melihat atasannya menghampiri mereka, mereka tidak sadar jika teriakannya terdengar sampai keluar ruangan."Apa ada masalah?" tanya Alex menghampiri mereka, awalnya lelaki itu berpikir bahwa Aisyah lah yang berteriak, namun dugaannya salah."Ga ada Pak, Bu, hanya saja tadi Riska takut kecoa makanya ia refleks teriak," jawab Arga beralasan. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya kepada mereka."Bukannya kamu juga takut ya sama kecoa?" tanya Alex mengangkat alisnya."I-iya sih tapi demi Riska, aku bisa lawan ketakutan aku," jawab Arga gugup."Ya sudah, bagimana Pak apa sudah dijelaskan dengan Riska apa saja yang harus ia kerjakan?" tanya Aisyah menengahi, ia sedang tidak ingin mendengar keributan atau hal apapun itu."Sudah Bu," jawab Arga."Selamat atas jabatan barunya Kak, semoga semua urusannya dimudahkan dan perusahaan kita semakin berkembang lagi," ujar Aisyah kepad
"Ya Allah kamu kenapa Sayang?" tanya Mama menghampiri Aisyah yang sedang memegang perutnya erat."Perut aku sakit banget Ma," rintih Aisyah dengan sisa tenaga yang ada.Alex menggendong Aisyah menuju tempat tidur, ia snagat tidak tega melihat raut kesakitan dan wajah pucat Aisyah.Alex bergidik ngeri, apakah semua perempuan merasakan sakit yang sama jika datang bulan? Jika iya, pasti sangat menyakitkan. Ini masih sakit datang bulan, apalagi jika melahirkan, ia tidak bisa membayangkannya."Alex sama Papa keluar saja dulu, biar Mama yang urus Aisyah," ujar Mama, tidak mungkin ia memberikan minyak angin ke perut Aisyah dihadapan kedua lelaki yang bukan mahramnya.Mereka mengangguk lalu memutuskan untuk menunggu diluar. "Kalau ada sesuatu panggil aja kita Ma, kita tunggu diluar.""Sakit Ma," rintih Aisyah yang terdengar sangat memilukan.Mama menarik pakaian Aisyah keatas lalu mengoleskan minyak angin ke perut perempuan itu berharap rasa sakitnya berkurang."Apa tiap bulan kamu selalu sep
Lima Bulan Kemudian ....Setelah lika liku kehidupan yang dialami oleh Aisyah serta ujian dan cobaan yang menerpa hubungan percintaannya, akhirnya Aisyah memutuskan untuk menerima pinangan Alex.Hari ini adalah hari yang paling sakral bagi dirinya karena ia akan dipersunting oleh lelaki yang insyaallah lebih baik dan sholeh daripada mantan suaminya."Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Marisa binti Abdul Rahman dengan emas seberat 24 karat dan seperangkat alat solat dibayar tunai!""Bagaimana para saksi?""SAH!"Suasana menjadi penuh haru, para tamu undangan serta keluarga besar menitikkan air mata haru mendengar suara Alex yang sangat lantang mengucapkan janji suci pernikahan.Aisyah yang masih berada dikamar dengan ditemani oleh Riska dan MUA tersenyum haru, baginya ini memang bukan pernikahan yang pertama, namun kali ini rasanya penuh haru dan terasa sangat bahagia, ia berharap ini adalah pernikahan yang terakhir."Selamat Sayang, semoga sakinah mawaddah warahmah ya." Riska memel
"Pagi Sayang, tidurnya nyenyak?" sapa Mama ketika Aisyah menghampiri Mama yang sedang memasak di dapur."Pagi juga Ma, nyenyak banget Ma bahkan Aisyah kesiangan bangunnya," ujar Aisyah tidak enak hati, baru hari pertama jadi menantu dirumah ini dirinya udah bangun kesiangan, ia takut mertuanya malah berpikir bahwa Aisyah istri yang pemalas."Iya gapapa kok Sayang, namanya juga pengantin baru pasti selalu pengen manja-manjaan, ga usah malu, dulu Mama juga gitu kok sama Papa," ujar Bu Laura.Aisyah tersenyum canggung, ia membantu sang mertua memasak untuk sarapan pagi, walaupun ada Bi Narsih, namun untuk urusan masak memasak tetap mertuanya yang melakukannya.Setelah selesai memasak, Aisyah menyajikan sarapan di meja makan."Udah biar Mama aja yang lanjutin, kamu panggil suamimu biar kita sarapan bareng, Mama yakin dia pasti masih tidur," ujar Mama mengambil alih pekerjaan Aisyah.Perempuan itu mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai atas.Benar saja, lelaki itu ma
Davit mondar mandir didepan ruang operasi, hatinya sangat tidak tenang, takut terjadi sesuatu dengan istri dan juga anaknya, walaupun ia tidak pernah mengharapkan anak tersebut tetapi tetap saja anak yang dikandung Elsa adalah darah dagingnya."Bagaimana keadaannya? Udah lahiran?" tanya Mama menghampiri anak kesayangannya.Davit menggeleng lemah. "Belum Ma, Dokter masih berusaha memberikan yang terbaik tadi Elsa sempat pendarahan karena selalu memaksakan agar bisa lahiran normal lagian kan Mama tahu tabungan Davit sudah menipis dan belum tentu bisa cukup untuk biaya persalinan.""Makanya Vit kalau mau berbuat sesuatu itu dipikirkan dulu, harus hati-hati agar tidak ketahuan," ujar Papa mertuanya membuat Davit melotot."Kalian pun sebagai orang tua Elsa juga harus membantu ekonomi anak kalian, udah tahu sekarang suaminya sedang kesusahan kalian malah ingin numpang dirumah, udah gitu ga mau bantu ekonomi keluarga lagi," sindir Pak Bayu, ia tidak akan tinggal diam melihat anaknya direndah