Selamat membaca❤️ °° “Akhirnya sampai juga.”Ya, tak terasa waktu selama hampir 30 menit sudah berlalu, yang mana saat itu mereka — Arka dan Damara sudah tiba di tempat tujuan. Selama berada dalam perjalanan, tak ada banyak percakapan yang terjadi antara keduanya — karena Arka memilih untuk memfokuskan diri pada jalanan sembari mendengarkan lagu dengan menggunakan earphone.“Rahayu tengahi, Bu, Pak. Om swastiastu. Selamat datang di Seminyak Kitchen. Ingin pesan meja untuk berapa orang, Bu, Pak?”Dengan begitu ramahnya pelayan restoran itu menyambut kedatangan Arka dan Damara dengan bahasa asal dimana mereka berada — Bali ; rahayu tengahi yang berarti selamat siang, dan om swastiastu merupakan sapaan salam seperti assalamualaikum di dalam agama islam.“Kami ingin pesan meja untuk dua orang, ya. Tolong pilihkan table yang—”“Tidak usah, Mas. Kemarin aku sudah melakukan reservasi di restoran ini melalui web, jadi coba tolong dicek ya, Mba. Atas nama Damara Zoya.” “Baik, Bu. Ditunggu se
Selamat membaca❤️ °° “Bu, mohon maaf ya karena Dahayu baru sempat datang ke sini lagi. Hidup Dahayu kini sudah berubah, Bu. Akhir-akhir ini rumah tangga Dahayu dan Mas Arka sedang tidak baik-baik saja. Dahayu sedih, Bu. Menjadi seorang istri itu memang tak mudah ya? Dahayu kira tidak akan sesakit ini.” Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah Dahayu. Wanita itu kini sedang berada di makam Sang Ibu untuk menengok, seperti apa yang sudah ia katakan dan janjikan tadi malam.“Ibu, ternyata jadi kuat itu sulit sekali ya? Ibu pernah berkata dan berpesan padaku kalau aku harus menjadi wanita yang kuat dan juga tegar. Dahayu ingat betul dengan nasihat Ibu. Tetapi, Dahayu belum mampu untuk menjadi seperti itu, Bu.” Bulir demi bulir air mata pun akhirnya jatuh membasahi pipi. Rasa takut, resah, gelisah, bahkan rindu akan sosok Sang Ibu benar-benar sudah bercampur menjadi satu dalam dirinya.Karena nyatanya, tak ada hal lain yang bisa dilakukan selain menangis.“Ah, seharusnya aku tidak boleh
Selamat membaca❤️ °° “Ibu, Dahayu izin pulang ya? Maaf tidak bisa lama karena Bu Liana masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan Dahayu harus menemaninya di sana sampai Mas Arka dan Damara pulang.”Dengan sangat telaten Dahayu menaburkan bunga-bunga yang sudah ia beli tadi di atas makam Sang Ibu tercinta, tak lupa pula menyiramnya dengan sebotol air mawar.Dan kini, rumah baru Sang Ibu sudah kembali wangi.“Nanti Dahayu main ke sini lagi ya, Bu. Assalamualaikum, Ibu sayang.”Diakhiri dengan mengecup nisan Sang Ibu, tanpa mau untuk banyak mengulur waktunya lagi Dahayu pun langsung pergi dari tempat itu menuju ke rumah sakit.Hingga kini, waktu sudah hampir menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Setelah berhasil untuk menempuh perjalanan dan juga membelah kemacetan, Dahayu pun akhirnya tiba di tempat tujuannya, yang mana ia sendiri juga langsung berlari untuk menuju ke ruang UGD — sesuai arahan yang diberikan Mbok Su.“Mba Dahayu! Di sini, Mba.” Samar terdengar ada suara yang memanggil nama
Selamat membaca❤️ °° “Jangan berbohong, Damara! Aku tahu kalau ini adalah ulah kamu. Benar, kan? Kemarin kamu sengaja menyembunyikan ponselku agar aku tidak bisa menghubungi Dahayu. Gila ya? Benar-benar licik. Keterlaluan!” “Tolong jaga ucapanmu, Mas! Kamu yang keterlaluan. Aneh! Atas dasar apa kamu menuduhku begitu? Yang bahkan aku sendiri saja tidak tahu apa-apa.” Memang sangat aneh. Pasalnya, tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba saja Damara memberikan ponsel Arka yang dinyatakan menghilang sejak beberapa hari lalu, pun hal itu sendiri tentunya berhasil menimbulkan fikiran negatif dari dalam diri Arka ; berfikir jika itu semua merupakan ulah Damara — wanita itu sengaja ingin memutus kontak antara dirinya dan Dahayu.“Hebat ya? Sudah berani berbohong ternyata? Berlagak sok polos dan tidak tahu apa-apa. Aku ini tidak sebodoh itu, Ra! Bahkan sudah terlihat dengan jelas kalau kejanggalan yang kamu buat itu nyata!” Arka menyambung ucapannya“Hey, jangan asal menuduh seenakn
Selamat membaca❤️ °° “Bukankah sudah saya katakan berkali-kali ya? Saya itu bisa melakukannya sendiri, dan saya tak membutuhkan bantuan kamu. Apa itu kurang jelas?” Kalian bisa lihat sendiri, kan?Ya, Liana tidak berubah, dia masih sama seperti dulu. Dirinya masih membenci Dahayu, entah sampai kapan akan terjadi. Seperti saat itu, jarum jam sudah menunjukkan tepat pukul 2 siang, ada Dahayu dan Liana yang sudah siap untuk pulang ke rumah karena Liana sudah dinyatakan pulih oleh Dokter.“Aduh, jangan dekat-dekat begini. Paham tidak sih? Saya itu sudah terlalu muak dengan aroma tubuh kamu, tidak enak!” Liana kembali menghina Dahayu, “Aroma tubuhmu itu tidak enak, Dahayu. Kamu tidak sadar, kah? Bau, saya tidak suka.” Rasa-rasanya, Dahayu sudah mulai terbiasa dengan hal itu, yang mana ia hanya bisa terdiam dan menundukan kepala, tak lupa pula menjauhkan dirinya dari Liana — menciptakan jarak aman antara keduanya.“Ternyata, aku salah lagi. Ya Allah, padahal aku hanya ingin bantu Mama k
Selamat membaca❤️ °° “Apa kamu tidak sadar kalau orang yang paling salah saat ini adalah kamu? Hm? Kenapa kamu tega membohongiku? Kamu selalu bilang kalau keadaan kamu dan juga Mama di Jakarta baik-baik saja, tetapi kenapa nyatanya seperti ini?”“Tunggu, apa maksudnya? Kenapa Mas Arka berkata kalau aku sudah tega membohonginya? Bahkan dia bilang kalau aku dan Mama baik-baik saja? Kapan aku mengatakan hal itu padanya? Dia sendiri saja tidak pernah membalas pesan dan mengangkat panggilan telepon dariku.”Fikiran Dahayu saat itu sudah melayang jauh entah kemana — memikirkan, kenapa tiba-tiba Arka berubah? Apa lelaki itu benar-benar menikmati sesi bulan madu itu? Atau mungkin, apa dia sudah kembali menaruh perasaannya pada wanita itu? Atau jangan-jangan... Apa Arka dan juga Damara sudah melakukan hal yang sepantasnya dilakukan oleh suami dan istri?“Kenapa hanya diam, Dahayu? Apa kamu merasa bersalah karena sudah membohongi aku? Iya?” tanya Arka lagi“Maksud kamu apa, Mas? Aku tidak meng
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal