Selamat membaca❤️°°“Maaf ya jika kehadiran saya sudah mengganggu kamu. Ini, kebetulan saya ada sapu tangan yang bisa kamu gunakan untuk menghapus air mata kamu.”Suara yang terdengar sangat tak asing bagi Dahayu itu pun berhasil untuk menyapa rungunya dengan baik, yang mana hal itu sendiri juga membuat yang mendengarnya langsung mengambil selembar tisu dari dalam tas untuk menghapus air mata yang sudah mulai membasahi pipi.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa i
Selamat membaca❤️°°“Kira-kira Pak Yugi masih ingat dengan kamu tidak ya, Mas? Eh, maksudku dengan semua tingkah ajaib kamu itu.”“Sudahlah, Yu. Tolong jangan bahas masa lalu yang sangat suram itu lagi, aku malu. Ya walau nyatanya hal itu memiliki tempat tersendiri di dalam hidupku.“Dan tanpa mau untuk meminta izin terlebih dahulu pada si pemilik tempat, dengan begitu santainya Rakyan langsung mendudukan dirinya di kursi kosong yang berada di depan Dahayu, dan hal itu pun sama sekali tak menimbulkan aksi protes dari yang bersangkutan, yang mana ternyata justru berhasil untuk mengundang senyum yang begitu manis — senyum yang sesungguhnya sangat amat dirindukan oleh Rakyan sejak bertahun-tahun yang lalu.“Wah, hebat juga ya Pak Yugi? Ternyata beliau memiliki satu tempat yang spesial di dalam hidup Mas Rakyan. Luar biasa sekali ya dosen itu,” ledek Dahayu disertai dengan tawanya, “Omong-omong, Mas Rakyan sendirian saja? Atau mungkin sedang bersama dengan rekan kerja? Atau pacar ya? Hm.
Selamat membaca❤️°°“Mulai hari ini aku memang memanggil Tante Liana dengan sebutan Mama, dia sendiri yang memintanya karena sudah menganggapku sebagai menantunya.”Nyatanya, Damara tetaplah Damara.Wanita yang tak mau terlihat dan merasa kalah di hadapan Dahayu itu pun terus berusaha untuk menonjolkan dirinya — menceritakan seberapa dekat ia dengan Liana.“Oh, jadi seperti ini wujud asli dari seorang wanita bernama Dahayu Ishvara?” tanya Damara sembari menatap Dahayu dari ujung kaki hingga ujung kepala, “Memang tidak terlihat lebih buruk dari yang sudah aku lihat di foto, tetapi ya tetap saja. Tetap terlihat seperti orang kampungan yang sedang merantau!”Lagi-lagi Damara kembali tertawa, ia benar-benar merasa puas karena sudah berhasil untuk merendahkan Dahayu — wanita yang merupakan istri dari mantan kekasihnya, lelaki yang masih menetap di dalam hatinya.Lantas, bagaimana dengan Dahayu?Dahayu sendiri yang mendapati perlakuan tak mengenakan seperti itu pun lebih memilih untuk diam
Selamat membaca❤️°°“Selamat siang, Pak. Saya hanya ingin mengingatkan Bapak kembali perihal jadwal meeting Bapak siang ini dengan Pak Ryanto Wijaya. Meeting akan dimulai dalam waktu 30 menit lagi ya, Pak. Jadi, apakah ada hal lain yang sekiranya Bapak butuhkan selain berkas yang sudah Bapak pinta kemarin?”Sialnya, Arka baru ingat itu — janji temunya dengan seorang leader dari salah satu divisi yang ada di perusahaannya.Ya, saat Arka baru saja ingin membuka pintu ruang kerjanya untuk pergi mendatangi apartemen Damara, tiba-tiba saja ia sudah lebih dulu kedatangan seorang karyawan wanita — sekretarisnya, yang mana karyawan itu sendiri ingin kembali mengingatkan Arka perihal jadwal pertemuannya — sesuatu hal yang tidak mungkin ia lewatkan begitu saja, terlebih lagi pertemuan kali itu sangatlah penting.Jadi, apa yang harus Arka lakukan?“Ah, iya. Saya baru ingat, pukul 2 siang ini ya?” Arka bertanya sembari mengangkat tangan kirinya dengan maksud untuk melihat ke arah jam yang melingk
Selamat membaca❤️°°“Aku tidak sebodoh itu untuk menghancurkan apartemenku sendiri sampai seperti ini! Yang bahkan, mana mungkin aku berani untuk menyakiti diriku sendiri? Sama sekali tidak ada gunanya, Mas!”Lagi dan lagi, Damara kembali mengatakan kebohongan itu dengan sangat lancar — bahkan hanya dengan satu tarikan nafas dan emosi yang sangat menggebu-gebu, yang mana hal itu sendiri pun berhasil membuat Arka terdiam membisu, tak berani untuk berkutik. Karena fikirnya ;“Apa yang sudah Damara katakan memang sangat masuk di akal. Hanya orang bodoh yang melakukan hal seperti itu, menghancurkan fasilitasnya dan menyakiti dirinya sendiri.”“Asal kamu tahu ya, Mas! Saat ini, bukan hanya fisik aku saja yang terasa sakit akibat tamparan dan pukulan yang sudah istri kamu berikan, tetapi hati aku juga! Bayangkan saja, tadi dia sudah menghabisiku dengan kata-katanya yang begitu menyakiti hati. Kamu tahu apa? Dia bilang kalau aku adalah wanita murahan yang sudah merebut suami orang lain!”Da
Sekamat membaca❤️°°“Bagaimana, Arka? Sekarang sudah jelas, kan? Kamu sudah bisa menyimpulkan sendiri siapa yang sebenarnya sudah tega untuk membohongi kamu.”Seketika saja degupan di jantung Dahayu langsung berpacu dengan begitu cepat, suhu di tubuhnya pun langsung tinggi sehingga membuat wajah dan telinganya memanas. Takut, hanya itu yang bisa ia rasakan. Ingin mengelak? Bagaimana mungkin? Bahkan untuk membela dirinya sendiri saja sudah tidak bisa ia lakukan — jelas, karena foto itu memperlihatkan dirinya dan Rakyan, tadi, saat keduanya sedang mengobrol.“Dahayu, tolong jelaskan padaku apa maksud dari foto ini!” Arka meminta dengan bentakannya sembari menyodorkan ponsel itu — tepat di depan wajah Dahayu“Mas, foto itu tidak memiliki maksud apa-apa. Aku dan Mas Rakyan sama sekali tidak—”“Rakyan? Oh, jadi nama lelaki itu Rakyan?” potong Arka, lalu setelahnya ia kembali menarik tangan Dahayu, “Jadi begini kelakuan kamu di belakang aku? Tega sekali, tidak memiliki hati! Bisa-bisanya ka
Selamat membaca❤️°°“Kamu ingat dengan ucapanku tadi, kan? Kamu harus minta maaf dengan sungguh-sungguh, tidak perlu mengelak. Akui saja kesalahan yang sudah kamu perbuat, paham?”“Mas, harus berapa kali aku katakan? Aku benar-benar tidak melakukan hal itu. Aku tidak segila dan sebodoh itu untuk—”“Mas Arka? Dahayu? Kalian sudah datang?”Arka dan Dahayu — sekiranya itu percakapan yang terjadi di antara keduanya, sebelum pada akhirnya pintu yang ada di depan mereka terbuka — menampilkan wanita cantik yang tentunya sangat tidak asing, membuat Dahayu yang sadar akan hal itu langsung terdiam dan menundukkan kepala — merasa segan untuk menatap, walau nyatanya kekacauan yang ada saat itu bukan terjadi karenanya.“Oh, iya. Siang, Damara. Maaf kalau aku mengganggu waktu kamu,” ucap Arka dengan tegas, lalu ia meraih tangan Sang istri dan menariknya agar mendekat, “Aku sudah membawa Dahayu ke hadapan kamu untuk meminta maaf seperti apa yang sudah kamu pinta sebelumnya. Jadi aku mohon untuk ter
Selamat membaca❤️°°“Yang sebenarnya berubah itu kamu, bukan aku! Sekarang aku tanya, ada dimana sosok Arkatama yang begitu halus dan lembut saat sedang memperlakukan istrinya? Dimana lelaki bernama Arkatama yang selalu bertutur kata dengan sopan saat sedang berbicara dengan istrinya? Dimana—”“Cukup, Dahayu! Hentikan!”Suasana saat itu benar-benar semakin memanas, baik Arka maupun Dahayu — keduanya tak ada yang mau mengalah, yang bahkan tangis Dahayu juga semakin menjadi-jadi.“Astagfirullah, kenapa jadi seperti ini? Sudah-sudah, cukup! Tidak perlu diperpanjang.” Damara berusaha untuk melerai, “Sudah, ya? Aku sudah tak mempermasalahkan hal itu lagi. Aku sudah memaafkan kesalahan Dahayu.”“Kesalahan apa maksudmu, Damara? Apa kesalahan yang sudah aku perbuat padamu? Tega sekali kamu memfitnah aku sampai seperti itu. Dasar wanita gila!” ungkap Dahayu“Siapa yang sebenarnya gila, Dahayu? Kamu itu seharusnya mencontoh Damara, lihat dia!” sambung Arka, “Walau kamu sudah menyakitinya, tetap