Hah?
"Tentu saja! Jadi Hizkiel tidak akan kesepian lagi karena nanti akan ada mama baru dan juga calon adik di perut mama yang akan menemani Hizkiel!" Belum sempat Livy menjawab, Mila yang baru saja tiba di ruangan itu sudah menimpali ucapan bocah bernama Hizkiel."Oh, iya. Kemarin kita belum sempat berkenalan, ya. Habisnya, Kakak ipar sudah pergi saat kita kembali ke Apartemen!"Mila mengulurkan tangannya ke arah Livy, "Kenalkan, aku Mila, adiknya Bang Marcho!"Livy memaksakan senyumnya dan membalas uluran tangan Mila. “Ha–halo? Aku Livy.”"Tak usah tegang begitu, kakak ipar. Asal kau tahu saja, kau adalah penyelamatku!” ucap adik atasannya itu dengan mata berbinar."Setelah kalian menikah, aku bisa segera kembali ke London dan meneruskan kuliahku di sana tanpa khawatir dengan keadaan abang dan juga keponakanku di sini!"Livy hanya bisa menghela napas panjang, mendengar ucapan Mila.Kini dia tau kenapa Marcho sampai mengajaknya menikah.Ternyata, masalah ini benar-benar sudah melebar ke mana-mana dan menjadi semakin rumit."Apa kita bisa berbicara berdua saja, Mila?" tanya Livy pada akhirnya, "Ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu!" Dia harus memberitahu Mila jika kemarin ia salah masuk Apartemen dan menyudahi kesalahpahaman itu secepatnya.Mila tampak mengangguk meski bingung.Hanya saja, Marcho mendadak muncul dan berkata tegas, "Tidak bisa! Mila harus segera pulang ke Apartemen bersama dengan Hizkiel untuk mempersiapkan sambutan kedatangan Mommy."Pria itu seketika menatap adik dan putranya. "Jadi, kalian berdua pulanglah dulu! Aku akan menjemput Mommy ke Bandara dengan Livy nanti!" titahnya.Kedua orang itu pun langsung menurut dan meninggalkan ruangan tersebut– menyisakan Marcho yang langsung berjalan mendekati Livy."Jangan pernah mengakui tentang kesalahan yang kau perbuat kemarin dengan siapa pun itu, termasuk Mila, Hizkiel, bahkan juga pada Mommyku!” “Jika kau berani mengatakannya pada mereka, maka aku tidak segan-segan untuk mengirimmu ke penjara dan menuntutmu seumur hidup!" ancamnya seketika yang membuat Livy bergidik ngeri.Kriminal kah pria ini?Tidak bisa dibiarkan!"Tapi Tuan, saya mohon maafkanlah kesalahan saya kali ini! Saya berjanji tidak akan menampakkan diri di hadapan Tuan maupun keluarga Tuan!" pinta Livy pura-pura memelas.
Sayangnya, permintaannya itu sama sekali tidak diindahkan oleh Marcho."Keputusanku kali ini sudah tidak bisa diganggu gugat, Livy! Aku akan membawamu ke salon sebelum kau bertemu dengan Mommy. Dan setelah itu kita berdua akan menjemput mommy di bandara."“Jadi, kuharap kau dapat bekerja sama dengan baik!”BoomLivy merasa dunianya runtuh seketika.Rasanya, dia ingin meminta bantuan Cintya. Tapi, entah di mana ponselnya sekarang.“Astaga! Bagaimana tanda tangan kontrakku?” lirihnya panik.Benar saja, sahabat Livy itu kini tampak mondar-mandir di depan kantor HRD Hotel menunggu kedatangannya untuk tanda tangan kontrak.. Dia cemas karena Livy tidak kunjung menjawab panggilannya."Cintya, kita sudah menunggu hampir satu jam. Di mana temanmu itu?" tegur HRD Hotel."Tunggu 5 menit lagi, ya, Pak. Saya pastikan sahabat saya akan datang!" pinta Cintya sambil terus mendial nomor ponsel Livy."Oke, 5 menit lagi dan jika dia tidak datang, maka terpaksa saya harus memberi kesempatan yang lainnya untuk bergabung.""Baik, Pak!" jawab Cintya menahan panik.Sayangnya, lima menit berlalu dan Livy tak kunjung datang.Tak menunggu lagi, HRD Hotel membatalkan perjanjian kerja dengan Livy dan memanggil kandidat lain.****
Senyum Livy merekah, bola matanya berbinar memperlihatkan rasa kagum saat melihat seisi tempat itu.Namun reaksi Livy yang sedikit berlebihan justru membuat Marcho melirik sinis kearahnya, "Kampungan!" sarkasnya pelan, namun tetap bisa di dengar oleh Livy."Cih! Aku bukannya belum pernah datang ke tempat seperti ini. Hanya saja, sudah cukup lama!" gumam Livy pelan.Marcho menautkan alisnya, "Kau bilang apa stadi?""Hah? A-apa? Memangnya aku bilang apa? Mungkin kau salah dengar," ujarnya berpura-pura bodoh.Melihat kedatangan Marcho yang merupakan tamu VVIP di sana, pemilik salon pun menyapa Marcho secara langsung."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya.Marcho mengangguk, "Urus dia."Stylist itu pun mengangguk patuh dan mempersilahkan Livy untuk mengikutinya.****"Tuan, sudah selesai!" tukas sang Stylist sembari menggandeng Livy dalam balutan dress maxi yang elegan. Rambut panjang yang terurai indah dan polesan makeup natural juga membuatnya tampak semakin mempesona.Marcho terdiam dan memandang Livy cukup lama sampai akhirnya ucapan pedas terlontar dari mulutnya, "Tidak buruk!” “Hah? Tapi menurut saya Nona Livy sangat can–”Marcho langsung menatap sinis asistennya. "Fredy, bayar semua tagihannya dan kita berangkat ke Bandara sekarang juga!" titahnya cepat.Tanpa basa-basi, asistennya itu mengangguk dan melaksanakan perintah Marcho.
Lagi-lagi, Livy berakhir berdua dengan pria itu."Kayaknya bukan cuma otaknya aja yang rusak, tapi matanya juga!" gumam Livy pelan.
Marcho yang tak mendengar jelas ucapan Livy, "Kau bilang apa?"
"Tidak ada. Lupakan saja," ujarnya.
"Pastikan, kau bersikap baik di depan mommyku! Jika sedikit saja kau berbuat ulah, maka aku tidak akan segan-segan menjebloskanmu ke penjara!" ancam Marcho mendadak.Livy hanya bisa mengangguk sambil menggerutu dalam hati.Siapa sangka dia berakhir menjadi tawanan duda dingin anak satu macam novel-novel yang sering dibaca Cintya?!Pipi Livy menggembung tanpa sadar–kebiasaanya kalau sedang kesal.Dia bahkan tak menyadari bahwa Marcho menahan senyum dan berusaha menyembunyikan telinganya yang sedang merah!‘Apa aku kabur saja, ya?’Di dalam mobil, Livy terus saja berpikir bagaimana caranya agar bisa melepaskan diri dari Marcho. Dia bahkan sampai tidak sadar jika sedari tadi Marcho diam-diam memperhatikannya."Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku, Livy!" gertak Marcho seolah ia sangat tahu apa yang sedang Livy pikirkan saat ini.Lamunan wanita itu sontak sirna."I–itu sangat tidak mungkin Tuan Marcho! Bukankah bodyguard Anda sangat banyak? Jadi mana mungkin saya bisa melarikan diri!" balas Livy, cepat.Marcho hanya tersenyum miring. "Baiklah. Untuk sekarang, kuharap kau menyiapkan jawabanmu dengan benar. Mommy pasti akan banyak bertanya tentangmu!” “Jangan lupa untuk menjawab setiap pertanyaannya dengan 'jujur’!" tambah Marcho lagi masih fokus ke arah jalanan kota."Siap Tuan!""Tuan? Siapkan panggilan khusus untukku!" titahnya mendadak membuat Livy menghela nafasnya panjang."Iya, Tuan. Ini sedang saya pikirkan bagaimana saya harus memanggil Tuan, nanti!""Dasar lemot! P
Livy kini sudah duduk terpaku di hadapan Marcho, menantikan hukuman apa yang akan ia dapatkan kali ini. Tatapan dingin Marcho yang seperti mampu membekukan siapa pun yang dilihatnya, membuat Livy terus menundukkan kepalanya. Entah kenapa kali ini keberanian Livy sirna begitu saja, saat ia kembali berhadapan dengan bosnya sendiri. "Ke mana perginya keberanianmu tadi, Livy?!" tanya Marcho menghardik wanita yang sudah mempermainkannya hari ini. Livy hanya diam tidak menjawab pertanyaan Marcho kali ini. Jika dibilang takut, tentu saja ia sangat takut. Terlebih tatapan Marcho saat ini seperti hendak mengunyahnya habis-habisan tanpa sisa. "Jangan diam saja dan jawab pertanyaanku!" gertak Marcho. "Aku sama sekali tidak suka diacuhkan!" lanjutnya lagi.Mendengar itu, Livy pun mulai mengangkat kepalanya dan memberanikan dirinya menatap Marcho yang saat ini sedang diselimuti dengan amarah. "Keberanian saya masih disimpan untuk memperhitungkan kembali dengan baik bagaimana saya bisa melari
Tanpa menunggu jawaban, Marcho langsung berjalan keluar dan mengunci pintu dari luar.Melihat itu, Livy menahan gemetar di tubuh, terlebih kala pria itu terdengar menelpon asisten pribadinya-Fredy. Apa mereka sedang mempersiapkan proses penangkapannya?Tidak!Livy menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia tak mau mendekam di dalam penjara yang dingin dan menakutkan itu."Aku harus kabur secepatnya sebelum Marcho sadar!" batin gadis itu dalam hati.Sementara itu, Marcho kini tengah berada di ruang kerjanya di apartemen itu. Dia tersenyum penuh kemenangan, saat melihat dokumen yang baru saja di kirimkan oleh asistennya. Sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menaklukkan Livy! Livy adalah anak dari seorang bos pertambangan. Setelah Ayahnya meninggal dunia, Ibunya menikah lagi. Tapi tanpa sepengetahuan sang Ibu, Ayah tirinya seringkali bertindak tak senonoh padanya hingga membuat Livy memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Dia melihat jam tangannya kemudian beranjak untuk menemui Livy di
Selama ini, Livy sudah menutup identitas dirinya rapat-rapat. la tidak mau mamanya tahu keberadaannya dan menjemputnya secara paksa untuk kembali ke Mansion Utama yang sangat ketat dengan peraturan.Bukan hanya itu sebenarnya, yang sangat Livy takutkan adalah jika ia harus kembali bertemu dengan papa tirinya yang selalu saja mencari celah untuk menggodanya. Kini Livy mulai bimbang harus memilih yang mana. Jika ia menolak masuk ke kandang harimau yang disediakan oleh Marcho, mau tidak mau ia harus kembali ke kandang buaya dan siap untuk diterkam papa tirinya kapan pun dia mau. "Saya akan menandatangani surat perjanjian itu..." ucap Livy memotong kalimatnya membuat Marcho tersenyum penuh kemenangan. "Tapi, saya tidak mau mengandung anak Anda, Tuan Marcho!" jelas Livy dengan tegas. "Sayangnya kau tidak bisa mengubah surat perjanjian yang sudah aku buat, Livy!" balas Marcho tidak mau kalah. "Apa sebegitunya kah Anda menginginkan saya mengandung anak Anda, Tuan Marcho?" tanya Livy yang
Selepas Livy membersihkan tubuhnya, Cintya pun memintanya untuk langsung menceritakan semua yang terjadi. Di sisi lain, Terra hanya diam, mendengarkan percakapan dua sahabat itu. "Maafkan aku, Livy. Hanya untuk membantuku balas dendam, kau justru harus menderita seperti ini!" tukas Cintya yang tidak tega mendengarkan cerita sahabatnya. "Aku benar-benar lelah!" ucap Livy yang mulai menitikkan air matanya. Cintya pun langsung memeluk sahabatnya dengan sangat erat. "Aku tidak bisa membantumu kali ini, Livy. Maafkan aku!" ucap Cintya sambil menepuk punggung Livy pelan untuk meredakan tangisan Livy. Dan begitulah ceritanya.... Pagi-pagi buta, Livy langsung dibawa paksa oleh bodyguard Marcho menuju ke sebuah salon ternama. Dia hanya bisa pasrah saat MUA mulai memoles wajahnya dan merubahnya bak putri kerajaan dalam sehari. Setelah riasan di wajah Livy selesai, dia pun mengenakan gaun pengantin yang sudah disiapkan oleh Marcho sebelumnya. "Tuan, Nona Livy sudah siap!" ucap salah s
Secepat kilat Livy menghempaskan tangan Marcho dengan kasar dan siap berbalik untuk melarikan diri. Namun sayangnya sosok Livy langsung tertangkap oleh Mama Widya.Melihat putrinya siap untuk melarikan diri saat melihatnya, Mama Widya pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Livy. Jangan ditanya bagaimana kalang kabutnya Livy saat ini. Terlebih saat Mama terlihat datang bersama papa tirinya."Kau benar-benar penipu ulung paling bengis yang pernah aku kenal, Tuan!" umpat Livy gusar."Aku tidak akan melakukan semua ini jika dari awal kau menurut denganku, Livy!""Bahkan aku pastikan hari ini juga kau akan kembali kepada kedua orang tuamu jika kau mencoba melarikan diri lagi!" ancam Marcho membuat Livy terpaku sambil membuang nafasnya kasar.'Kenapa harus seperti ini jadinya?!'Ingin sekali rasanya, Livy berteriak sekeras mungkin saat itu dan meluapkan semua kekesalannya."Livy sayang! Akhirnya Mama bisa menemukanmu, Nak!" ucap Mama Widya dengan mata yang berkaca-kaca.
Setelah acara pernikahan, Livy langsung dibawa ke apartemen Marcho. Namun kali ini apartemennya berbeda dengan yang kemarin. Lebih luas dan mewah serta tersedia berbagai fasilitas yang sangat lengkap.Bukan hanya itu, Marcho juga menempati satu lantai penuh di gedung tersebut membuat Livy sangat takjub dan mulai memperhitungkan berapa kekayaan Marcho sebenarnya."Nah, Livy. Penthouse ini adalah hadiah pernikahan kalian dari Mommy!" ucap Mom Merry membuat Livy semakin terkesiap.'Jadi ternyata bukan dari kekayaan Tuan Marcho, melainkan dari Mom Merry? Berarti Mom Merry lebih kaya dong dari Tuan Marcho?' gumam Livy dalam hati."Thanks mom!" ucap Livy."Tidak perlu berterima kasih, Livy. Aku memang hanya memenuhi janjiku kepada Marcho akan memberikan penthouse jika ia menikah nanti.""Seharusnya aku yang berterima kasih denganmukarena sudah mau menikahi putraku dan menjadi mom untuk Hizkiel."Mom Merry mengusap kepala cucunya yang sedari tadi nempel terus dengan Livy seperti perangko."
Ucapan Livy membuat Marcho langsung tersenyum smirk. "Kenapa?" "Apa kau takut akan tergoda dengan milikku Livy?" tanya Marcho yang mulai membuka pengait ikat pinggangnya. Livy mulai mengatur nafasnya dengan baik untuk menghadapi duda tampan yang sialnya kini sudah resmi menjadi suaminya itu. Meski kini ia memang menjadi tawanan Marcho dengan ancaman yang membuatnya tidak berkutik, bukan berarti ia bisa kalah begitu saja. "Kata siapa takut? Kalau memang itu yang Anda inginkan, maka dengan senang hati akan saya penuhi Tuan Marcho!" balas Livy sambil menarik ikat pinggang Marcho dan membantu untuk melepasnya. Dengan mengumpulkan keberanian yang tersisa, Livy pun memberanikan dirinya untuk membuka celana milik Marcho. Namun Marcho justru cepat cepat menepis tangan Livy yang hampir saja menyentuh senjata miliknya. "Tidak perlu kau lanjutkan! Aku bisa melakukannya sendiri!" ucap Marcho sambil beranjak meninggalkan Livy dan masuk ke dalam kam