Share

Bab 4

‘Apa aku kabur saja, ya?’

Di dalam mobil, Livy terus saja berpikir bagaimana caranya agar bisa melepaskan diri dari Marcho. 

Dia bahkan sampai tidak sadar jika sedari tadi Marcho diam-diam memperhatikannya.

"Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku, Livy!" gertak Marcho seolah ia sangat tahu apa yang sedang Livy pikirkan saat ini.

Lamunan wanita itu sontak sirna.

"I–itu sangat tidak mungkin Tuan Marcho! Bukankah bodyguard Anda sangat banyak? Jadi mana mungkin saya bisa melarikan diri!" balas Livy, cepat.

Marcho hanya tersenyum miring. "Baiklah. Untuk sekarang, kuharap kau menyiapkan jawabanmu dengan benar. Mommy pasti akan banyak bertanya tentangmu!” 

“Jangan lupa untuk menjawab setiap pertanyaannya dengan 'jujur’!" tambah Marcho lagi masih fokus ke arah jalanan kota.

"Siap Tuan!"

"Tuan? Siapkan panggilan khusus untukku!" titahnya mendadak membuat Livy menghela nafasnya panjang.

"Iya, Tuan. Ini sedang saya pikirkan bagaimana saya harus memanggil Tuan, nanti!"

"Dasar lemot! Panggil aku Honey di depan Mommy!"

"Apa? Honey?" tanyanya tak percaya. Ia bahkan menahan tawa! 

"Oh No! Ini benar-benar panggilan terburuk yang pernah keluar dari bibirku," gumam Livy yang langsung mendapat tatapan tajam dari Marcho.

"Apa kamu bilang?!" 

"Eh, tidak ada, Tuan!" balas Livy. "Maafkan saya!" Livy langsung menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Panggil aku, Honey!" titah Marcho dengan gertakan khasnya.

Livy pun langsung menuruti perintah dari Tuannya itu dari pada nanti amukannya semakin berkepanjangan.

"Baiklah. Maafkan aku, Honey!" ucap Livy manja membuat Marcho menelan ludahnya kasar.

la pun langsung kembali menjaga jaraknya dari Livy dan memalingkan wajahnya menatap ke luar jendela mobil.

"Gimana Tuan? Sudah pas bukan?" goda Livy yang hanya dijawab Marcho dengan deheman singkat.

“Iya. Simpan panggilan itu untuk nanti saja,” balas Marcho ambigu. Namun, tak disadari Livy.

Untungnya, keadaan canggung itu tak berlangsung lama.

Mobil yang mereka kendarai sudah memasuki bandara. 

Sopir Marcho pun langsung memberhentikan mobilnya di pintu kedatangan sebelum ia menuju ke tempat parkir. 

Hanya saja, Livy melihat peluang!

la sengaja melepas heels-nya sebelum keluar dari mobil dan bersiap untuk melarikan diri. 

Gerakan Livy yang sangat gesit dalam berlari jelas membuat Marcho yang tergagap dan tidak bisa mengejarnya. Begitu juga dengan sopirnya yang masih harus menuju ke tempat parkiran mobil.

"Sial!" rutuk Marcho yang kali ini bisa kecolongan.

la pun segera menghubungi bodyguardnya untuk merapat ke bandara dan mencari keberadaan Livy. 

Saat ini, Marcho ingin sekali menyusul Livy dan menangkapnya untuk dihukum karena berani melarikan diri.

Tapi sayangnya, ia harus berputar balik untuk masuk ke pintu kedatangan karena sebentar lagi pesawat yang ditumpangi oleh Mommynya akan landing.

“Ck! Aku akan membuat perhitungan dengannya!"

Hanya saja, Marcho berdecak kesal kala mengingat ibunya akan kecewa.

Sedangkan di sisi lain, Livy bernafas lega bisa terlepas dari Marcho. 

la pun menatap ke arah kakinya yang sudah mulai menghitam akibat berlari tidak mengenakan alas kaki.

Diputuskannya untuk mencuci kaki dan setelah itu aku akan memesan taksi online dan berkemas untuk pindah kost. 

Akan tetapi, kala sedang mencuci kakinya dan kembali memakai heelsnya, Livy dikejutkan oleh wanita tua yang tiba-tiba terhuyung di depannya dengan nafas yang tersengal-sengal. 

“Ah.. Tolong!”

Melihat itu, Livy pun langsung menangkap tubuh wanita tadi agar tidak terjatuh dan mendudukkannya di kursi.

Wanita tadi memberikan kode kepada Livy untuk mengambil sesuatu di dalam tasnya.

Untungnya, ia berhasil mendapatkan obat asma hirup yang dimaksudnya. 

Livy pun langsung melepaskan tutup inhaler lalu mengocoknya selama 5 detik dan memberikannya kepada wanita yang sedang tersengal-sengal di depannya.

"Terima kasih banyak, nona," ucap wanita tua itu kala nafasnya mulai teratur.

"Sama-sama, Nyonya!" 

Livy pun memapah wanita ini, setidaknya sampai ia bertemu dengan keluarganya yang kemungkinan sedang menunggu di depan kamar mandi.

Namun betapa terkejutnya Livy saat mendapati Marcho sudah berdiri tegap di depan kamar mandi! 

Seharusnya ia masih bisa melarikan diri dari Marcho. 

Sayangnya ia tidak mungkin melepaskan wanita yang baru saja sesak nafas ini begitu saja….

"Marcho? Tadi asma Mommy kambuh, dan Mommy hampir saja pingsan. Untungnya ada gadis cantik ini yang menolong Mommy." 

Deg!

Senyum seringai Marcho pun langsung tercetak jelas di wajahnya. "Mommy. Gadis cantik di sebelah Mommy adalah Livy, kekasihku yang juga calon menantu Mommy!" 

"Oh My God! Jadi ini yang namanya, Livy?!" pekik Mommy dengan raut wajahnya yang sangat gembira. 

la pun langsung memeluk Livy yang kini masih dalam rengkuhan Marcho. "Halo Livy, aku ibunya Marcho. Panggil saja, mom Merry!" 

Dengan kikuk, Livy pun membalas pelukan Mom Merry yang tampak sangat gembira.

Bahkan, wanita tua itu terus menggenggam tangannya kalau saja Marcho tak mencegahnya. 

"Mom, Livy masih harus ke kantor bersamaku. Sedangkan Mommy akan diantar langsung ke apartemen!" ucap Marcho kepada Mommynya. 

Wanita tua yang masih cantik itu mengerut kesal. Hanya saja, dia akhirnya mengangguk.

"Okey, Son!" balas Mom Merry sambil melambaikan tangannya.

Marcho dan Livy pun langsung membalas lambaiannya–bagaikan sepasang kekasih akur.

Hanya saja, selepas mobil yang ditumpangi Mommynya bergerak menjauh, Marcho langsung menarik Livy untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Aku pikir kau adalah wanita yang hebat bisa melepaskan diri dariku, Livy. Namun ternyata dugaanku salah besar!" sinis Marcho.

"Persiapkan dirimu untuk menerima hukumanku kali ini!" tegas Marcho dan Livy langsung menganggukkan kepalanya dengan pasrah. "Dan persiapkan dirimu untuk pernikahan kita, besok!" lanjutnya lagi membuat mulut Livy langsung menganga lebar.

"Apa?!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rosemarry
njir, lngsung nikah besok wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status