"Apa tuan muda Abercio Danurendra ada di tempat?" tanya Cheryl pada resepsionis yang berada di lobby kantor Danurendra Group.Memang hari ini Cheryl pulang lebih awal dari biasanya, ia melakukan itu karena sengaja ingin menemui Abercio terkait rencana lelaki itu yang akan memutuskan pertunangannya dengan Kiran.Cheryl tahu jika itu bukan menjadi urusannya, bahkan dia juga tak berniat ikut campur dalam hubungan Kiran dan Abercio. Tapi jika alasan putusnya pertunangan mereka karena dirinya maka Cheryl wajib dan harus ikut campur bukan? Ya minimal diskusi dulu dengan Abercio bukan keputusan sepihak seperti ini.Dan lagi Kiran adalah adiknya jadi wajar jika Cheryl meminta penjelasan dari lelaki itu, betul tidak?"Apa nona sudah membuat janji dengan beliau?" tanya resepsionis padanya."Belum, tapi ini urgent. Tidakkah ada sedikit kebijakan atau pengecualian untukku?" Cheryl seperti sedang memohon agar bisa bertemu dengan Abercio."Tapi maaf nona, kalau tidak membuat janji temu terlebih dah
“Hem, aku sudah mendaftarkan pernikahan kita seperti yang sudah aku katakan padamu tempo hari. Jadi jangan harap kamu bisa bebas dariku lagi, karena kini kamu sudah resmi menyandang nama nyonya Danurendra group meskipun aku belum mengumumkannya ke publik.” ucap Abercio tanpa dosa, ia tidak tahu bagaimana respon Cheryl dengan apa yang telah ia lakukan. Wajah Cheryl berubah antara ingin marah dan kesal di saat bersamaan mendengar pengakuan Abercio barusan, ia tidak tahu harus senang, sedih, atau marah. Di satu sisi dia bahagia akhirnya kini status pernikahannya sudah SAH di mata hukum negara, tapi dia juga marah karena dengan begitu seolah Cheryl menyatakan perang secara terbuka dengan Bu Nita, dan sedih karena itu berarti dia menyakiti hati Kiran (adiknya). "Sumpah ya, kali ini aku sangat berharap kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Sumpah ini seperti mimpi buruk yang tidak pernah aku harapkan sama sekali dalam hidupku." ucap Cheryl kesal, ia menarik tangannya dari genggaman Abercio
"Hari ini apa kamu punya waktu luang? Aku ingin mengajakmu dinner sepulang dari kantor." tanya Abercio dengan lawan bicaranya di seberang telepon."...""Oh aku tahu restoran itu, aku akan membooking-nya untuk malam ini. Nanti aku langsung ke sana kita ketemu di sana saja, tapi jangan ajak Cheryl bersamamu." ucap Abercio."...""Tidak apa-apa, ada yang ingin aku tanyakan padamu tentang Cheryl, jadi aku harap kamu mengerti maksudku.""...""Ok, ok, sampai ketemu nanti malam. Bye." pungkas Abercio yang lalu menutup panggilan teleponnya dan meletakkan ponselnya di meja kerjanya."Aku akan bertanya padanya, aku yakin dia tahu sesuatu. Sangat mustahil jika seorang sahabat dekat seperti dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Cheryl." gumam Abercio yakin jika orang yang akan dia temui malam ini pasti tahu akan jawaban yang sedang mengganggu pikirannya dari beberapa hari lalu.Ya benar tadi Abercio menghubungi Felicia untuk ia ajak dinner malam ini dengan bermaksud mencari tahu apa yang akan
“Dia? Mau apa dia malam-malam kesini?” Cheryl mengerutkan keningnya heran melihat siapa yang ada didepan pintu apartemennya.Jantung Cheryl berdebar sangat kencang, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin segera membukakan pintu itu tapi Cheryl masih sangat kesal bahkan marah pada orang yang ada di depan pintu apartemennya.“Sebaiknya aku abaikan saja, nanti dia juga pergi sendiri apalagi ini sudah larut malam.” gumam Cheryl yang akhirnya ia memutuskan untuk kembali duduk di sofa ruang tamu.Belum sempat ia mendudukkan bokongnya di sofa, bel apartemennya kembali berbunyi bahkan kini lebih terdengar seperti orang yang tidak sabaran hingga berkali-kali membunyikan bel, dan tentu saja itu membuat Cheryl merasa risih.“Ish benar-benar ngeselin banget sih.” gerutu Cheryl yang merasa terganggu dengan bunyi bel yang tiada hentinya itu.Mau tidak mau akhirnya Cheryl beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke pintu utama apartemennya. Cheryl memegangi dadanya yang berdebar semakin kencang
“Orang gila,” gerutu Cheryl yang kini wajahnya bersemu merah dengan jantung berdetak kencang. ‘Lama-lama aku bisa kena serangan jantung kalau begini caranya.’ batin Cheryl. Dengan cepat Cheryl menarik diri dari Abercio dan ia segera beranjak dari duduknya, sepertinya akan lebih baik jika ia menjauh dari lelaki itu. Benar-benar berbahaya bagi kesehatan jantungnya yang memang sejak awal sudah tidak dapat bekerja dengan benar kalau bertemu dengan Abercio. “Kenapa?” Abercio bingung melihat Cheryl yang beranjak dari duduknya. “Aku mau bereskan ini dulu, kalau kamu tidak ada urusan lagi silahkan pulang.” ucap Cheryl cepat-cepat mengambil cangkir yang ada di meja ruang tamu untuk ia cuci. “Hey, bahkan kopinya saja belum habis kamu sudah membereskannya?” ucap Abercio yang kini sudah posisi duduk di sofa. “Ini sudah larut malam, pulanglah istirahat.” ucap Cheryl yang berjalan menuju dapur. “Ck, sepertinya hobby baru kamu sekarang selalu mengusirku ya.” Abercio berdecak kesal karena selal
“Kenapa diam saja? Dari tadi aku ngomong di anggurin.” Abercio sedikit berteriak karena sepertinya Cheryl tidak mendengar ucapannya.“Lagi di jalan, Nggak dengar juga kamu ngomong apaan.” jawab Cheryl ketus, posisinya yang sedang menyetir di depan tentu saja tidak bisa mendengar dengan jelas, ditambah angin yang sangat kencang membuat pendengarannya sedikit terganggu.Mereka kini dalam perjalanan menuju ke kantor Danurendra Group terlebih dahulu mengantarkan si Tuan muda nyebelin yang sejak pagi membuat Cheryl selalu kesal.Sebenarnya Cheryl samar-samar masih bisa mendengar apa yang diucapkan Abercio, tapi karena masih kesal ia memilih pura-pura tidak mendengar dan mengabaikannya.Abercio terlihat kesal, ia tahu jika Cheryl sebenarnya bisa mendengar apa yang ia katakan sejak tadi. Karena dulu waktu mereka menggunakan sepeda motor seperti ini juga di desa mereka bisa berkomunikasi dengan sangat lancar, lantas kenapa sekarang Cheryl bilang kalau dia tidak mendengar apa yang di katakanny
“Seorang pengusaha muda terciduk sedang makan malam dengan model papan atas tanah air, pengusaha muda yang belakangan di ketahui berisial AD ini kepergok membooking sebuah restoran mewah hanya demi dinner dengan model tersebut.” sebuah artikel terpampang di berbagai berita yang sedang hot di media sosial, media cetak maupun elektronik.Bahkan ada juga yang secara terang-terangan menyertakan foto walau fotonya tidak begitu jelas. Banyak kalangan yang mempertanyakan siapa pengusaha dan model yang sedang menjadi tranding topik itu? Walau sebagian orang sudah bisa menebak siapa pengusaha tersebut.“Dok, dok, lihat ini.” suster Gita berjalan mendekat kearah Cheryl untuk menunjukkan sesuatu di layar ponselnya.“Apa sus?” tanya Cheryl menoleh sekilas lalu melanjutkan kembali fokus pada komputer yang ada didepannya. Cheryl sibuk menyelesaikan laporan hariannya.“Ini nih dok coba lihat, kok sekilas mirip sama tuan muda ya.” suster Gita memperlihatkan artikel berita yang memang sedang menjadi t
“Tuan muda, apakah anda sudah siap?” tanya Ryan setelah mengetuk pintu terlebih dahulu, ia kini sudah berada di depan pintu kamar hotel yang ditempati Abercio.Tidak ada jawaban dari dalam kamar, bahkan suara pergerakan pun tidak ada, hanya suasana hening. “Apa tuan muda belum bangun?” Ryan sedikit ragu, ia menempelkan telinganya di pintu kamar.Sedangkan didalam kamar hotel itu terlihat Abercio sedikit gelisah sambil menatap layar ponselnya, “Dia tidak mengangkat teleponku, lagi? Damn it.” nada kesal bercampur cemas keluar dari mulut Abercio.Entah kenapa sejak seminggu belakangan ini pikirannya tidak tenang, ditambah lagi orang yang membuatnya gelisah tidak mengangkat panggilan teleponnya.Kembali terdengar ketukan pintu, “Tuan muda, apakah anda sudah bangun?” suara seseorang dari luar membuat Abercio menoleh kearah pintu dengan tatapan tajam seakan bisa menembus daun pintu yang masih tertutup rapat itu.Abercio berdecak kesal lalu dia berjalan mendekati pintu, dengan kasar ia membu