Beberapa hari kemudian Amber mendengar tentang masalah apa yang sedang dihadapi Susan.
Sekarang adalah weekend. Sesuai rencana, Amber mengajak kepala perawat dan beberapa rekan yang lain untuk pergi bersama ke rumah ibunya.
Karena rumah orangtua Amber berada di pedesaan, kepala perawat dan rekan kerja Amber lainnya telah mencari tahu tentang daerah sekitarnya sebelumnya dan menemukan kalau ada waduk di dekatnya. Karena itu, mereka dengan bersemangat memutuskan untuk pergi memancing dan membawa peralatan mereka.
Cuaca hari itu tidak buruk. Setelah melewati hari-hari dingin yang panjang, mereka diberi hadiah hari yang langka dan cerah. Saat rekan-rekannya yang lain pergi mendaki bukit kecil di dekat waduk, kepala perawat berjalan ke arah Amber dan mulai bergosip. "Dokter Susan bercerai."
"Hmm?" Amber tidak bereaksi tepat waktu.
"Dokter Susan yang dari departemen ginekologi. Kamu be
"Jaga pancingku, aku akan membawanya kembali," kata Amber seraya tersenyum dan meletakkan pancing yang telah diberi umpan dengan benar di dekat air."Amber ...," ucap Calvin sambil menariknya ke samping. "Beri saja dia diagnosis sederhana. Jika dia benar-benar membutuhkan perawatan, maka aku akan berbicara dengan Direktur pada hari Senin dan meminta dia mengirimnya ke rumah sakit untuk menerima perawatan rutin.Tapi sekarang ini akhir pekan. Aku membawanya ke sini karena kamu yang meminta kepadaku, aku tidak ingin kamu menghabiskan terlalu banyak waktu bersamanya. Lagipula ...." Calvin menjeda kalimatnya, menatap Amber kemudian dengan lembut berbisik ke telinganya, "Hanya kamu yang ada di mataku."Setelah mengucapkan kata-kata manis itu, dia memeriksa ulang keadaan sekitar apakah tidak ada yang memperhatikan mereka sebelum memberikan kecupan cepat di wajah Amber dan melepaskannya.***&n
Setiap ibu biasanya seperti seorang detektif. Pada siang hari, Amber tidak banyak berinteraksi dengan Calvin, tetapi entah bagaimana ibunya masih menyadari fakta bahwa sepertinya ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Kini, dia secara tidak langsung menyelidiki situasi dengan mengajukan pertanyaan tanpa henti. Jujur saja, Amber sangat terkesan dengan kejenakaannya.Amber tidak bermaksud memberi tahu keluarganya tentang kebenaran sikap ibu Calvin, menurutnya masih terlalu dini. Dia tidak terlalu pesimis tentang masa depan, tapi dia juga tidak optimis.***Keesokan harinya, Calvin tidak jadi mengunjungi Amber lagi seperti yang dia katakan semalam. Dia meneleponnya lebih awal dan mengatakan kalau ada sesuatu yang mendesak dan dia harus segera berangkat untuk perjalanan bisnis. Maka, Amber hanya tinggal di rumah orangtuanya dan menemani orangtuanya hari itu.Di pagi hari, setelah dia bangun jam
"Aku tidak salah dengar, 'kan? Apakah dokter Camille mengejek kita?" Billy menurunkan dan menutupi speaker teleponnya, lalu buru-buru bertanya kepada Ansell.Saat ini, bahkan Ansell tidak bisa menahan tawa. "Kamu tidak salah dengar. Dia memang mengejek kita.""Sial. Aku belum pernah diejek seperti ini sepanjang hidupku." Saat Billy mengatakan ini, dia mengangkat teleponnya lagi dan dengan galak berkata, "Baru saja, kamu mengejekku dan merusak reputasiku. Aku memintamu membayarku untuk—"Billy tidak meneruskan kata-katanya saat dia menyadari kalau Amber sudah menutup telepon.Billy dengan hati-hati bertanya, "Apakah benar dokter Camille melakukan semua ini?"Dengan tidak yakin, Ansell menjawab, "Mungkin. Bagaimanapun juga, dia cukup pintar."Billy mengusap kasar wajahnya, lalu menelepon Amber lagi, untungnya Amber mengangkatnya lagi. Namun, kali ini dia
Begitu tiba di dalam mobil, Ian duduk di bangku belakang. Dia mengeluarkan alat perekam dan memakai earphone, mendengarkan sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh Ansell. Ian tampak tenang, matanya terkulai, tetapi membuat Ansell merasa lebih takut dari sebelumnya.Sebenarnya, Ian sendiri juga merasa dia akan kehilangan kendali. Hatinya terasa seperti tungku api yang menyala-nyala yang akan menjadi terlalu panas dan membakar tubuhnya hingga garing.Di alat perekam, suara Amber sangat menenangkan. Kisah-kisah yang diceritakannya konyol dan bodoh, tetapi Ian masih mendengarkannya dan mengulanginya berulang-ulang, seperti yang biasa dia lakukan pada tiap malam-malam panjang tanpa tidur, memutarnya berulang-ulang sampai dia tertidur. Namun, hari ini dia merasa sangat sulit untuk menenangkan diri.Ian tahu apa yang dia inginkan karena dia telah menekan keinginan ini selama beberapa hari ini, tetapi sekarang, setelah Bill
"Kamu ...." Amber menjeda kalimatnya. Dia menatap Ian dengan tatapan tidak percaya. Kemudian melanjutkan, "Tidak jatuh ke sungai, 'kan?"Ian masih terdiam.Amber mengabaikan segalanya dan mencoba mendorong Ian ke dalam mobil, tetapi Ian memutar lengannya dan malah mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat.Tangan Ian dingin dan keras. Sebelum Amber sempat bereaksi, dia telah ditarik ke dalam pelukannya, menempel erat di tubuhnya.Dalam pelukan Ian, Amber merasa seperti terbungkus balok es. Hidungnya menyentuh dada Ian dan dia dipeluk begitu erat hingga rasa sakit membuat matanya berkaca-kaca.Amber berpikir kalau Ian mencoba memeluknya untuk menghangatkan dirinya, tetapi ternyata bukan itu masalahnya. Tindakan Ian selanjutnya benar-benar di luar dugaan Amber.Setelah dia memeluknya, dia mundur beberapa langkah, berbalik dan menempelkannya ke mobil.
Pria yang membantu Amber tidak menyadari sikap orangtuanya, dia memulai dengan berkata, "Pak tua, aku membantumu membawa pulang kekasih putrimu. Dia mabuk dan pakaiannya basah. Kamu harus segera membantunya berganti pakaian."Pria tua itu sebenarnya sangat ingin mengetahui sosok 'kekasih Amber'. Namun dengan cepat, tapi sopan diusir oleh ayah Amber.Begitu mereka menutup pintu depan, Amber dan orangtuanya saling berpandangan, kedua belah pihak tidak yakin harus berkata apa.Setelah beberapa saat, ibunya akhirnya menunjuk dengan jari gemetar ke arah Ian yang sedang berbaring di sofa. "Apa ini? Bukankah kamu bilang kalian berdua sudah putus?"Amber terbatuk dengan canggung. "Ini adalah kesalahpahaman."Mendengar jawaban putrinya itu, emosi ibu Amber langsung meledak. "Kesalahpahaman?! Jika itu adalah kesalahpahaman, lalu mengapa dia terus mencarimu? Dia itu yang terakhir kali
Amber memandangi selimut di tangan ayahnya sebentar sebelum perlahan melepaskan selimut yang ada di tubuh Ian. Kemudian, dia melihat ayahnya mengganti dengan selimut tebal itu ke tubuhnya. Seketika, Tuan Axton yang tinggi dan berkaki panjang telah tenggelam dalam tumpukan kapas yang tak ada habisnya.Setelah ayahnya selesai, dia bahkan dengan hati-hati menggali kepala Ian sambil berkata kepada Amber. "Ruang tamunya dingin dan selimut ini hangat." Karena khawatir selimutnya akan jatuh, ayah Amber bahkan mendorong semua kursi ke depan sofa di ruangan itu agar dia bisa menggantungkan tepi selimut di kursi tersebut.Amber mulai berkeringat di dalam. Pasalnya selimut yang saat ini menutupi Ian adalah harta keluarga seperti yang pernah dikatakan oleh Ruby— ibu mereka telah membeli kapas dan secara khusus menugaskan seseorang untuk menjahitnya.Berat selimut itu lima belas pon dan Amber pernah mempunyai nasib yang m
"Apakah kamu tidak akan bertanya mengapa aku datang ke sini mencarimu?"Amber sebenarnya tidak ingin bertanya dan dia hampir tidak ingin mengingat apa yang terjadi tadi malam. Ketenangannya saat ini sepenuhnya didasarkan pada kepura-puraannya untuk tidak menyadari rumor yang pasti telah menyebar saat ini dan sikap mentalnya yang memandangnya sebagai seorang pasien.Dari ekspresinya pun jawabannya pasti tidak akan membuatnya nyaman.Ketika Ian melihat kalau Amber tidak berniat menjawab, dia tersenyum dan berkata, "Itu karena aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku benar-benar ingin berhubungan seks denganmu. Beberapa hari ini, aku selalu merasakan dorongan itu sepanjang hari. Kenapa aku seperti ini?" Dia menarik pergelangan tangan Amber, pupil matanya melebar.Setelah jeda sejenak, Amber kemudian mendengar Ian bertanya, "Jika aku melakukan sesuatu sekarang, apakah kamu akan menolak?"