Share

Lebih Parah

"Sudah pulang?" Aya meraih ransel dari pundak kananku dan bergegas masuk tanpa menunggu jawaban.

Kayak ... cuma formalitas yang dilakukan tiap pulang kerja rasanya.

"Iya. Ngerjain apa?" Aku sempatkan mampir, menumpukan lengan di sandaran sofa sambil melihat Aya duduk di lantai menghadap layar yang dilengkapi papan kibor.

Paham ajalah kerjaan yang enggak bisa dilepas Aya semenjak belum menikah. Minatnya di sana.

Kupikir meminta Aya hanya mengurus anak dan rumah bakal memangkas kebutuhan eksistensinya. Beda cerita kalau aku menikahi wanita yang memang dipersiapkan untuk berumah tangga.

Kadang Mbak Dara cerita-cerita juga soal kemungkinan depresi wanita pasca menikah dari informasi seminar yang dia ikuti. Ah, ada untungnya temenan sama wanita dewasa yang berpengalaman soal pernikahan.

Kalau wanita zaman dulu bisa ngerasa eksis dengan bergosip di tukang sayur, pada masa emansipasi digulirkan kayak sekarang tuh bekerja bisa menjadi penyemangat. Mungkin efek kebutuhan tersier yang meningkat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status