Setelah memastikan Donald Pasmod dan para anak buahnya mendapatkan balasan semestinya, Jack bisa bernapas lebih lega. Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang setelah mandi. Baru saja matanya hendak terpejam sebuah telepon masuk dan membuat ponselnya berdering. Awalnya Jack mengira itu adalah panggilan dari Matthew atau Thomas untuk melaporkan pekerjaan mereka, tetapi setelah melihat layar ponselnya Jack mengerutkan keningnya. "Claire? Kenapa dia menelepon tengah malam begini?" Jack menjadi khawatir. Mungkinkah sesuatu terjadi ketika Claire mengajak Paman Bob berjalan-jalan? Jika semuanya baik-baik saja Claire tidak akan meneleponnya semalam ini, pasti dia akan menunggu besok hari. "Halo, Jack!" sapa Claire dari balik telepon. Belum sampai Jack menyahut, dia sudah berbicara lagi, "Kamu di mana sekarang? Maaf kalau aku mengganggumu, tapi ini benar-benar masalah yang tidak bis a-aku selesaikan sendiri." Jack bangkit. Dia langsung duduk karena cemas mendengar nada bicara Claire yang
Meski terlambat, pada akhirnya Cliare bisa tidur juga tadi malam. Dia bisa berangkat bekerja dengan perasaan tenang. Namun, ketika dia telah tiba di King Pizza, dia mulai memikirkan satu hal penting yang tidak terpikirkan sebelumnya. Claire sudah berhenti memikirkan soal reuni, tetapi dia malah ganti memikirkan masalah lain yang tidak kalah besar. Hingga waktu istirahat tiba, Claire masih tetap saja merasa harus melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah itu. "Sepertinya aku memang harus menemuinya. Aku tidak mau merusak hubungan mereka." Claire berdiri dari kursi. Dia keluar dari ruangannya untuk pergi ke suatu tempat. Tidak lupa Claire meminta pada Catherine untuk tetap mengawasi kedai selagi jeda istirahat hingga dirinya kembali. "Aku akan segera kembali," jawab Claire ketika Catherine menanyakan sampai kapan akan meninggalkan kedai. Dia tidak menjawab pertanyaan Catherine terkait ke mana akan pergi. Claire pun keluar dari King Pizza dengan perasaan campur aduk. Dia merasa
Jantung Audrey berdetak sangat cepat menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan besar. Wajahnya terlihat sangat rumit ketika dia berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari Claire. Sebetulnya itu bukanlah pertanyaan yang sulit. Audrey tahu pasti apa jawabannya. Akan tetapi, terkadang suatu hal tidak bisa diungkapkan meskipun sudah pasti kebenarannya. 'Kenapa aku bisa lupa jika identitas Tuan Muda dirahasiakan? Dasar bodoh!' Audrey memaki dirinya sendiri. Dia tentu tidak ingin menjadi orang yang tidak bisa dipercaya. Jack telah mempercayainya, tidak semestinya dia membongkar rahasia sang tuan muda. Selain itu, Audrey yakin bahwa Jack memiliki alasan tersendiri atas keputusannya menyembunyikan identitasnya, tidak menunjukkan jati diri yang sebenarnya kepada semua orang. 'Jika waktunya sudah tiba, Tuan Muda pasti akan mengumumkannya juga. Tapi di sini aku malah berbicara sangat lancang!' imbuh Audrey masih dalam diam. "Audrey, kenapa kamu menyinggung soal Tuan Muda? Apa yang kam
Di sebuah rumah sederhana tampak seorang pria berdiri di depan pintu dengan penampilan rapi dan menawan. Dia sedang menunggu seseorang untuk membukakan pintu. Jika dilihat secara saksama terdapat setangkai bunga mawar merah terselip di tangannya yang berada di belakang.Tampak seseorang menekan gagang pintu dari dalam. Lalu seorang wanita cantik menyembul dari dalam pintu."Jack!" Wanita itu keluar dan memeluk Jack erat.Benar, Jack memang berada di depan rumah Claire. Dia telah siap untuk menemani Claire pergi menghadiri undangan reuni SMA di Steakhouse Prime.Melihat setangkai mawar yang indah ada dalam genggaman Jack, Claire bertanya polos, "Kamu membawa bunga? Untuk siapa? Apa itu untuk ayah?"Bukan hal aneh jika Claire bertanya demikian sebab belum pernah sekalipun Jack datang ke rumahnya dengan membawa bunga. Jack memang sering datang mengunjunginya. Dia juga sering membawa makanan dan oleh-oleh lainnya, tetapi tidak dengan bunga."Jack?" Claire memanggil Jack yang terbengong ny
Jack menghela napas panjang. Tidak mungkin baginya menceritakan tentang penyerangan dan penyergapan Donald Pasmod dan komplotannya. Dia tidak ingin mengontaminasi pikiran Claire dengan hal-hal semacam itu.Jack menyalakan mesin mobil untuk melaju ke Steakhouse Prime. Beberapa saat tidak ada suara di dalam mobil. Baik dia maupun Claire sama-sama diam dalam suasana yang tidak nyaman.Jika Jack diam memikirkan jawaban yang pas, Claire diam menunggu jawaban itu."Sebenarnya, aku menyelesaikan sesuatu yang semestinya aku bereskan," jawab Jack kemudian."Apa itu? Apa ada orang yang bersikap buruk padamu? Apa kamu terluka?" Claire memeriksa tubuh Jack dengan teliti."Ti-tidak, Claire. Aku baik-baik saja. Sudahlah, untuk apa membicarakan hari kemarin, sebaiknya kita bicarakan saja tentang reuni sekolahmu."Merasa Jack tidak ingin menceritakan sesuatu yang terjadi kemarin, Claire berusaha untuk menekan rasa ingin tahunya. Mungkin saja hal itu memang bersifat privat dan tidak untuk diceritakan
"Jangan heran. Itu sangat wajar karena aku memang seorang tuan muda." Jack menjawab pertanyaan Claire sambil tersenyum. Jack jelas berkata jujur. Namun, tentu saja Claire tidak mempercayai ucapannya.Claire malah mencebik. "Kamu selalu bercanda. Jika diingat-ingat, belum pernah aku mendengar pelayan restoran memanggil pengunjung pria dengan sebutan tuan muda. Kalaupun ada, ya karena orang yang dipanggil memang berasal dari keluarga konglomerat. Rasanya aneh mendengar mereka memanggilmu tuan muda.""Aku jelaskan pun kamu tidak akan percaya."Claire melanjutkan lagi, "Menjadi semakin aneh karena mereka seperti tidak melihat keberadaanku. Mereka tidak memanggil atau menyapaku karena terlalu fokus menyambutmu, seolah-olah kamu ini orang penting dan berpengaruh saja. Apa karena setelan jas yang kamu sewa ini memang terlalu bagus ya? Mereka mengira kamu berasal dari keluarga kelas atas.""Mereka tidak menyapamu karena kamu diam saja. Sejak tadi hanya aku yang berbicara. Sudahlah Claire, ja
"Tentu saja," jawab Jack mantap. "Memang itu kenyataannya," lanjutnya. Wajah Claire menjadi pucat seperti kertas. Dia menengok ke belakang untuk melihat penjaga pintu. Dadanya turun naik karena khawatir ucapan Jack terdengar oleh orang lain. "Jack, jangan sembarangan berbicara. Kamu kira keluarga Roodenburg akan diam saja jika ada orang lain yang mengaku-ngaku sebagai Tuan Muda Roodenburg?" Claire memegang kedua lengan Jack sebelum menatapnya lekat-lekat. "Dengar, Meskipun sampai detik ini wajah Tuan Muda Roodenburg belum diketahui oleh khalayak umum, jangan sekali-kali menyebut dirimu sebagai dirinya. Hal itu bisa membahayakan keselamatanmu. Iya kalau mereka melaporkanmu ke polisi, lalu kamu ditangkap dan dipenjara. Bagaimana kalau mereka bergerak sendiri, menculikmu dan melenyapkanmu?" "Jangan berpikir berlebihan, Claire. Aku-" "Aku mohon," ucap Claire menyela ucapan Jack. Dia menggeleng saat melanjutkan, "Jangan berbicara seperti itu lagi. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pad
Jeremy berjalan memutari Claire dan Jack. "Sangat mengejutkan karena akhirnya kamu datang juga, Claire. Ya meskipun terlambat tidak masalah. Kedatanganmu di acara reuni ini saja sudah merupakan sejarah. Berkali-kali reuni diselenggarakan kamu tidak pernah datang dengan berbagai macam alasan." Jeremy berhenti kembali di depan Claire. "Sebagai temanmu, aku menjadi lega karena tahu bahwa kamu masih hidup dan cantik. Penampilanmu sangat mengesankan. Ada progres yang bagus dari penampilan Claire remaja di sekolah dahulu. Tapi, jujur saja penampilan kamu masih jauh di bawah penampilan pacarku." Dia menunjuk wanita di sampingnya. "Oh ya perkenalkan ini adalah pacarku, Jasmine Moores. Dia adalah seorang pengusaha muda di bidang biometrik. Jika kamu memerlukan akses kontrol, CCTV, fingerprint, atau semacamnya, kamu bisa menghubungi pacarku. Dia pasti akan mengirimkan karyawannya untuk menjelaskan barang-barang itu lebih detail lagi. Pacarku memang sangat luar biasa." Lalu, tanpa diminta, Jer