“Selangkah lagi aku menjadi wakil direktur di BlueLux, tapi keberadaanmu merusak segalanya. Kamu benar-benar pembawa sial, menjijikkan, tidak berguna. Kamu sampah! Aku sangat membencimu. Kenapa aku harus mengenalmu? Oh, aku tidak menduga sekarang pun masih berbicara denganmu!”Sophie terus mengoceh, meluapkan kekesalannya. Sedangkan Jack hanya diam tanpa mengatakan apa pun. Sudah barang tentu sikap Jack itu membuat Sophie semakin dongkol. “Apa kamu menjadi bisu setelah menghancurkan karierku?! Jika saja malam itu kamu tidak datang, aku pasti sudah semakin dekat dengan mimpiku. Aku tidak akan mendapatkan bencana! Cih, sebelumnya aku kira kamu lelaki yang baik dan polos. Tapi ternyata, kamu bahkan menghasud bosku untuk bersikap buruk padaku. Sekarang, kamu harus bertanggung jawab. Perbaiki semua hal yang kamu rusak, berandal!”Jack melihat ke lantai sambil menelan ludah bersama amarahnya. Dia menatap tajam Sophie. “Coba pikirkan, memangnya siapa aku hingga bisa mempengaruhinya?” balasn
Sore menjelang malam, Jack keluar dari King Pizza. Claire akan pulang naik taxi dan memintanya untuk pulang lebih dulu karena masih harus menyelesaikan beberapa hal. Jack melewati jalan yang berbeda. Lebih tepatnya, dia tidak langsung pulang karena ingin mampir ke toko pakaian First Style. Dia ingin melihat suasana toko itu setelah dipimpin oleh manajer yang baru. Oh atau sebenarnya dia ingin bertemu manajer itu?Jack tersenyum mengingat Audrey yang bersikap sangat hangat padanya, meski dia hanya 'pengantar pizza'. Dia menengok sesaat pada paperbag yang tergantung di stang sepeda.Tidak butuh waktu lama baginya untuk sampai di toko First Style. Jack mengambil paperbag dari sepeda. Dia membauinya sambil berjalan menuju pintu utama toko. ‘Victor memang ahli pizza.’ Dia memuji temannya yang bertugas membuat pizza di King Pizza.Penjaga toko membungkuk hormat pada Jack, “Selamat datang, selamat berbelanja, Tuan.”Jack tersenyum dan masuk. Perlakuan penjaga menjadi sangat berbeda. Dulu d
Karena amarah yang sudah tidak bisa dibendung, Audrey nyaris saja keceplosan menjelaskan siapa Jack sebenarnya. Dia baru tersadar setelah mendengar Jack berdeham.Sekarang, Audrey benar-benar terjepit dalam situasi yang sulit. Terlebih ketika Lady mendesaknya."Memangnya siapa pengantar pizza ini sebenarnya?! Konglomerat? Pejabat? Penguasa? Hahaha, aku akan pingsan jika itu benar!""Di-dia ini ...." Kalimat Audrey menggantung karena dia pun masih memikirkan kelanjutannya."Kamu tidak bisa membelanya 'kan? Itu bukan hal mudah karena memang tidak ada satu hal pun yang bisa dibanggakan dari pecundang itu! Semua yang dia miliki hanya nol besar!" Mary menunjuk wajah Jack yang tetap tenang."Berhenti menunjuknya, Nona. Jika Nona-nona sekalian keberatan dengan keberadaan Jack di sini, kalian bisa pergi. Pintu keluarnya masih sama seperti pintu yang kalian masuki tadi."Lady dan Mary saling menoleh. Keduanya mengerutkan kening, tak senang dengan ucapan Audrey."Kamu mengusir kami hanya demi l
Peristiwa memalukan di First Style tidak lekang begitu saja meski hari sudah berganti. Baik Lady maupun Mary tidak bisa melupakannya. Bagaimana mungkin wanita terhormat seperti mereka ditendang seperti gelandangan?Seumur hidup, peristiwa itu belum pernah terjadi! Biasanya mereka yang menghinakan orang lain, tapi malam itu mereka merasa berada di titik paling hina.Detik ini pun kekesalannya pada Jack, juga Audrey, masih sama persis. Mereka ingin membalas, tetapi belum sempat melakukannya, sudah terusir dengan keji.Seandainya bisa, pastilah mereka ingin menarik dan mengganti wajah saja karena saking malunya!"Lady, Mary, ini masih terlalu pagi untuk cemberut. Apa kalian datang bulan bersamaan?" Wanita berbaju merah muda itu menahan tawa."Grace, jangan mengejek. Itu sama sekali tidak lucu." Lady menimpali dengan wajah semakin kesal."Kamu tidak tahu hal buruk terkadang sangat sulit dilupakan. Aku bahkan sangat bernafsu untuk membunuh seseorang saat ini." Mary menghentakkan garpu ke m
"Sophie, apa semua baik-baik saja?""Ya, wajahmu mendadak pucat. Apa terjadi masalah dalam pekerjaanmu?"Grace dan Lady semakin penasaran. Mereka tahu, Sophie seorang yang percaya diri. Untuk pertanyaan yang bisa berakhir pada pujian, mengapa Sophie malah tiba-tiba 'cemas'?"Sophie, kita berteman sudah sejak kuliah. Katakan saja jika ada sesuatu yang mengganggumu. Kita biasa berbagi masalah bukan? Melihatmu seperti ini kami justru khawatir. Apa David melarangmu bekerja? Dia memintamu mengundurkan diri agar bisa di rumah saja saat menikah nanti?"Sophie menggeleng. "Tidak, tidak, di-dia malah senang jika karierku bagus." Dia berusaha tersenyum."Lalu?" Ketiga temannya kompak bertanya.Sebuah napas kabur dari mulut Shopie. Sepertinya dia sudah tidak sanggup lagi menyembunyikan masalah besar yang dialami."Teman-teman, seburuk apa pun yang menimpa Lady dan Mary semalam, masih lebih buruk apa yang menimpaku. Aku sampai tidak bisa menangis lagi karena air mataku seperti habis."Lady, Mary,
Perkebunan mewah Greenroad Villa tampak sangat mengagumkan. Sebuah villa megah yang artistik, dikelilingi kebun bunga dan buah. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.Di malam hari, lampu-lampu yang menghiasi villa membuat pemandangan menjadi lebih indah. Bahkan, karena banyaknya lampu yang terpasang, Greenroad Villa juga dikenal dengan sebutan 'Taman Sejuta Lampu'.Satu kata yang paling pas untuk menggambarkan perkebunan mewah itu adalah sempurna!Semua orang di kota bahkan di negara ini ingin mencicipi rasanya hidup di Greenroad Villa. Akan tetapi, tidak akan bisa meski mereka menyerahkan berkoper-koper uang. Pasalnya, villa itu memang tidak untuk disewakan. Tuan Tom Roodenburg membangun tempat itu khusus untuk keluarga Roodenburg dan acara amal saja.Malam amal itu sendiri tidak dihadiri oleh sembarang orang. Mereka yang datang mendapat undangan khusus karena tercatat memiliki penghasilan banyak setiap bulannya. Satu undangan yang diberikan bisa untuk dua orang, entah perwakila
Rahang Jack mengeras saat menoleh ke suara pembuat onar. ‘Sial!’ celetuknya dalam hati kesal.Jack melengos sesaat. Bukan makian David yang membuatnya kesal, melainkan keberadaan orang-orang itu yang bisa mengancam momen indah malam ini. ‘Kenapa mereka harus datang sekarang?’Sumpah demi apa pun, Jack sudah kebal dengan makian model apa saja. Dia sudah terbiasa sejak sebelum tahu jati dirinya yang sesungguhnya. Namun, malam ini dia mengundang Audrey untuk menemaninya. Apa Audrey berdandan cantik dan anggun hanya untuk mendengar orang-orang itu menghina dirinya?Jack tidak mengerti mengapa dia harus bertemu dengan orang-orang menyebalkan itu lagi. Dalam formasi lengkap pula! Menyusahkan saja!“Jack, kita bisa lari jika kamu ingin.” Audrey mencoba memberi solusi setelah melihat perubahan mimik wajah Jack yang menjadi begitu kesulitan.Akan tetapi, Jack menggeleng. Kenapa dia harus membuat Audrey bersusah payah lari dengan hak tinggi dan gaun indahnya?“Kita hadapi saja. Apa pun yang aka
“Kamu tidak percaya?!” David naiik pitam melihat Jack demikian. “Dengar ya, satu goresan kecil yang kamu timbulkan di mobil ini, bisa menghabiskan banyak uang untuk membenahinya di bengkel. Itu sebabnya, jangan sembarangan meletakkan punggung baumu di mobil yang bukan milikmu! Bahkan meski bekerja hingga sisa umurmu habis pun, kamu tidak akan bisa membeli sebuah spion dari mobil ini.”“Wow!” Jack memegang kepalanya. Dalam hatinya dia melanjutkan, ‘Kamu akan pingsan jika tahu mobil ini milikku!’David mendekat pada Jack. Dia mencengkeram kerah baju lelaki itu sebelum berbisik, “Meskipun kamu dekat dengan Tuan Matthew, jangan mengira kamu bisa melakukan apa pun. Dengar, Tuan Matthew hanyalah bawahan dari Tuan Muda Roodenburg. Tunggu sampai aku bertemu dengan Tuan Muda. Aku bersumpah akan membuatmu memohon di kakiku karena tempo hari berani mempermalukan dan mengerjaiku. Congek sampah!”David mendorong Jack masih dengan mata melotot. Lalu, dia mengacungkan telunjuknya, “Awas kamu! Jangan