Pagi-pagi sekali Queenza sudah sibuk di dapur. Ia ingin memasak makanan kasukaannya Dimas. Ia tengah asyik mencuci semua bahan yang akan ia gunakan, hingga tiba-tiba ia dikejutkan dengan seseorang yang memeluknya dari belakang. Ia pun tersenyum karena sudah tau lengan siapa yang melingkar di perutnya.
"Pagi," bisik Dimas di telinga Queenza."Pagi juga Mas, kok udah bagung jam segini? Ini masih pagi lho Mas." Queenza menoleh sekilas ke arah Dimas."Habisnya gak ada kamu di sampingku, jadinya aku kedinginan deh," jawab Dimas dengan manja."Ya ampun, aku gak nyangka ternyata Mas Dimas itu jago juga menggombal," sahut Queenza sambil terkekeh pelan."He'em. Mungkin karena udah beberapa hari ini aku tidur selalu memeluk guling hidup, jadi kalau gak ada kamu, rasanya gimana gitu," balas Dimas."Alah alasan! Perasaan kemarin-kemarin juga kamu tidur sendiri gak masalah tuh, kenapa sekarang jadi manja?" ledek Queenza."Entahlah," jawab Dimas singkat."Makanya c"Ada apa ini?" teriak Ervan yang baru saja tiba di dapur dan berdiri di samping Queenza.Asti berdiri dan langsung memeluk Ervan."Sayang, dia mau melecehkan aku," tunjuk Asti pada Dimas. "Dia tadi peluk-peluk aku dan memaksa menciumku, bahkan tadi dia sudah meremas payudaraku," adunya pada Ervan.Dimas menyunggingkan bibirnya, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. 'Dasar wanita ular," batinnya ia lalu menatap ke arah Queenza yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sendu."Brengsek!" Ervan berjalan dengan cepat ke arah Dimas dan melayangkan tinjunya ke wajah Dimas hingga Dimas jatuh tersengkur."Mas, stop!" teriak Queenza saat melihat Dimas dan Ervan saling baku hantam. Ia lalu berlari untuk melerai kedua lelaki yang tengah berkelahi itu. "Hei kamu, bantu lerai mereka. Malah diam aja di sana," panggil Queenza pada Asti. "Gak mau, kenapa mesti dipisah. Biarin aja Ervan kasih pelajaran sama lelaki mesum itu," jawab Asti yang masih diam di t
"Queen," seru Dimas.Queenza tak menjawab dan masih setia membelakangi Dimas."Kamu marah? Aku pergi gak lama kok, cuma seminggu," ucap Dimas sambil mencoba membalikkan tubuh Queenza agar menghadap ke arahnya. Ia tak ingin pergi meninggalkan Queenza dengan ke adaan Queenza yang marah padanya. Itu akan membuat ia tak tenang untuk meninggalkan Queenza."Seminggu? Kamu bilang gak lama? Itu lama Mas!" sahut Queenza, ia menatap Dimas dengan tatapan yang sendu."Maaf, aku juga sebenarnya tak ingin pergi meninggalkan kamu. Tapi, ada pekerjaan yang mengharuskan aku pergi," balas Dimas dengan penuh sesal. Ia juga sebenarnya berat untuk meninggalkan Queenza sendiri di sini, apalagi sekarang di rumah ini ada wanita ular yang dibawa Ervan dan entah sampai kapan wanita itu akan ada di rumah ini. "Jangan marah ya? Aku akan usahan untuk pulang lebih cepat." Sambungnya.Queenza terdiam, ia seharusnya tak egois seperti ini. Ia lalu membalikan badannya dan menghadap ke arah Dimas.
Siang harinya Queenza keluar dari dalam kamar dan mendapati rumah yang sepi."Mas Ervan sama wanita itu ke mana? Masa masih tidur?" gumam Queenza, ia berjalan ke arah kamar untuk memeriksa Ervan. Namun, saat ia membuka kamar itu tak ada siapapun di dalam kamar itu. "Ke mana mereka?" Lanjutnya lagi.Queenza memutuskan untuk pergi ke dapur. Di sana ia melihat masakan yang tadi pagi dimasak oleh Dimas. Queenza yang kebetulan lapar dengan cepat memanaskan kembali masakan itu. "Baru setengah hari kita gak ketemu, kok aku udah kangen sama kamu mas," gumam Queenza sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. Ia menangis, entah kenapa perasaannya jadi melow seperti ini. Seperti ada yang kosong di dalam hatinya. "Mas cepat pulang," lirih Queenza sambil terus menyuapkan makanan yang tadi Dimas buatkan untuknya.Tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang menyerukan nama Queenza."Queen!"Queenza sudah tau siapa yang memanggilnya, ia dengan cepat menghentikan makannya
Queenza yang tengah asyik tiduran terkejut saat tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dari luar. Dengan cepat ia menoleh dan terkejut saat melihat Ervan yang masuk ke dalam kamarnya."Mas kamu ngapain ke sini?" tanya Queenza, ia terkejut sekaligus takut dengan kehadiran Ervan di kamarnya. Ia takut jika Ervan akan menyiksanya lagi karena sudah berani melawan.Ervan tak menjawab dan hanya diam sambil terus berjalan ke arah Queenza yang berada di atas ranjang."Mas! Kamu mau ngapain? Jangan macam-macam ya." Queenza menggeser sedikit demi sedikit tubuhnya saat melihat Ervan terus berjalan ke arahnya. Queenza berdiri dan berniat untuk berlari ke luar saat Ervan sudah duduk di atas ranjang. Ia lalu berjalan dengan cepat menuju pintu. Ada rasa takut di dalam hatinya."Kamu mau ke mana?" tanya Ervan saat melihat Queenza hendak pergi."Mau ke luar," jawab Queenza sambil berjalan ke arah pintu.Ervan berdiri dan segera memeluk Queenza dari belakang.Queenza terkejut
Queenza terbangun saat ia merasakan getaran ponsel di bawah bantalnya. Dengan cepat ia membawa ponsel itu dan turun dari atas ranjang. Ia menoleh sekilas ke arah Ervan yang tertidur pulan sebelum ia keluar dari dalam kamar. Setelah ia menutup pintu, dengan cepat ia mengangkat panggilan itu."Hallo Mas," ucap Queenza saat ia sudah mengangkat teleponnya."Kamu lagi apa Queen? Kenapa lama angkat teleponnya?" tanya Dimas di sebrang telepon sana.Queenza berjalan ke ruang tamu dan duduk di sana sambil terus berteleponan dengan Dimas. Sampai cukup lama mereka bertukar cerita lewat sambungan telepon itu. Queenza yang memang masih mengantuk dan juga lemas tertidur kembali di tengah-tengah obrolannya bersama Dimas."Hallo ... hallo Queen?" seru Dimas di sebrang telepon sana.Queenza yang sudah tertidur tidak mendengar seruan Dimas dan tertidur pulas di sofa ruang tamu.Dimas tersenyum di sebrang telepon sana dan segera memutus panggilannya bersama Queenza. Di dal
Tok ... tok ... tok.Queenza membuka matanya yang terpejam. Ia lalu melihat sekeliling dan menunduk. "Ya ampun, ternyata cuma mimpi," gumam Queenza saat ia baru menyadari jika ia masih berada di dalam kamar mandi. "Bisa-bisa ya aku ketiduran saat berendam. Mimpi bercinta dengan mas Dimas lagi," ucapnya terkekeh pelan. Tok ... tok ... tok.Queenza beranjak dari dalam bathtub dan segera memakai handuknya. Iablalu berjalan menuju pintu dan membuka pintu itu.Terlihat Ervan yang sedang berdiri sambil menatap heran pada Queenza."Kamu lagi ngapain di dalam? Kenapa lama banget?" tanya Ervan sambil masuk ke dalam kamar mandi."Eh, Mas kamu mau ngapain?" tanya Queenza yang terkejut melihat Ervan yang langsung main masuk saja."Aku kebelet sekalian mau mandi," sahutnya."Kenapa gak pake kamar mandi di kamar lain aja sih Mas? Kenapa kamu harus masuk ke sini?" gerutu Queenza, ia hendak keluar. Namun, Evan dengan cepat menahan tangannya."Emangnya kenap
Queenza terdiam saat mendengar ucapan Dimas."Queen, kamu masih di sana kan?" panggil Dimas lagi yang terheran saat tak mendengar suara Queenza."Masih," jawab Queenza. "Mas aku mau sarapan dulu ya, nanti kita sambung lagi," ucap Queenza pada Dimas."Oke, nanti malam aku hubungi kamu lagi ya sayang, ingat kamu harus makan yang banyak biar kamu dan dede bayinya sehat," ucap Dimas sebelum ia menutup teleponnya."Iya, kamu juga jangan lupa sarapan sebelum berangkat kerja, jangan lupa makan siang dan malamnya. Biarpun kamu sibuk sempatkan makan walaupun sedikit," cerocos Queenza mengingatkan.Dimas tersenyum di sebrang telepon sana. Queenza sudah seperti istrinya saja yang akan selalu mengomelinya jika telat makan. Ia jadi membayangkan jika ia dan Queenza nanti menikah mungkin akan begini rasanya."Iya sayang. Aku akan selalu ingat pesan kamu itu. Ya udah sekarang kamu tutup teleponnya, aku juga mau kerja," balas Dimas."Hmm, kamu di sana hati-hati ya Mas, ingat. Jangan lirik-lirik wanita
"Gimana kabar kamu sayang? Aku kangen banget sama kamu," bisik Dimas tepat di telinga Queenza.Queenza yang masih menganggap jika ini hanya mimpi tersenyum dan segera membalikan badannya menghadap Dimas. "Aku juga kangen kamu Mas," jawab Queenza sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Dimas dan mengecup pelan bibir Dimas.Dimas yang sudah tak bisa menahan hasratnya segera mencium bibur Queenza dan melumatnya, karena gemas Dimas mengigit bibir Queenza pelan."Aww!" Queenza mengaduh dan melepaskan ciuman mereka. Ia menatap Dimas lekat-lekat. "Bentar, bukannya ini mimpi? Tapi kenapa ini sakit ya?" ucap Queenza sambil memegangi bibirnya.Dimas terkekeh lalu mencubit pelan hidung Queenza."Kamu itu kenapa? Dari tadi bergumam sendiri?" tanya Dimas yang gemas melihat reaksi wajah Queenza yang menggemaskan."Mas, ini aku lagi mimpi kan?" tanya Queenza."Mimpi apa?" Dimas balik bertanya karena ia heran melihat Queenza yang seperti orang linglung."Mas coba kamu pukul aku, atau kamu cubit a