Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! “Gue merasa baru kemarin semester awal terus kita di kerjain mulu sama kating dan sekarang kita sudah sampai di semester tua, Good bye kenyamanan.” Perempuan dengan rambut panjang itu mengangguk setuju mendengar perkataan dari Vivi barusan, memang cepat sekali waktu berlalu dan kini mereka sudah masuk kedalam zona tidak nyaman lagi. Ibaratnya tahun ini adalah tahun terberat yang tidak bisa dibayangkan, tangan perempuan bernama Eva tampak mengetuk meja tempat kuliahnya pelan. “Katanya ada dosen baru di mata kuliah geofisika dan dari kabarnya dia tampan. Speak dewa,” ucap Ana sembari menepuk pundaknya dan tersenyum penuh arti. “Lo pasti tahu sesuatu, kan?” tanya Vivi. “Tahu apa?” bingung Eva “Dosen baru, kan Papa lo Kaprodi di sini. Masa iya dia enggak tahu apapun!” omel Ana Eva menghela napas pelan, “Soal itu... gue enggak tahu, lo tahu sendiri kan ayah gue lebih tertarik dengan pengembangan media terbaru dibandingkan dosen tampan atau sejenisnya itu. Sek
Happy Reading Semuanya! Perempuan dengan kemeja bewarna pink pastel kini tampak sibuk merapalkan doa menunggu kabar yang akan di informasikan oleh Dosen Akademik di depannya yang merupakan ayahnya sendiri, ia sebenarnya sudah tahu hanya saja pikiran manusia tidak tahu kan apa yang akan terjadi di menit selanjutnya. Setelah pertengkarannya yang tidak usai dengan dosen menyebalkan bernama Zaidan, ia menjadi mengenal lebih dalam lelaki yang kini terkenal sebagai dosen perfeksionis, killer, angkuh dan berbagai macam sikap menyebalkan lainnya. Mungkin untuk rekan perempuannya tidak masalah tapi bagi laki-laki ini merupakan suatu masalah yang tidak bisa mereka atasi sendiri. “Gue berharap bukan Pak Zaidan atau apapun itu, gue mau dosen pembimbing gue perempuan.” Doa Eva untuk kesekian kalinya. Tidak hanya perempuan muda itu saja tetapi hampir seisi kelas kini sibuk berharap agar mereka tidak mendapatkan dosen pembimbing yang terkenal dengan profesionalisme, killer, dan gila dengan kes
Happy Reading Semuanya! "Sial!! Bibir gue ternodai!" jerit Eva kesal. Vivi dan Ana yang mendengar cerita itu hanya terkekeh pelan sekaligus bingung melihat kelakuan dari rekan mereka saat ini. Mereka sebenarnya cukup terkejut tapi menyadari tingkah temannya yang ajaib itu membuatnya berpikir kalau Eva memang sulit sekali untuk dimengerti, Eva bisa berubah mood nya dalam hitungan detik dan perubahan segalanya dalam waktu cepat. Padahal kalau mereka sudah pasti akan menerimanya dengan senang hati, memang siapa yang tidak ingin mendapatkan hadiah spesial yang seperti itu. "But, why did Profesor Zaidan do that? Is he not married? Jadi dia sampai enggak mempermasalahkan itu dan mengecup bibir lo? Pasti ini romantis banget," ucapan dari Vivi barusan membuat Eva memutar matanya malas, bagaimana bisa rekannya mengatakan kalimat yang seperti barusan. "Sejak dari awal sebenarnya gue merasa aneh dengan profesor Zaidan, setiap kali melihat Eva rasanya kaya dia memang ingin menerkam hidup-hidup
Happy Reading Semuanya! Mata yang tertutup perlahan terbuka menampilkan lelaki yang amat sangat dibencinya sekarang ini, tangannya yang digenggam erat oleh sang dosen terpaksa ia tarik dan menatap tajam lelaki yang kini hanya memasang wajah bingungnya. "Kamu sudah sadar?" tanya Zaidan. "Menurut Bapak? Sekarang mata saya masih ketutup, Bapak kenapa ada di kamar saya? Memang saya mengizinkan Bapak untuk berada di kamar saya?" marah Eva. "Kamar kamu akan menjadi kamar saya juga," sahut Zaidan santai. Eva menatap tidak percaya lelaki yang ada di depannya, sumpah demi apapun ia tidak mengerti dengan keadaannya sekarang dan rencana lelaki yang ada di depannya itu. Rahangnya mengeras menahan amarah yang menyergap dalam hatinya. "Kenapa harus begitu? Memang saya mau nikah sama Bapak?! Enggak! Saya enggak mau menikah sama Bapak. Kenapa saya harus menikah sama Bapak?" tanya Eva sembari memasang wajah murka pada lelaki yang ada di depannya itu. Zaidan menangkap perempuan yang berusaha unt