Share

42. Dua Pilar Cinta

Seminggu berlalu dengan cepat.  Rumi merasa hanya fisiknya saja yang mulai membaik, tetapi tidak dengan hatinya. Gadis itu lebih banyak diam, tenggelam dalam lamunan, terbelenggu kesakitan. Meski ia beberapa kali bertemu dengan Raihan di sekolah, tetapi tak pernah sekalipun lelaki itu datang untuk menjelaskan perihal foto yang terpampang di kediaman orang itu.  Jujur saja, ia seperti tak dianggap.

Rumi menatap makanannya tak selera. Beberapa kali ia ditegur sang bunda. Ia hanya tersenyum sebagai pengganti maaf. Ia sengaja mengambil porsi lebih sedikit.  

“Bapak tadi liat Nak Raihan saat di pasar,” ujar Rizal, “sepertinya Nak Raihan sedang sibuk sampai saat Bapak panggil dia gak menoleh.”

Mendengarnya, refleks Rumi mendongak. Perubahan sikapnya yang tiba-tiba mengundang tawa dari orang tuanya.

“Kamu kenal dengan gadis yang bersamanya, Rum?” tanya Rizal setelah meletakkan gelas di meja.

“Gadis?” Rumi memastikan. Jangan bilang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status