Nita kembali ke rumahnya Juan atas dasar permintaan dari pria itu yang mengatakan kalau ia dan Hendra harus kembali lagi untuk bisa berkumpul dengan keluarganya. Bahkan seorang Juan yang terkenal cuek terhadap anak-anak mendadak menolak pernikahan Aisha dengan Devan. Tidak menghadiri pernikahan itu juga lantaran kecewa dengan keputusan Aisha yang mendadak. Tidak ada pemberitahuan apa pun. Nita menuju ruang tengah ketika Hendra baru saja keluar dari kamarnya dan melihat kalau Juan ada di sana juga. Mereka hendak membuka obrolan. “Ayah, mau ke mana?” “Tunggu di sini dulu. Ayah ada perlu. Kamu sama Ibu kamu di rumah.” Ujarnya pria itu sambil memasang jaket kulitnya. Dia memang terlihat seperti preman pada umumnya. Tapi Nita sendiri tahu kalau suaminya sedang bekerja sekarang. Melakukan transaksi jual beli barang bekas. Juga menjadi tukang di beberapa orang yang membutuhkan jasanya. Pria itu keluar dari rumah dengan mengendarai mobil yang merupakan barang untuk diperjual bel
Aisha mengerang di pagi hari ketika diajak berhubungan oleh suaminya. Meskipun tidak setiap hari, tapi Aisha mengerti kalau sang suami punya nafsu yang begitu besar, tubuhnya lemas saat Devan selesai dengan pelepasannya. Jarak waktu tiga menit kemudian Devan bangun dari tempat tidurnya lalu mengatakan akan mandi karena harus pergi ke kantor.Aisha sudah siap-siap untuk pergi, tapi menurut suaminya tadi. Hari ini Aisha tidak perlu ke kantor karena akan menemani Linda untuk perawatan ke klinik kecantikan. Perintah suaminya menjadi suatu hal yang paling utama bagi Aisha untuk dituruti.Ia memejamkan matanya usai percintaan itu, juga karena Devan sudah meninggalkan terlebih dahulu dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.Cukup lama suaminya ada di sana. Aisha sudah pakai jubah mandinya karena bergiliran untuk mandi. Kehidupan rumah tangga memang berbeda, awalnya Aisha ragu. Tapi semenjak Devan meyakinkan untuk menjadi seorang istri dari pria itu.Sekembalinya Devan dari kamar mandi. Aish
“Apa kamu sudah hamil, Aisha?” tanya Linda waktu mereka berdua menuju klinik kecantikan. Mertuanya meminta untuk diantar perawatan. Yang pastinya juga Aisha akan ikut perawatan dengan sang mertua.Pertanyaan itu benar dilontarkan oleh sang mertua. Seperti yang dikatakan oleh Devan. Maka, Aisha harus pandai menjawab pertanyaan yang dilontarkan itu. “Belum untuk saat ini, Ma.”“Tapi kamu sama Devan nggak ada niat buat menunda kehamilan?”Aisha tidak melakukannya, karena Devan juga sudah pernah membahasnya kalau dia tidak masalah jika hamil. Devan menginginkan anak perempuan yang manja terhadapnya. “Aku nggak lakukan itu, Ma.”Mertuanya tidak menanggapi apa-apa soal itu.Sampai di klinik kecantikan, mertuanya memesankan perawatan paling mahal untuk Aisha. “Ma, itu kan mahal?”Sejak Aisha kecil sudah ada di dalam lingkup keluarga itu. sikap orangtuanya Devan sudah bisa dia hafal, Linda termasuk orang yang sangat baik sekali. tersenyum untuk Aisha lalu mengatakan. “Mama nggak kehabisan uan
Devan mengantarkan istrinya ke klinik karena baru saja dia tiba di rumah dan baru selesai mandi. Justru dilihatnya Aisha sedang muntah-muntah di kamar mandi. Klinik lebih dekat karena Aisha butuh penanganan yang cepat juga. Aisha hamil. Pikirnya Devan, kepala yang berpikiran dengan jernih itu berusaha menenangkan diri kalau memang sang istri tersebut hamil. Maka dia akan menerima kehamilan istrinya. Walaupun sebenarnya Devan masih belum banyak komunikasi antara dirinya dengan Aisha. Wanita itu tersenyum kepadanya. Ketika usai pemeriksaan. Dokter yang tadi memeriksa Aisha mengajak Devan keluar dari ruangan. “Karena keadaan fisiknya yang terbilang lemah. Usakan dijaga dengan baik, ya. Apalagi kandungannya masih muda.” Devan terdiam mendengar ucapan dokter kalau istrinya sedang hamil seperti yang didalam pikirannya. “Aisha hamil?” Dokter itu tersenyum. “Ya, nanti kalau mau tahu hasilnya. Saya sarankan lakukan USG di sebelah.” Devan mengiyakan. Karena di sini adalah klinik
Devan sedang ada di belakang rumah sendirian dengan laptop juga secangkir kopinya, baru kali ini juga dia merokok. Malam ini dia berada di rumah orangtuanya karena Aisha kebetulan dibawa ke dokter kandungan oleh mamanya Devan untuk periksa. Dia hanya berdua di rumah dengan sang papa.Waktu Devan bekerja, pria itu menghampirinya dan mencabut rokok yang dihisap oleh Devan barusan. “Sejak kapan kamu merokok?”“Aku emang ngerokok, Pa.”Tapi papanya tidak terima dengan jawaban Devan barusan. “Nggak ada ngerokok segala, Devan. Bilang sama Papa, apa yang terjadi?”Akan tetapi jawaban yang dilontarkan Devan memang sedikit ambigu. Tidak biasanya dia merokok. Tidak biasanya juga dia ngopi saat malam begini. “Sikap kamu berubah sejak Aisha hamil. Apa karena kamu trauma dengan cinta masa lalu kamu?”Kalau Devan akui, memang dia sangat sensitif kalau soal kehamilan antara mantan kekasih juga istrinya yang sekarang merasakan itu. “Iya.”“Aisha istrimu, yang kamu pilih dia.”“Nggak harus hamil bisa,
Setelah mengakui tidak adanya perasaan cinta terhadap Aisha pada papanya. Devan juga jarang pulang ke rumahnya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah orangtuanya. Sedangkan Aisha sendirian di rumah untuk mengurus diri sendiri. perasaan Devan belum sepenuhnya hilang.Hanya saja, terpaksa bertahan demi kandungan istrinya. Memang mamanya juga belum tahu, tapi tidak akan lama lagi mamanya pasti tahu mengenai apa yang selama ini disembunyikan oleh Devan. Tidak menutup kemungkinan juga papanya akan mengatakan itu langsung kepada sang mama.Tinggal menunggu waktu saja bagaimana reaksi sang mama akan mulai terlihat lagi. Jujur saja kalau sebenarnya Devan juga muak dengan semua ini. perasaan yang dijaganya untuk tidak dikatakan harus terpaksa dia utarakan kepada papanya.Devan melihat video seorang ibu melahirkan di ponselnya. Dengan alasan bahwa dia bisa pulang lalu memeluk Aisha dan pertahankan rumah tangga. Tapi kenapa perasaannya justru semakin hambar. Mendengar Aisha hamil bukan ka
Devan menuruti perintah sang mama untuk tinggal dengan Aisha. Meskipun tidak ada cinta di hatinya. Tapi ada buah hati yang harus tetap ditemani. Memang selama ini niatnya menikahi Aisha hanya untuk menyelamatkan masa depan wanita itu. Tapi sekarang semuanya telah menjadi rumit sejak wanita itu hamil.Devan yang tidak ada perasaan apa-apa harus tetap bertahan demi anaknya.Apa pun akan dilakukan olehnya sekarang demi sang anak. Bukan lagi soal cinta. Memang tidur dengan Aisha tidak ada perasaan apa pun. Maka, sekarang dia juga harus bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan untuk pernikahannya. Pilihannya untuk menikah waktu itu memang fatal. Tapi lebih fatal lagi kalau Aisha dicampakkan orang lain.Tidak ada yang membenarkan pernikahanmu hanya berlandaskan nafsu saja, Devan. Coba kamu pikirkan bagaimana perasaan Aisha kalau dia tahu soal ini. Ungkapan itu masih terngiang di telinganya Devan sampai sekarang. Jujur saja kalau itu sangat berat sekali baginya.Pulang ke rumah dengan
Devan sudah siap-siap terlebih dahulu karena akan pergi ke rumah teman masa kecilnya dulu yang bertemu dengannya beberapa waktu lalu di sebuah acara di kantor, teman masa kecil sekaligus teman SMA Devan. Sekarang dia diundang oleh temannya untuk makan malam. Tanpa Aisha. Tanpa Aisha, dia akan ke sana sendirian. “Aisha, aku kana pergi malam ini. Tidak perlu menungguku, kamu tidur saja kalau mengantuk. Aku akan reuni dengan teman-temanku.” Istrinya yang sedang menonton televisi diam menatapnya. “Apa ada perempuan?” tanya dia dengan pelan. “Ada, tapi nggak banyak.” “Oh, ya.” Devan pamit pada istrinya dengan baik-baik. Ini memang acara reuni dengan temannya entah ada pria maupun wanita. Di acara itu Devan langsung mencari keberadaan Charlie, yang merupakan teman lamanya tapi karena sempat terpisah, mereka tidak bertemu cukup lama. “Kenapa sendirian?” “Istriku sedang hamil. Jadi aku tidak bisa membawanya.” “Oh man, kamu sudah menikah?” Dia menganggukkan kepalanya. Tidak menyangka