“Aisha, Mama mertua kamu mau jemput ke sini. Katanya mau ajak kamu jalan-jalan sama Thania.” Aisha juga sudah siap-siap. Mendapatkan telepon dari mama mertuanya cukup menyenangkan. Hari ini mertuanya menyempatkan waktu untuk jalan-jalan. Kebetulan juga besok Devan akan menjemputnya bersama dengan Thania di rumah ini. Besok juga dia akan pulang bersama anaknya. Aisha sudah memasang gendongan untuk anaknya. “Aku mau berangkat sebentar lagi, Bu.” Ujarnya ketika disapa oleh Nita. “Kalau begitu Ibu pergi bentar ke supermarket, ya. Takut Ayah kamu pulang nanti marah-marah kalau nggak ada makanan.”Kemudian tidak lama mertuanya datang waktu Aisha menunggu di luar. Linda keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya. “Ya ampun, sekarang rumah kamu bagus banget.” “Iya, Ma. Ayah aku ada rezeki, jadi di renovasi.” “Ini bukan biaya sedikit, Aisha. Ayah kamu keren juga.” Aisha menganggukkan kepalanya dan kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu, Mama mau masuk dulu atau gimana?” “Ibu kamu ada
Devan seperti kehilangan arah ketika mendapati Aisha pergi meninggalkannya karena tidak bisa bertahan di sisinya. Sudah empat bulan ini Aisha pergi setelah pengakuannya Devan kalau dia lebih jatuh cinta kepada wanita itu dibandingkan dengan istrinya. Kalau sekarang, Aisha memang belum ada di hatinya. Tapi Devan memasukkan Bianca ke dalam rumah tangganya. Menganggap kalau ini akan baik-baik saja. Tapi semua itu justru menjebak dia untuk masuk ke dalam kubangan bencana besar di dalam rumah tangganya.Terdapat beberapa hal yang juga membuat Devan merasa kesepian sekali pada kehidupannya. Tidak ada tangisan Thania di rumah ini. Tidak ada yang merangkak ketika Devan sedang menonton televisi. Tidak ada yang tidur di lengannya setiap malam.Baru dia menyadari semua itu saat Thania menjadi alasannya untuk bertahan.Di kantor tempatnya bekerja. Tidak ada gairah sama sekali untuk mengerjakan semuanya. Rasa kosong itu terasa sekali. menurut informasi yang Devan dapatkan juga kalau istrinya sekar
“Tidur denganku.” Adalah sebagai syarat yang mengejutkan bagi Aisha Lestari. Gadis berusia 21 tahun itu harus melayangi majikannya dalam hal nafsu. Dia terpaksa melakukan itu demi menyelamatkan sang mama yang ada di rumah sakit. Aisha tidak ada pilihan lain lagi. Jika mengandalkan adiknya jelas tidak mungkin. Ayah? Jangan pernah sebut nama sialan itu pada Aisha. Karena ayahnya sudah dipastikan sedang bermain dengan wanita lain. Ayahnya adalah seorang pemabuk, tukang judi juga sekaligus orang yang tidak akan peduli terhadap hidupnya Aisha dan juga ibunya. Juga dia punya adik laki-laki. Perawannya tidak hilang begitu saja. Butuh beberapa kali berhubungan dengan Devan—pria yang menjadi majikannya sekaligus itu meminta untuk jadi teman tidur. Hubungan yang ke berapa Aisha baru kehilangan kesuciannya. Ini bukan hal yang dia inginkan. Karena menyangkut harga diri. Tapi Devan memberikan uang untuk operasi. Dulu, ibunya bekerja pada orangtuanya Devan. Akan tetapi Aisha yang melanjutkan. K
“Kapan kamu pergi?” Aisha melotot malu menatap pria itu berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Karena kali ini dilihatnya kalau Devan terlihat sangat tidak terima dengan kelakuannya Aisha meninggalkan pada tadi pagi. Sedangkan dia masih belum bisa berhadapan dengan Devan. “Jawab aku, kapan kamu pergi?” Aisha dengan malu-malu bertemu dengan pria itu. “Saya pergi tadi pagi. Karena harus segera ke rumah sakit. Hendra harus berangkat sekolah. Jadi saya harus segera ke sana untuk setor biaya operasi.” “Siapkan aku makanan! Jangan banyak bicara.” Pria itu pergi meninggalkan Aisha sendirian setelah menjawab demikian. Memang sudah benar-benar di luar dugaan kalau akan ditinggalkan seperti itu. Harusnya dia tidak ada kesibukan lagi hari ini. Tapi justru diminta untuk siapkan makan malam pria itu. Di dapur dia membuka kulkas dan lihat bahan-bahan persediaan terbatas. “Mas Devan mau dimasakin apa?” Pria itu menatapnya sebentar. “Terserah.” Jawaban itu tidak diinginkan ol
Sambil menggeliatkan tubuhnya setelah mendengar suara alarm untuk menyiapkan sarapan juga untuk siapkan semua kebutuhannya Devan untuk pergi ke kantor. Jadi, semalam dia belum sempat setrika kemeja pria itu. Pagi ini Aisha bangun lebih awal dibandingkan biasanya. Untuk siapkan semua kebutuhan sang majikan. Dia cuci muka, lalu menggosok gigi. Untuk itu dia pergi ke kamar dari majikannya mengambil kemeja yang akan disetrika dengan jasnya. Pria itu masih tidur sambil memeluk bantal gulingnya. Posisinya juga tetap sama kalau tidur. Miring ke kanan dan memeluk gulingnya. Posisi di mana semalam dilakukan oleh pria itu untuknya. Waktu Aisha mengambil kemeja itu dan kemudian keluar. Belum bisa bangunkan sang majikan untuk sekarang karena masih terlalu pagi. Selesai setrika pakaian. Aisha menaruh kemeja itu di ruang pakaiannya Devan. Perlahan dia mengguncang tubuh pria itu untuk dibangunkan. Aisha mencoba membangunkan dengan pelan. Sampai akhirnya Devan bangun saat Aisha ingat bahwa pria
Aisha pergi belanja ke supermarket setelah diperintahkan oleh Devan membeli banyak sekali keperluan untuk di rumah. Juga keperluan untuk dirinya sendiri diperbolehkan oleh Devan. Ketika dia ada di kasir. Satu keranjang penuh diletakkan di sebelahnya. “Bayarin Ayah!” Dia menoleh ke sebelahnya ketika dilihatnya sang ayah berdiri di sebelahnya. Pria itu santai sekali saat barangnya mulai di scan. “Ayah ngapain?” “Ya belanja. Kamu nggak pernah pulang. Kamu nggak pernah kasih Ayah uang. Nggak pernah pulang ke rumah nengokin Ayah sehat atau nggaknya.” Geram dengan jawaban sialan dari pria itu sampai membuat Aisha ingin mengumpat. Jujur saja dia benci sekali dengan ayahnya yang sekarang ini berada di dekatnya. Kalau saja bukan karena keramaian ini dan lihat begitu banyak orang yang memandangi mereka berdebat. Jujur ia tidak akan mau. Tapi begitu semua belanja dari pria itu sudah berhasil dijadikan satu setruk oleh kasir. Aisha hanya bisa diam. Keluar dari supermarket. Semua barang jug
Aisha bangun terlambat pagi ini karena harus melayani pria itu semalam beberapa kali. Akan tetapi dia ingat ucapan soal ibunya bertahan hanya demi anak-anak. Itu menyakitkan bagi Aisha. Tapi mengenai pekerjaan dia masih lebih tertarik bekerja di luar. Masih ada di dalam kamar. Devan yang sudah beranjak terlebih dahulu. Waktu Aisha memasang kembali pakaiannya. Devan keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah. “Mengenai ucapanku semalam soal pekerjaan. Pikirkan baik-baik. Aku punya perusahaan. Kalau kamu ingin mencoba, juga ingin memakai gelar kamu. Masuklah!” Aisha mengangkat kepalanya mendengar perkataan itu. “Tapi aku nggak mau cari asisten, kalau kamu mau di sana. Masuk saja. Kamu bisa ambil posisi sesuai jurusan kamu. Sesuai apa yang kamu bisa. Tapi urusan rumah tetap jadi urusan kamu juga. Jangan seperti orang yang saling kenal.” “Apakah Mas Devan perbolehkan aku bekerja?” “Kamu benar, kamu butuh karier dan juga pengalaman kerja untuk bisa cari pekerjaan
Devan menepati janjinya untuk membawa Aisha ke perusahaan. Dia tidak mau kalau sampai wanita itu melakukan kesalahan apa pun nantinya. Jadi, segala upaya telah dilakukan oleh Devan memenuhi kebutuhan Aisha.Di perusahaan Aisha ada di bagian data entry.Tidak mungkin juga dia biarkan Aisha bekerja pada perusahaan lain kalau masih bisa dibantu.Berkas di atas meja kerjanya telah selesai. Tapi Devan sedang menunggu orangtuanya yang katanya siang ini akan datang. Sedangkan Aisha pasti akan masuk ke dalam ruangan untuk membawakan makan siang itu. Berangkat bareng, makan siang bareng, pulang bareng dilakukan oleh Devan dan juga Aisha.Terdengar suara pintu diketuk kemudian Devan mengalihkan pandangannya dan melihat kalau orangtuanya datang juga. Beranjak dari kursi kerjanya menyambut kedua orang itu lalu meminta untuk duduk.Begitu orangtuanya duduk. Devan meminta untuk dibuatkan minuman pada anak buahnya. “Mama ke rumah kamu tadinya. Tapi kok sepi, ya?”“Aisha kan kerja, Ma.”“Dia berhenti