Barata tengah memimpin seluruh pejuangnya dan mengajari mereka untuk bertarung. Dia sama sekali tidak merasa kecewa dengan kinerja dari para pejuangnya. Barata mengerti bila mereka semua membutuhkan waktu untuk berkembang hingga mencapai kemampuan yang tinggi. Namun, dia tidak ingin mereka terlena dengan keadaan mereka, sehingga dia memberikan sebuah pengingat pada mereka jika saja mereka harus berlatih dengan keras agar potensi mereka terbuka.
Ketika dia sedang mengamati para pejuangnya berlatih dan melihat mereka berada dalam keadaan yang cukup menyedihkan karena rasa lelah yang menumpuk. Dia hanya tersenyum dan mengamati mereka kembali. Barata mengerti betul jika para pejuangnya ini masihlah manusia biasa yang tak pernah menerima pelatihan semacam ini sehingga di saat mereka menerima latihan yang kuat, mereka tak mampu menahannya dengan benar.“Betapa menyedihkannya situasi kalian. Berlatih sekeras ini saja kalian tidak mampu melewatinya apalagi meKetika dia melihat sosok itu mengerahkan seluruh zombienya dan memerintahkannya untuk menyerang pasukannya. Barata benar-benar merasa geram. Dia tidak senang dengan situasi yang ada saat ini. Barata memahami kekuatan zombie dengan baik, dan mengetahui seberapa besar ancaman yang dibawa olehnya, apalagi dengan jumlah zombie sebanyak ini. Sudah pasti, ancaman mereka meningkat dengan jauh.Barata mengerti situasi yang dia hadapi saat ini benar-benar berbahaya, dan sangat mengancam keberlangsungan hidup kelompoknya. Dia tidak bisa merasa tenang ketika pandangannya tertuju pada zombie-zombie yang berada di tempat itu. Zombie-zombie itu benar-benar berbeda, mereka tampak lebih liar dan bernafsu daripada zombie yang pernah dia hadapi. Barata tidak mengerti dengan keadaan zombie-zombie tersebut karena ini adalah kali pertama dia melihatnya.Zombie-zombie itu bergegas ke arahnya dan mengaum bagaikan binatang buas yang kelaparan. Sungguh mereka tampak begitu menakutk
Sopo Barungan yang terus menembakkan anak panahnya dan dia terus membuat zombie-zombie itu jatuh bergelimpangan ke tanah. Mereka memiliki anak panah di kepalanya. Sopo Barungan tidak pernah kekurangan anak panah karena anak panahnya selalu di isi kembali. Saat dia fokus menghancurkan zombie-zombie itu serta mengawasi Supono serta Surip yang memimpin para pejuang perisai, tiba-tiba saja pandangannya tertarik ke arah Barata.“Keparat!! Apa-apaan makhluk itu? Dari mana datangnya makhluk semengerikan itu? Bagaimana bisa zombie setinggi dan sebesar itu? Apa pak tua itu baik-baik saja? Tidak mungkin menghadapi makhluk sebesar itu tanpa persiapan yang matang, dan lagi pertarungan ini terjadi di dalam wilayahnya sendiri. Aku harap kau bisa menahannya pak tua sampai aku menghabisi zombie-zombie keparat ini,” ucap Sopo Barungan dengan lirihnya.Dia juga mengarahkan para pemanah untuk terus menembakkan panahnya. Dia belum menggunakan teknik {Panah Angin Pe
Barata bergegas menghampiri para pejuangnya, walaupun dia sedikit terhuyung-huyung. Dia berlari sekuat tenaganya, dan dia segera memeriksa mereka semua. Barata melihat para pejuangnya terluka akibat pertarungan sebelumnya serta ledakan yang terjadi beberapa saat lalu. Ketika dia melihat keadaan mereka, terbesit amarah dan rasa kekecewaan. Dia kecewa terhadap dirinya sendiri karena terlalu banyak berpikir dan mengkhawatirkan suatu hal yang belum terjadi.Pada saat dia melihat kondisi para pejuangnya lantas Sopo Barungan, Surip, dan Supono. Barata benar-benar tidak menyangka mereka akan terluka cukup parah, terutama Sopo Barungan. Dia segera kembali dan memanggil orang-orang untuk membawa semua pejuangnya kembali ke gua. Mereka tak memiliki seorang ahli pengobatan ataupun tabib. Namun, untuk membalut luka mereka masih mampu.Bowo yang datang bersama dengan para penduduk terkejut saat melihat kondisi di medan pertempuran. Mereka tidak pernah membayangkan bila
Tiga hari setelah pertarungan tak biasa itu, Barata menatap area gua yang sudah berubah total. Dia sama sekali tidak merasa senang ataupun buruk dengan perubahan ini, dia malah berpikir tentang keberadaan sosok yang melancarkan serangan itu. Menjadi kelinci percobaan bukanlah sesuatu yang menyenangkan dan kali ini dia merasakannya secara nyata.Barata sangat yakin bila pria itu pasti akan kembali ke Lembah Kehidupan suatu hari nanti. Jadi, setelah dia melihat perubahan di gua, dia memutuskan untuk pergi ke permukaan seorang diri dan meninggalkan mereka semua. Dia sudah menetapkan tujuannya untuk menjelajah area di sekitar Lembah Kehidupan untuk mencari sesuatu yang berharga.Namun, sebelum di pergi meninggalkan Lembah Kehidupan. Barata menemui Bowo dan memberikan beberapa pengingat padanya untuk segera menyelesaikan segala infrastruktur yang hendak mereka bangun. Barata juga memberitahunya jika dia tidak tahu akan sampai kapan dia berada di permukaan. Dia s
“Apa itu?” Barata terkejut dengan apa yang dia lihat.Dia tidak menyangka akan melihat makhluk yang sangat aneh dan tidak biasa. Tubuhnya terlihat seperti babi hutan seberat 200 kg, tapi keempat kakinya lebih panjang dari kebanyakan babi hutan yang dia kenal, dan setiap kaki itu terdapat cakar yang tajam, di mana ketajamannya mengalahkan besi. Selain itu, ada sesuatu di pundak makhluk tersebut, dan kepalanya lebih condong ke singa dari pada babi.Barata terdiam dan tak bisa berkata-kata dengan apa yang dia lihat karena makhluk itu membantai orang-orang dan menyantapnya. Dia mengetahui semua itu dari potongan-potongan tubuh yang tercecer dan organ dalam manusia yang tersebar di berbagai tempat. Pemandangan itu begitu mengerikan sekaligus menjijikkan. Bagi orang biasa, mereka pasti akan mengeluarkan apa yang mereka makan tatkala melihat pemandangan tersebut. Namun, Barata terlihat biasa saja.“Apa makhluk itu monster? Tapi kenap
Walaupun serangannya tidak memberikan hasil, Barata tidak menyerah, dan dia menyerang Cangkirang dengan lebih intens dan agresif lagi. Dia mengerti seberapa besar ancaman dan kekuatan yang dimiliki oleh makhluk ini. Hanya dengan raungannya saja dia bisa dipukul mundur. Barata tidak terlalu memikirkan risiko yang akan dia terima karena dia sudah tahu potensi malapetaka yang dibawa oleh makhluk ini.“Manusia, jangan berpikir kau sudah memahami teror yang dibawa olehnya. Kau hanya melihat sebagian kecil kekuatan yang dimilikinya. Hanya karena kau mampu menahan raungannya tidak berarti kau bisa mengalahkannya. Dia berada di atasmu, dan kekuatannya jauh melampaui apa yang kau bayangkan.” Suara sensual itu kembali muncul dan menggoda Barata.Roh Pusaka Batu Api tak berani berbicara saat Roh Pusaka Kalimedeni membuka mulutnya. Barata yang mendengarnya benar-benar merasa geram. Dia merasa sedang ditonton dan dilecehkan oleh Sang Ratu. Di benaknya tercet
Di saat Barata berdiri dan hendak menyerang makhluk itu kembali. Dia melihat bila makhluk itu sudah berhenti bergerak sembari terbaring dan darah keliar dari lehernya. Barata melihat makhluk itu meregang nyawa dan tubuh makhluk itu kejang-kejang ketika darah menyembur keluar dari lehernya. Dia menatapnya lekat-lekat dan tidak membiarkan pemandangan itu hilang dari pandangannya.“Uhuk!! Sial!! Ini sakit sekali. Kekuatannya benar-benar mengerikan, semoga saja makhluk bernama Cangkirang ini hanya ada satu saja. Kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana situasi di luar sana. Sial sekali!! Bagaimana aku bisa sesial ini?” Barata bertanya-tanya ketika dia memegangi dadanya yang terasa nyeri. Dia tidak bergegas menghampiri makhluk tersebut, dia mengatur nafasnya terlebih dahulu dan menenangkan dirinya.Barata yang merasakan rasa nyeri di dadanya berangsur-angsur berkurang, dia menunjukkan sebuah senyum yang tak biasa, dan mendekati makhluk itu. Di dalam pik
Barata tidak menyangka jika pria itu akan memiliki sebuah pusaka. Memang sabit yang di bawa pria itu terlihat berbeda dari sabit pada umumnya. Di pegangannya sendiri terlihat memiliki sebuah ukiran yang tidak biasa. Barata merasakan ada hembusan angin yang kuat ketika dia menghindari serangan pria itu. Saat ini, dia mulai merasakan adanya peningkatan kekuatan pada pria tersebut.“Sial!! Dia mampu mengontrol angin. Sabit itu pasti sebuah pusaka dengan kekuatan angin. Sekarang, bagaimana caraku mengalahkannya. Selain itu, aku tidak menyangka dia akan memiliki sebuah pusaka. Apakah mendapatkan pusaka itu sebegitu mudahnya? Aku sudah melihat tiga orang yang menggunakan pusaka. Jika aku bisa merebut pusaka itu, pasti kekuatanku akan bertambah kuat lagi,” gumam Barata ketika dia melihat lawannya melayangkan serangan lain.Sabit di tangan pria itu melepaskan gelombang angin berbentuk bulan sabit ke arah Barata. Setiap gelombang angin itu mampu memotong