Mike sedikit merubah posisi duduknya dan menghadap lurus ke arah Mansa mencoba untuk lebih serius membahas kejadian yang baru saja terjadi menimpa Mansa. “Apa kamu bisa ingat dengan jelas tentang apa yang terjadi?” Untuk sesaat Mansa terdiam mencoba merunutkan urutan kejadian peristiwa itu sejauh mana dia bisa kembali mereview semuanya. “Aku ingat mereka membuang HPku.” Sedikit ekspresi Mike berubah mendengarnya. Sekarang dia sadar kenapa tiba-tiba sinyal HP Mansa yang mereka lacak waktu itu sempat berhenti di suatu titik. “Ya, kami menemukan HPmu di jalan.”“Tapi sudah hancur, mungkin tergiling mobil.”“Jadi kami biarkan saja.” Setelah mendengar itu, Mansa kembali mencoba mengingat-ingat kejadian setelahnya. Dia bercerita bagaimana orang-orang tersebut berusaha membuatnya pingsan dan seberapa paniknya Mansa berusaha menahan nafas agar tidak menghirup cloroform itu. “Tapi setelah itu, ingatanku agak...” terlihat Mansa mulai kebingungan.“Entahlah, aku hanya ingat tentang cahay
Terlalu lama beristirahat, Mansa menyadari bahwa tubuhnya menjadi semakin lemah. Dia memutuskan untuk memulihkan level fitnesnya dengan berolahraga. Suatu ketika, dia jadi tertarik untuk menapaki tangga kecil di perbukitan di sepanjang pipa air PLTA yang sudah tak lagi beroperasi. Seperti merasa belum lelah setelah jogging ringan, dia mencoba untuk mendaki tangga tersebut. Ada kepuasan terasa begitu dia sampai di atas. Meski lelah, udara segar terasa begitu nikmat baginya. “Wah.., andai sekarang ada segalas air, mungkin akan lebih nikmat” gumamnya. Dia kembali bergegas turun dan sedikit berlari menuju sebuah kios kecil untuk membeli isotonik. Sengaja dipilihnya yang dingin, pikirnya mungkin akan lebih terasa nikmat jika ia kembali menapaki tangga tersebut dan meminumnya di atas sana. Pada hari-hari berikutnya, Mansa jadi ketagihan dengan rutinitas tersebut. Lama-kelamaan dia jadi tertantang untuk menguji batas kemampuannya. Di minggu pertama, dia berhasil menapaki tangga hingga 5
“Eh, Rifdy curang.” “Iya, aku juga lihat kamu sengaja menggeser posisi kelerengmu tadi.” “Mana ada!” seru bocah itu membantah. “Kamu kebanyakan gaya. Kenapa tidak main saja sendirian.” “Ya, mana asyik kalau curang begitu.” “Iya, iya! Awas, sekarang giliranku” Setelah mengabaikan satu orang temannya, bocah-bocah yang lain kembali melanjutkan permainan mereka. Beberapa kali mereka menjentikkan kelereng, membuat mereka terus berpindah ke arah hilir sungai memburu kelereng gundu satu sama lainnya. “Lho?! Rifdy tadi kemana? Apa dia pulang?” “Mana mungkin. Kan kalau pulang harusnya dia jalannya ke sini.” “Rifdy!! Riiifdy!!! Jangan ngambek gitu, keluar lah!!!” “Kemana perginya? Si Rifdy tadi??!” “RiiifDy?!!!” Senja sudah cukup lama bergelantungan di ufuk barat. Mansa sempat terpikir untuk mengajak Mike ikut dengannya, namun Mike belum juga datang. Mansa duduk-duduk di teras seperti tak sabaran menantikan dua orang pemuda penjaga keramba ikan yang sore tadi diajaknya. Perbekalan,
Di situ Mike mencoba mengamati daerah sekitar. Melihat caranya mengamati, warga yang lain jadi terdiam penasaran. Ketika Mike bergerak ke arah mereka, orang-orang itu langsung saja menjauh tanpa sedikitpun kata-kata keluar dari Mike. Setelah cukup lama memperhatikan, Mike memanggil Mansa. “Sebelumnya aku ingin memastikan,” ujar Mike“Apa mereka yakin anak ini benar-benar hilangnya di hutan?” “Entahlah,” jawab mansa sedikit nampak ragu.
Sementara itu, Mansa menganggap reaksi Mike itu seperti dia penasaran. Berhubung Mike bukan penduduk asli Mansa mencoba untuk sedikit bercerita soal mitos daerah itu yang mungkin tidak pernah didengar Mike sebelumnya“Ada cerita yang berkambang tentang orang bunian yang suka membuat orang tersesat ke dalam hutan. Bahkan ada yang bilang, orang bunian ini menyembunyikan mereka ke dunia lain. Sehingga akan terasa mustahil orang-orang yang hilang karena ini untuk bisa ditemukan kembali.”Meski terdengar menarik, tapi Mike sejatinya berusaha menyembunyikan tanggapan konyolnya itu dan mencoba menaggapi cerita tersebut sedatar mungkin.“Waah, kalau itu memang benar ada, aku rasa dengan mata inipun, kira-kira apa aku bisa menemukannya yaa? Dunia lain itu?!”Mike terlihat sedikit penasaran meski sejatinya dia tidak terlalu mempercayai akan keberadaan dunia lain tersebut. Tapi kemudian seperti memahami sesuatu yang janggal, tiba-tiba Mike mencoba menarik perhatian tiga orang tesebut dengan ekspr
Mansa merasa cemas, apa mungkin anak yang sedang tergeletak di dekat pohon besar itu adalah keponakan Anjang yang sedang mereka cari. Namun Mansa sama sekali tidak pernah melihat kedua anak aneh itu sebelumnya. Lagi pula, bentuk tubuh mereka sama sekali tidak normal.Kalau benar anak yang tergeletak di tanah itu adalah keponakan Anjang, justru itu membuat Mansa menjadi semakin tidak tenang membayangkan kemungkinan buruknya.Seperti tak jelas juga harus mengapa, sementara dua anak aneh itu sudah menyadari kedatangan Mansa. Tanpa pikir panjang, Mansa berusaha memanggil Mike sejadi-jadinya.“Miike!”Anehnya, suara Mansa begitu tertahan seperti tak kuasa untuk berteriak. Tapi karena begitu mencemaskan keadaan anak kecil yang tergelatak itu, Mansa memaksakan dirinya.“Miiiikkke!!!”Dua anak aneh itu tiba-tiba nampak kecewa melihat respon Mansa. Terlihat mereka menarik kembali tangan yang sebelumnya mereka ulurkan. Alih-alih marah, mereka justru terlihat sedih dan itu memancing perubahan sik
Sudah hampir tengah malam, beberapa potong ayam dengan bumbu kuning kental yang sengaja disiapkan ibu Mansa masih mejeng di teras rumah beserta peralatan lainnya. Ibu Mansa duduk sendirian di teras tersebut menunggu Mansa dan Mike yang tak kunjung kembali.“Apa acaranya ga jadi?!” ibu Mansa bergumam sendirian.“Malah arangnya belum disiapkan lagi.”Ibu Mansa awalnya cukup senang ada orang yang mau menemani anaknya karena itu sangat jarang terjadi dalam kehidupan Mansa. Tidak ingin acara itu batal, ditumpuknya batok kelapa untuk di bakarnya.Setelah tertumpuk tinggi, langsung saja dibakarnya batok kelapa kering itu. Sesekali api menyeruak karena gas yang keluar dari batok kelapa membuat tumpukan batok kelapa yang sudah susah payah disusun rapi menjadi ambruk. Hal itu sukses memecah lamunannya.“Pada hal lagi kepengen juga nyicipi ikan bakar” gumamnya nampak kecewa. Sementara itu, Mike dan Mansa masih berada di dalam hutan setelah baru saja berhasil menemukan keponakan Anjang yang terse
Mansa masih penasaran dengan sensasi yang dia rasakan dari penampakan di dalam hutan.“Kenapa rasanya begitu familiar?” gumamnya pelan.“Kau mengatakan sesuatu?” tanya Mike.“Oh, bukan apa-apa” jawab Mansa singkat.“Dari tadi kau bersikap aneh. Ya sudah, aku duluan,” serunya mengabaikan Mansa.Akhirnya Mike meninggalkan Mansa untuk bergegas kembali ke rumah.Mansa yang ditinggal sendiri kembali larut dalam pikiran hanyut oleh suara gemericik air sungai di dekat pintu irigasi. Perasaan nyaman yang menyelimutinya membuatnya ingat akan sesuatu.“Benar juga, perasaan familiar itu, mirip seperti yang kurasakan di kelas. Tapi mereka tadi terlihat begitu nyata dan sensasinya begitu kuat.”“Sebenarnya apa mereka tadi?”Meski aneh, Mansa merasa nyaman dengan perasaan itu. Dalam perasaan damai, Mansa menyadari ada sesuatu yang lain dengan dirinya. Sekarang dia terdiam terpana menatap tangannya, lalu memperhatikan tubuhnya. Semakin dia mencoba untuk mengingat sensasi itu, semakin dia menyadari b