Gadis pirang berkulit karamel menari lincah di atas surfboard, menguasai ombak, diiringi deburan riak air dan desau angin. Harmoni lautan yang indah. Gerakannya selaras dengan ritme ombak. Mempesona.
Mata platinum mengawasi dari kejauhan. Memandang takjub pada sosok pirang di atas ombak. Tanpa disadari, mata platinum itu pun ikut bergerak perlahan, mengikuti gerakan bocah pirang. Rambut abu-abu bergoyang seirama terpaan angin. Sementara tubuhnya tegak mematung, menantang angin laut.
Lalu tiba-tiba penari ombak menghilang dalam gulungan air.
Mata platinum membelalak, menyisir riak yang timbul dari ombak yang pecah. Sedikit cemas, ketika sosok pirang hilang dari pandangan. Namun, itu tak berlangsung lama. Ia kembali merasa lega ketika sosok pirang muncul ke permukaan dengan kedua tangannya mengayuh. Gadis itu berenang di atas surfboard.
Pada saat itu, Kenneth memikirkan sesuatu. Bagaimana bisa ia melewatkan semua ini? Mengaku meny
Dari sebuah lemari file, Veronica mengambil sebuah map dengan nama Nicky tertulis pada bagian depan map.Laluia bergeser pada lemari file lain di samping lemari file pertama, mengeluarkan sebuah formulir dan menjepitkan formulir itu pada sebuah notepad. Ia kemudian duduk di sebuah sofa single. Sama halnya dengan Nicky yang juga duduk pada sebuah sofa single. Keduanya duduk santai menghadap sebuah meja. Veronica membaca dengan teliti setiap rincian tentang Nicky yang tertulis di dalam file yang tersimpan dalam map, yang saat ini ada di tangannya. "Trauma, PTSD, paranoid, amnesia, claustrophobia¹ ... Wow ... kau sungguh kuat bisa menghadapi semuanya sekaligus." Map itu kemudian ia letakkan di meja. Selanjutnya ia bersiap menulis pada formulir. "Ya, Kenny dan dr. Johnson membantuku melewati semuanya." "Empat tahun kau tidak melakukan kunjungan." Tidak ada intonasi sama sekali, apal
Kenneth berdiri di bawah papan reklame dengan kepala tertunduk. Ia berdiri di sana selama beberapa menit hingga sebuah SUV hitam berhenti di depannya. Setelah Kenneth masuk, mobil itu kembali melaju. Pria dengan rambut berwarna biru mengemudikan mobil itu. Ia mengenakan setelan formal lengkap. "Aku belum berhasil meyakinkan pihak kepolisian untuk memberikan kasus Underzone padaku. Mereka menjanjikan tenggat waktu besok. Kita mungkin harus menghadapi DEA," papar Yuri si rambut biru—yang memiliki sandi 'Blue' pada kontak tak langsung. Matanya terus awas ke depan, pada jalanan yang mereka lalui. Sesekali ia memperhatikan petunjuk arah. "Kau tidak perlu khawatir soal itu. Aku bisa menggunakan partnerku di SAPD untuk mengorek informasi terkait Underzone." Kenneth menjeda. Dan sama halnya dengan Yuri, matanya awas pada jalanan. "Akan ada taruhan besok, tidak jauh dari sini." "Lakukan dengan baik. Lalu, apa kau sudah membuka file dari Blake?" "Sudah. Kau belum membukanya?" "Belum. Brend
Aaron meyeret kaki menuruni tangga. Tak hanya kaki, matanya juga berat. Kedua mata sipit pria itu berkantung. Berbeda dengan matanya, mulut Aaron malah menganga lebar. Rakus memasok oksigen untuk paru-paru. "Pahi, Kheenh ...." sapanya sambil menguap. Kenneth menghentikan pekerjaannya sejenak dan menoleh pada arah suara. "Pagi, Aaron. Kau terlihat kacau sekali," sapa saudara palsu Aaron yang saat ini sedang menyiapkan sarapan. Pria itu sedang membuat omlet. Tangannya cekatan mengocok telur dan menuangkannya ke wajan. Omlet pertama telah tersaji di sebuah piring bersama dengan dua potong sosis. Sementara menunggu omlet kedua matang, ia memotong-motong apel. "Pagi." Aaron mengambil sebuah gelas dari rak di lemari gantung, lalu mengisinya dengan air dari dispenser. "Tiga hari ini aku kurang tidur. Bahkan dalam 48 jam terakhir aku baru tidur 3 jam semalam. Gara-gara adikmu itu. Sampai kapan dia akan terus berulah?" Kenneth terkekeh remeh. "Kau pernah mengatakan ingin punya adik seperti d
Kenneth mencari Aaron di ruangannya. Saudaranya itu memang ada di sana sedang duduk berkutat dengan beberapa draft hasil investigasi kasus Gloria-Underzone. "Aaron ...!" "Kenneth, kau masih di sini?!" Aaron terkejut mendengar suara Kenneth yang tiba-tiba ada di ruangannya. "Sebaiknya cepat tinggalkan tempat ini! Ini bukan tempatmu." Kenneth duduk di kursi yang biasa ditempati oleh Zac. "Aku tahu. Aaron, berikan saja informasi itu padaku." Aaron memutar kursinya menghadap Kenneth. "Tidak, Kenneth." "Aaron, ayolah ...." "Jangan keras kepala." "Kau tahu aku tidak punya pilihan." Kenneth membuat gestur random. "Begini, kauberikan informasimu padaku, kita bekerja sama dan selesaikan ini dengan cepat." "Kau mengatakannya seolah ini pekerjaan mudah." "Itulah, ini tidak akan mudah! Tidak bagiku, tidak juga bagimu." Kenneth menunjuk dada Aaron. "Ada Nicky yang harus kaujaga. Kau punya titik lemah. Apa kau pernah memikirkan Nicky jika sampai terjadi sesuatu padamu? Lebih buruk, bagaima
Seperti biasa, ketika menjemput Nicky, Kenneth datang sepuluh menit lebih awal. Selagi menunggu, ia duduk di atas kap mesin sambil mengutak-atik ponsel. Kenneth membuka sebuah ruang chat dengan kontak bernama 'Kevin's Mom' pada ponsel B. [Ada kabar positif tentang ayah Kevin] bunyi pesan yang Kenneth kirim. Beberapa menit kemudian ia mendapat balasan.[Kabar apa?] [Aku bertemu seseorang yang sedang mencari keberadannya] [Siapa?] [Partnernya] [Dia masih hidup?] [Ya. Aku akan terus mengabarimu] [Terima kasih] Kenneth memasukkan ponselnya ke dalam saku kemeja. . . Di koridor di depan kelas, Sarah Stanley, guru Bahasa Spanyol berkacamata 'Lisa Loeb' menatap nanar pada ponsel. Ia kemudian mematikan layar ponselnya dan memasukkan benda itu ke saku dalam blazer. Ia kembali ke kelas. "Ini pertemuan terakhir kita sebelum liburan musim pan
Evo hitam putih berhenti di depan pintu belakang D-Autowork. Bengkel itu sudah tutup untuk semua pelanggannya, semua pegawai Dong-woo juga sudah pulang. Saatnya Tim D-Autowork untuk mengisi malam mereka di sana. Kenneth meraih tangan Nicky dan menggenggamnya lembut. Ia tersenyum, meski sesungguhnya ingin berteriak atas setiap penderitaan yang harus dialami oleh adiknya. "Kita akan menemukan jalan keluar untukmu." Nicky menoleh pada Kenneth. Ia mengangguk sembari tersenyum kecil. Sebuah senyum untuk membalut luka yang mungkin tak akan pernah sembuh. "Berikan tinjumu." Kenneth mengulurkan tangannya yang lain dengan mengepal. Nicky membalas kepalan tangan itu. Tos tinju itu mereka buat untuk mengembalikan semangat Nicky. Kakak beradik itu pun keluar dari mobil dan berjalan memasuki bengkel. Kedatangan Kenneth dan Nicky di bengkel disambut oleh tiga sedan sport yang masing-masing kap mesinnya terbuka. Dong-woo sedang mengerjakan The Fair L
"Tidak." Namun, penolakan itulah yang akhirnya Kenneth katakan. "Ayolah, katakan saja! Mungkin aku bisa membantumu lebih dekat dengannya. Kali ini aku bisa menerima jika dimanfaatkan, asal kau serius dengan ucapanmu." "Tidak." "Kenny ...!" Kenneth memijit pangkal hidung, memikirkan cara agar adiknya itu berhenti mendesak. "Oke, kuberi petunjuk terakhir. Dia berambut pirang dan kau mengenalnya dengan baik." Ia merasa serba salah sendiri. Nicky memikirkan sosok gadis dengan semua ciri yang Kenneth sebutkan—siswi St. Angelo Highschool, mandiri tetapi juga manja, cantik atau manis, seksi, pirang, dan Nicky mengenalnya dengan baik—, ia pun mendapat satu kesimpulan. "Apa?! Jadi kau menyukai Irina?!" Spontan Nicky menegakkan badan dan mendekatkan wajahnya pada Kenneth. Ia marah. "Cari saja yang lain! Ada banyak gadis yang belum punya pacar. Jangan merusak hubungan Irina dengan Sam!" Ia menekan ucapannya. Kenneth mendesah dan menggeleng. Ia bi
Dua detik setelah meninggalkan garis start, Fair Lady meninggalkan Corvette, membuat gap yang cukup lebar. Para fanatik Kenneth bersorak. Terlebih para gadis, mereka histeris meneriakkan nama idolanya. Sebuah drone yang mengudara mengikuti pergerakan kedua mobil menyiarkan balapan secara langsung di sebuah kanal streaming video. Antusiasme di luar arena pun luar biasa. Ribuan respon membanjiri kanal itu hanya dalam hitungan detik. Di antara penikmat siaran langsung itu adalah Nicky dan kedua temannya. Mereka menonton siaran itu melalui laptop Kevin dalam perjalan menuju rumah Kevin. Charlie rela menepikan mobil demi menonton siaran itu. "Aku akan sangat puas kalau Kenny berhasil melibas Corvette itu." Mata Nicky nyaris tak berkedip. Ia tak akan lupa dengan mobil yang telah memprovokasinya hingga berujung ia merasakan diborgol dan diperlakukan layaknya kriminal. Sementara semua penonton bersorak mengelukan jagoannya masing-ma