Share

9. Isi hati David.

Setelah seharian berkeliling, akhirnya mereka pulang kerumah. Tentunya, 4 pasang mata yang melihat kedatangan mereka sangat tidak suka.

Melihat itu, Monica pergi ke kamarnya di susul Ibu Widya

"Hei, gak usah galau"

"Oma, aku lebih baik kembali ke Sidney. Ada tawaran job model disana. Setidaknya, aku juga bisa move on dari Jee" kata Monica sambil berlinangan air mata

Mendengar hal itu, ada rasa tak enak dihati Ibu Widya. Dia tau betul bagaimana Monica sangat menyukai Jee Sedari dulu.

"Kamu gak usah galau begitu, perlahan kita akan membuat gadis miskin itu gak betah dirumah ini"

Monica mengangguk. Berharap apa yang dikatakan Omanya benar.

"Aku mau ke dapur dulu"

"untuk apa?"

"buatin kamu nasi goreng spesial"

Femi membuatkannya nasi goreng putih dengan bumbu seadanya khas nasi goreng jaman dulu. Padahal di dapur, ada banyak bumbu yang lengkap dan banyak.

Setelah selesai, dia meletakkan 2 piring nasi goreng itu diatas meja. Tidak lupa dengan 2 gelas air jeruk dingin.

"Jee mari makan!" Tawar Femi, yang dibalas anggukan Jee.

Melihat bentuk nasi gorengnya yang sangat sederhana sekali, Jee merasa tak tertarik untuk mencobanya.

"Coba dulu, kamu pasti ketagihan" senyum Femi, lalu menyiapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya

Melihat Femi makan dengan lahapnya, Jee meneguk ludahnya. Seperti ada dorongan untuk mencobanya, tapi gengsi.

Femi kesal, lalu menyuapkan sesendok nasi ke mulut Jee. Awalnya Jee menolak, tapi karna di paksa Femi, akhirnya masuk juga

"Enakkan? Aku dulu dan bapakku sering makan ini. Ini sudah termasuk makanan mewah. Biasanya makan sama garam, kalau beruntung sama kecap" kata Femi

Jee tersentuh mendengarnya. Tapi, dia lebih memilih fokus menghabiskan makanannya. Enak! Batin Jee. Persis buatan ibunya dulu sewaktu Jee masih kecil.

Tak terasa sepiring nasi sudah dihabiskan. Merasa kenyang, Jee ke kamarnya di ikuti Femi. Tapi sebelum itu, Femi mencuci bekas peralatannya dengan Jee.

Jee membuang kemejanya kesembarang arah. Femi hanya menggeleng, lalu memungut pakaiannya. Memasukkan kedalam mesin cuci.

"Ngapain Lo?  Kan udah ada pelayan!"

"Tak masalah, hanya dua potong pakaian" jawab Femi.

Jee memperhatikan Femi dari jauh. Femi orang yang baik. Baru kali ini, dia menemukan gadis perawan. Bukan hanya polos, dia juga sangat penurut.

Teringat kejadian barusan, saat Femi memotong jari di kukunya. Terlihat jelas, bentuk wajahnya yang sangat sempurna. Terbayang akan wajahnya, membuat gairahnya muncul kembali. 

Jee memanggil Femi untuk segera mendekat. Di pangkunya Femi, dan Jee mencium setiak lekuk lehernya. Hingga akhirnya, mereka tenggelam dalam nafsu.

David berkeliling didalam rumah Jee. Mencari sosok Femi namun tak di temuinya. Melihat kebingungan itu, Monica segera mendekat.

"Jee dikamar"

"Gue gak cari Jee" jawab David melihat sekelilingnya. Dia hendak bertanya pada seisi rumah, tapi malu

"biar gue tebak. Cari cewek kampungan itu?"

David menoleh, mengarah ke Monica.

"Namanya Feminin."

"Terserah mau siapa namanya!!"

"Iya gue cari Femi, dimana dia?"

"Di check out bos lo. Lagian gue heran, apa sih kelebihan perempuan pembawa sial itu. Banyak banget yang kejar kejar. Mendingan gue, pinter, berbakat, cantik, badan bagus, berkarir!!" Jawab Monica meninggalkan David seorang diri.

David menggelengkan kepala, mendengar perkataan Monica.

'Iri bilang bos!' gumam David

Sebenarnya, hari ini dia mau mengajak Femi jalan jalan sebentar diluar. Hanya sekedar nonton bareng. Tapi melihat seharian ini dia bersama Jee. David merasa tak enak.

"Dave, ngapain Lo ke mari?" Tanya Jee tiba tiba muncul dihadapannya

"Ngagetin gue aja lo!"

Jee datang bersama Femi. Terlihat, ada bekas merah di daerah dada milik Femi. Hati David begitu perih, ternyata Femi sudah dinikmati jee. Bukan perkara David tak menerima. Hanya saja, David cemburu.

"Gak ada, gue balik dulu" jawab David.

David berjalan menuju taman, di dudukinya kursi yang setengah basah akibat gerimis

Baru David sadari, ternyata dirinya menyukai Femi. Keceriaannya, kepolosannya, mampu mencuri hatinya saat ini. Dia hanya bisa berdoa, semoga Femi merasakan hal yang sama meski dia terikat pernikahan palsu dengan bosnya.

"David" sapa Femi yang sudah berdiri di belakangnya

David tak menggubris, dia tengah sibuk menata hatinya

"Boleh aku duduk di sini?" Tanya Femi. David mengangguk setuju

Bintang bintang berserakan di atas langit memancarkan cahayanya.

"Kamu.. Sudah ber intim dengan Jee" tanya David memecah keheningan.

Femi hanya mengangguk, membenarkan jawabannya

"Waktu itu, Jee marah melihat fotoku bersama pria lain. Dia memaksaku, rasanya sakit sekali. Dia melakukannya tanpa kelembutan. Tapi setelah selesai, dia sadar ada noda darah di seprai. Barulah dia percaya tanpa aku jelasin"

David memejamkan matanya. Tak bisa dibayangkan, betapa Femi merasakan sakit yang begitu perih apalagi dalam posisi masih perawan.

"Dimana Jee sekarang?"

"Oma meminta Jee mengantarkan Monica ke klinik sebentar. Monica sakit"

"Sakit? Barusan aku liat dia sehat sehat saja!!"

"Sakitnya perempuan!" Terang Femi

David tak mengerti, tapi dia seolah paham. Agar dirinya tak terlihat bodoh dihadapan Femi.

"Mau coklat panas?" Tawar David.

Femi mengangguk setuju. David tersenyum senang. Tak salah, dia menawarkan minuman hangat di saat cuaca malam dingin seperti ini.

Setelah selesai, dia membawa dua cangkir coklat panas ke taman.

"Terima kasih banyak" kata Femi sembari meminum buatan David.

Femi sangat menikmatinya. Membuat David sedikit bahagia. Seteguk demi seteguk Femi meminumnya. Dilepaskannya mulutnya dari cangkir. Tak sadar, ada sedikit noda di ujung bibirnya.

Melihat itu, David gemas. Me lap mulut Femi dengan ibu jari  David.

Ada rasa kikuk diantara mereka. Terutama jantung David yang begitu berdebar.

"Terima kasih" kata Femi, mengatur suasana.

David salah tingkah, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal

"Sudah besar, tapi kayak anak anak kamu ini" David mengacak rambut kepala Femi yang hanya dibalas cengiran.

"Sudah malam, kembali ke kamarmu. Angin malam gak bagus buat kesehatan"

"Ay ay siap kapten!!" Kata Femi memberi hormat ke David. David hanya terkekeh geli melihat sikap konyol Femi.

Setelah berpamita, Femi meninggalkan David. David hanya bisa menatap punggung Femi yang perlahan menjauh darinya.

"Kapan Lo bisa pisah sama Jee? Atau kalian takkan berpisah selamanya?" Tanya David pelan agar tak di dengar orang orang.

David menghela nafasnya, namun di pintu sudah ada Ina yang memperhatikannya

"Cieee, Kak David cintanya bertepuk sebelah tangan" seru Ina yang membawa kemoceng

"Daripada kepo sama urusan orang, mending urusin kerjaan Lo biar cepat kelar" gerutu David

"Santai aja kali Kak. Memang sih, semut di seberang lautan nampak. Giliran gajah di depan mata malah tak terlihat" sindir Ina yang sebenarnya sudah lama menyukai David.

Mendengar hal itu, David geram. Segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Ina.

"Sadar juga Lo, Lo kayak gajah. Gajah bengkak!!" Kata David memberi tatapan tajam ke Ina.

Ina berdecak sebal, dilihatnya ke belakang. David berjalan menjauhinya

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status