Dua hari setelah kejadian penculikan, Carol menjaga Adrik bersama dengan Kimberly. Carol belum sama sekali memberi tahu ibu Adrik tentang keadaan Adrik yang kini berada di rumah sakit. Ya, Carol tidak mau membuat ibu Adrik menjadi panik. Itu kenapa Carol menunggu sampai Adrik siuman.“Carol, aku keluar sebentar, ya? Aku ingin menelepon pengasuh anak-anakku,” ucap Kimberly pelan seraya menatap Carol.Carol mengangguk. “Kim, kalau kau mau pulang tidak apa-apa. Anak-anakmu pasti membutuhkanmu.” Kimberly mengusap lengan Carol. “Kau tenang saja, Carol. Aku sudah meminta pengasuh menjaga dengan baik anak-anakku. Aku hanya ingin menelepon anak-anakku untuk memastikan keadaan mereka.”Carol tersenyum merespon ucapan Kimberly. Detik selanjutnya, Kimberly melangkah meninggalkan ruang rawat Adrik. Carol memang selalu ditemani oleh Kimberly. Fargo juga kerap datang, namun belakangan ini Fargo harus mengurus berita di media. Kekacauan yang terjadi telah tercium oleh media. Fargo tak hanya sendiri
Carol menatap sebuah kertas yang baru saja diantar oleh sang asisten. Sebuah kertas yang harus Fargo tanda tangani. Kertas itu adalah surat permintaan untuk berpisah. Ya, setelah apa yang telah terjadi, Carol tetap tak menghentikan proses perceraiannya dengan Fargo. Satu minggu telah berlalu. Carol sudah mendengar kabar kini Debora telah siuman. Hanya saja, Carol sudah tak lagi bertemu dengan Debora. Andrew lebih banyak diurus oleh Delano dan pengasuhnya. Sesekali, Carol mengirimkan mainan untuk Andrew agar Andrew tak merasa kesepian.Kabar masalah rumah tangganya, telah terdengar di telinga keluarga besarnya dan keluarga besar Fargo. Puncaknya kemarin, Fargo dihajar habis oleh ayahnya serta ayah sang suami. Tentu Fargo sama sekali tak melakukan perlawanan, karena memang apa yang telah Fargo lakukan salah. Para keluarga, sudah mendengar tentang Carol yang ingin bercerai dengan Fargo, tapi mereka semua meminta Carol untuk berpikir jernih sebelum bertindak. Karena bagaimanapun kondisi
Carol berdiri di balkon kamar, menatap langit malam yang nampak mendung. Tak ada bulan dan bintang sebagai penghias langit. Yang ada hanyalah awan gelap seolah memendung air yang sebentar lagi tumpah ke bumi. Langit seakan menggambarkan kondisi hati dan pikiran Carol saat ini. Kondisi yang mana telah benar-benar kacau layaknya piring pecah tak lagi bisa utuh seperti sedia kala.Mata Carol menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang jauh. Kemuraman melingkupi wanita itu. Sekeras apa pun, Carol untuk tegar, tapi tetap saja hatinya hancur dan rapuh. Carol bahkan sengaja meminta ibunya menjaga baik Arabella. Karena dia tak ingin Arabella melihatnya sedih. Carol tidak akan pernah menjadikan anak-anaknya sebagai alasan agar hubungannya dengam Fargo bertahan. Air mata Carol menetes jatuh membasahi pipinya, namun buru-buru Carol menyeka air matanya. Wanita itu tak mau tenggelam dalam kesesakan yang menyiksa dirinya. Sekeras apa pun, Carol berjuang tetap tidak akan mengubah apa ya
Berita tentang perceraian Fargo dan Carol telah terdengar oleh publik. Lagi dan lagi, Fargo menjadi topik pembahasan utama para media. Kasus perselingkuhan Fargo di masa lalu, masih kerap menjadi pembahasan, dan sekarang ditambah kasus percaian Fargo dengan Carol. Beberapa wartawan kerap mewawancarai pihak keluarga Fargo dan keluarga Carol, namun hingga detik ini keluarga Fargo dan Carol memilih untuk bungkam, tak sama sekali menjawab pertanyaan dari para wartawan. Tentu, keluarga Fargo dan Carol memilih untuk tidak bersuara, karena tak ingin memperkeruh suasana. Tidak ada yang bisa membujuk Carol. Bahkan kemarin, Cadey dan Kimberly sempat berbicara dengan Carol, membahas tentang masalah Carol dan Fargo, namun sayangnya tak berhasil. Carol meminta Cadey, Kimberly, bahkan semua pihak keluarga untuk tak ikut campur dalam keputusan yang telah dia buat.Menjelang sidang perceraian, Carol menitipkan Arabella pada orang tuanya saja. Pun orang tua Fargo juga turut menjaga Arabella bergan
Carol menatap cermin yang ada di hadapannya. Raut wajah Carol menunjukan jelas kemuraman dan kesedihan yang menyelimuti. Riasan di wajahnya sangat tipis bahkan nyaris tak terlihat. Mata sedikit sembab akibat tangis sepanjang malam.Tatapan Carol teralih pada cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang telah menemaninya bertahun-tahun lamanya. Carol menyentuh cincin pernikahannya itu. Matanya sudah berkaca-kaca hendak ingin meneteskan air mata. Namun, Carol segera menyeka air matanya agar tak berlinang.Ya, hari ini adalah hari di mana Carol akan melepas Fargo selamanya. Hati Carol selalu terluka membayangkan akan melepas Fargo. Akan tetapi, Carol menyadari bahwa tindakan yang diambilnya adalah yang paling terbaik. Bagi Carol, selamanya Fargo tak akan pernah bisa untuk berubah. Fargo tak pernah mau belajar dari kesalahan di masa lalu. Meskipun berat, tapi Carol harus tetap bisa merelakan bahwa memang takdir tak menakdirkan dirinya bersama dengan Fargo.Mata indah Ca
Carol tak menyangka akan keputusannya. Tepatnya di kala sang hakim hendak ingin mengetuk palu, hati Carol mendorong keras dirinya, seakan memberikan perintah untuk menghentikan semua itu. Ya, pada akhirnya ego dan perasaan yang menang adalah perasaan. Fakta membuktikan bahwa cinta Carol lebih kuat dari apa pun.Mungkin banyak orang di luar sana mengatakan bahwa Carol bodoh, karena tetap mencintai pria yang menorehkan luka padanya amat dalam. Namun, wanita itu sama sekali tak peduli akan pendapat orang tentangnya. Karena hati tak pernah bisa untuk berbohong.Saat ini Carol berada dalam pelukan Fargo. Belum ada kata yang Carol ataupun Faro ucap. Hanya pelukan hangat yang seakan menyalurkan rasa cinta mereka yang amat dalam. Setelah persidangan, Fargo membawa Carol pulang. Seluruh keluarga memberikan ruang untuk Carol dan Fargo berdua. Dua insan itu butuh waktu berdua demi mencairkan gunung es yang telah menyelimuti hubungan mereka.“Fargo, di mana putri kita??” Carol memulai percakapan,
“Fargo, ayo kita berangkat sekarang, Sayang. Daddy dan Mommy sudah menunggu kita.” Carol berucap seraya menyisir rambutnya. Pagi menyapa Carol sudah tampil cantik dengan midi dress motif bunga kecil-kecil.Fargo mendekat sambil memakai arlojinya. “Iya, Sayang. Tenanglah. Kita tidak akan terlambat. Pamanku dan Kimberly juga masih di jalan, mereka belum sampai di rumah orang tuaku.”Pagi ini, keluarga Carol dan keluarga Fargo berkumpul bersama. Itu kenapa Carol dan Fargo sibuk ingin bersiap-siap. Pun mereka juga tak sabar ingin bertemu Arabella. Sebelumnya memang Arabella cukup lama tinggal di orang tua Carol atau orang tua Fargo. Alasannya karena waktu itu Carol dan Fargo tengah mengurus proses cerai mereka. Baik Carol ataupun Fargo tak ingin sampai Arabella mengerti bahwa mereka memiliki masalah.Carol merapikan kerah baju sang suami. “Ya sudah kita berangkat sekarang. Aku merindukan putri kecil kita, Sayang.”Fargo menganggukan kepalanya, dan memberikan kecupan di bibir sang istri. D
Beberapa bulan berlalu …“Sayang, kenapa kau membelikanku ice cream cokelat? Aku sedang ingin ice cream vanilla.” Carol merajuk kesal pada Fargo yang membawakannya ice cream cokelat. Wanita itu melipat tangan di depan dada tepatnya di atas perut buncitnya. Bibirnya tertekuk seperti anak kecil yang tak dibelikan mainan.Fargo mengembuskan napas kasar. “Tadi kau hanya bilang ingin ice cream saja. Jadi aku memilih cokelat. Kau biasanya juga suka ice cream cokelat.”Fargo nyaris dibuat sakit kepala oleh keinginan Carol. Tadi istrinya itu ingin dirinya sendiri yang membelikan ice cream, setelah dirinya sudah membeli ice cream, tetap malah disalahkan. Padahal Fargo sudah memilih ice cream yang sering disukai istrinya itu.Bibir Carol kian menekuk. “Aku ingin ice cream vanilla. Aku tidak mau ice cream cokelat.”Fargo mengangguk memilih untuk mengalah. “Oke, aku akan membelikan lagi untukmu. Kau tunggu sebentar.” Lalu Fargo hendak pergi, namun Carol memeluk lengan Fargo, seakan tak membiarkan