Usai berpamitan dengan suaminya, Charlotte dan Alfred bergegas memasuki mobil SUV yang terpakir di garasi. Charlotte memilih duduk di kursi penumpang belakang, supaya wajahnya tidak terlihat jelas kalau dilihat dari kaca mobil depan. Selain itu, dirinya sudah terbiasa duduk di bagian ini dibandingkan di depan. Alfred melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata sambil menatap sistem navigasi pada layar LCD dasbor mobil menuju tempat tujuan. Di tengah perjalanan menuju ke tempat pertemuan, Charlotte duduk tertegun memandangi jendela sambil membayangkan apa yang akan terjadi saat pertemuan nantinya hingga dahinya sedikit berkerut.
“Apakah kau gugup, Charlotte?” tanya Alfred fokus menyetir mobil.
“Sebenarnya aku sedikit gugup sih dari tadi. Apalagi aku sudah lama tidak bertemu dengannya sekian lama.”
“Tenang saja, kau tidak perlu gugup. Nanti aku akan melindungimu bila terjadi sesuatu tidak terduga.”
“Aku tahu, kau pasti mengeluarkan jurus andalanmu.”
Usai melakukan pertemuan yang durasinya cukup lama hingga larut malam, Alfred dan Charlotte berpamitan sopan, lalu kembali menuju markas rahasianya. Beberapa saat kemudian, mereka berdua memasuki rumah tersebut yang hanya ada Gabriel sedang menunggu istrinya berkunjung pulang hingga tertidur lelap di sofa. Melihat suaminya seperti itu, Charlotte merasa kasihan padanya, lalu menyelimuti seluruh tubuh dengan selimut tebal. Saat ia hendak ingin menyelimuti Pangeran, tubuh Pangeran merespon dengan sedikit pergerakan, kedua matanya secara perlahan terbuka lebar menyambut dengan senyuman hangat dan lengan kekarnya mendekap wanitanya seperti sudah berjam-jam tidak bertemu langsung. “Akhirnya kau pulang juga, Charlotte.” “Gabriel, kenapa kau menungguku di sini? Sudah kukatakan padamu sebelumnya, kau tidak perlu menungguku.” “Tidak apa-apa, aku memang ingin menunggumu,” sahut Gabriel menguap sedikit. “Ngomong-ngomong, kau tidak jadi nonton bersama Violet dan L
Agnes mengelilingi sekeliling rumahnya untuk memastikan tidak ada siapapun yang sedang berada di rumahnya, termasuk asisten rumah tangganya. Lalu, langkah berikutnya ia lakukan adalah memasuki ruang pengendalian, mematikan seluruh kamera CCTV di dalam rumahnya bahkan kamera CCTV depan rumah. Kini, pada akhirnya ia bebas bertindak apa saja di rumahnya. Kemudian ia kembali menghampiri pintu kamar ayahnya, memegang gagang pintu. Drrt…drrt… Saat suasana hening begini, tiba-tiba ponselnya bergetar di meja ruang tamu, hingga dirinya tersentak kaget, tubuhnya hampir terjatuh ke belakang. Terpaksa ia menghentikan aksinya, menghentakkan kakinya kasar kembali menuju ruang tamu mengambil ponselnya. Karena yang menghubunginya adalah sang kekasih, ia mengurungkan niatnya membentak kekasihnya. “Harvey, kenapa kau menghubungiku tiba-tiba? Padahal aku sibuk melakukan sesuatu penting.” “Aku hanya ingin melaporkan padamu saja. Ayahku barusan keluar rumah katanya in
Charlotte penasaran dengan seisi rumah khusus kerajaan, menelusuri setiap ruangan dengan penuh penasaran bersama suaminya. Karena sebenarnya sejak ia tinggal di rumah ini, ia belum sempat menelusuri semua ruangan berhubung dengan situasi yang tidak memungkinkan untuk dirinya bersantai. Terutama rumah ini tergolong mewah juga, meskipun hanya dijadikan markas rahasia keluarga kerajaan. Gabriel menuntunnya memasuki sebuah ruangan yaitu sebuah ruangan terdapat beberapa meja billiard dan permainan dart. Mata Charlotte terbelalak sempurna memandangi ruangannya. “Bagaimana? Apakah kau menyukainya?” tanya Gabriel merangkul pundak istrinya mesra. “Aku tidak menyangka ada ruangan seperti ini di rumah ini. Harusnya sejak pertama kali aku tiba di sini, sesekali aku bersantai di sini.” “Maaf ya, seharusnya aku yang memandumu waktu itu. Malahan kau jadi tidak sempat memakai fasilitas sepuasnya.” “Tidak apa-apa, Gabriel. Untuk sementara ini
Alfred dan Charlotte memutuskan untuk kembali menuju markas mereka dan melaporkan semua rencana yang mereka sudah rancang kepada ketiga teman lainnya. Kali ini mereka berdua tampak bertekad bulat untuk melakukannya demi memperjuangkan kebenaran dan membasmi para pengkhianat yang akan menghancurkan istana. “Jadinya, kalian sungguh ingin mengadakan perang?” tanya Gabriel. “Awalnya ini adalah Perdana Menteri Agnes, tapi kalau kita membiarkan para pengkhianat terus berkeliaran bebas, istana akan semakin terancam bahaya,” jawab Alfred duduk membungkuk. “Tenang saja, kita tidak melakukannya di dalam istana. Tidak akan ada pertumpahan darah di sana, nanti kita akan berperang sebelum para pengawal bayaran melewati perbatasan,” lontar Charlotte mengutarakan idenya. “Lalu, Perdana Menteri Agnes dan Harvey akan membantu kita mengarahkan pengawalnya juga,” tambah Violet. “Waktu kita tinggal sedikit, kita harus mempersiapkan semuanya sampai matang dulu, ja
Sebelum melakukan pertarungan dahsyat yang memerlukan kemampuan bela diri sangat tinggi, sang Pangeran melatih istrinya terlebih dahulu sebelum menghadapi pertumpahan darah. Terutama peran istrinya adalah mengawal Raja dan Ratu dengan selamat, dibantu Violet dan Perdana Menteri Agnes nantinya. Selain pandai berkelahi, yang diutamakan juga adalah cara menggunakan senjata dengan baik dan benar. Walaupun sebelumnya sudah pernah diajarkan, kali ini ia akan mengajarkannya dengan sungguh-sungguh. Salah satu tips supaya kuat bertarung adalah mengisi energi yang banyak terlebih dahulu. Sebelum memulai kelas bela diri, kelima serangkai menikmati sarapan, porsinya lebih banyak dari biasanya, supaya tidak cepat kelelahan saat latihan nanti. Namun tidak semua dari mereka bersemangat dalam mengikuti kelas ini, Violet yang biasanya hanya bersembunyi ketika sedang dalam keadaan darurat, kini terpaksa ia harus belajar bela diri juga demi membantu sahabatnya. “Aku tahu kau lesuh begi
Kelima serangkai tersebut berlatih menembak pistol selama beberapa jam tanpa mengenal adanya lelah. Terutama Violet yang awal mulanya tidak suka berlatih mengenai hal ginian menjadi menyukainya hingga semangat berlatih, berkat pria yang disukainya. Semua orang berlatih dengan pasangan mereka masing-masing, kecuali Lucas yang masih belum memiliki pasangan sehingga ia berlatih sendirian saja dengan penuh konsentrasi. Walaupun Violet juga masih belum berpacaran dengan Alfred sampai detik ini, ia menganggap Alfred adalah satu-satunya pria yang paling dekat dengannya karena ia selalu merasa nyaman setiap kali bersamanya. Kini tubuh mereka sudah mulai lelah akibat latihan tanpa hentinya, maka dari itu, mereka semua memutuskan beristirahat sejenak, menduduki sebuah bangku panjang sambil memijat kaki mereka pegal. “Kalian semua enak ya, berlatih bersama pasangan kalian masing-masing,” lontar Lucas dengan tatapan iri. “Maka dari itu, sebaiknya kau segera cari wanita y
Kini tibalah saatnya hari paling menegangkan yang memengaruhi banyak orang dapat terancam nyawanya. Selain itu, hari ini adalah hari menentukan kekalahan atau kemenangan bagi sang Pangeran dan pasukan lainnya untuk memberantas para pengkhianat yang akan melakukan pemberontakan terhadap istana. Karena hari masih siang, kelima serangkai mempersiapkan diri mereka terlebih dahulu seperti memakai pakaian yang nyaman dan cocok untuk bertarung, menyiapkan beberapa senjata terkuat dan rompi antipeluru berkualitas tinggi sehingga tidak mudah terkena peluru. Selain itu, mereka mengisi energi tubuh mereka sebanyak mungkin, supaya kuat untuk bertarung. Sebelum berangkat berperang melawan para pengkhianat, sepasang suami istri masih bisa bermesraan saling membantu memakai rompi antipelurunya. “Charlotte,” panggilnya manis. “Kau memanggilku manis sekali.” “Bagaimana dengan penampilanku sekarang? Apakah terlihat sangat gagah di matamu?” tanya Gabriel dengan
Raja Arthur bergeming sejenak, memikirkan semua hal dengan matang, terutama mendengar Perdana Menteri yang merupakan putri dari seorang pengkhianat, membuat dirinya sedikit ragu menerima penawarannya sebagai pengawal pribadi khusus untuk situasi darurat saat ini. Kalau Ratu Evelyn tidak diragukan lagi, sikapnya sangat penyayang dan menerima semua orang apa adanya, meski merupakan orang yang kenal dekat dengan orang jahat, ia tetap menerimanya dengan tulus. Namun yang masih diragukan kini adalah Raja Arthur yang terlihat gelisah dan sedikit bingung mengambil keputusannya. Mengingat waktu yang terus berjalan, pada akhirnya ia bertekad untuk membuka suaranya, memberikan jawaban pilihannya. Daripada nyawanya dan Ratu terancam jika sedikit telat mengambil keputusan. “Baiklah, saya akan menerima Perdana Menteri Agnes sebagai salah satu pengawal pribadi khusus.” “Saya juga sependapat dengan Raja. Saya akan menerimanya juga,” tambah Ratu Evelyn tersenyum ramah.