Semua orang sibuk mempersiapkan apa yang diperlukan saat pesta perjamuan anggur nanti. Ratu Evelyn memerintahkan salah satu asistennya untuk mendekorasi taman tempat perjamuannya sesuai dengan rancangannya. Tata letak para tamu menikmati santapannya dan juga gazebo untuk sang Pangeran dan wanitanya memimpin acara harus didekor dengan sempurna.
Sementara Raja Arthur menghubungi anggota keluarga kerajaan lainnya dan beberapa pejabat pemerintah yang dekat dengannya juga turut meramaikan acara ini.
Bintang tamu dari acara ini yaitu Pangeran dan wanitanya sendiri mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan mereka nantinya. Sudah pasti urusan ini diserahkan langsung pada Diana, semua pasti diselesaikan dengannya cepat.
Diana sendiri juga memiliki studio khusus untuknya membuka usaha rancang pakaian, meski ia bekerja sama dengan Charlotte mengelola sebuah butik pakaian luxury. Kali ini Charlotte dan Gabriel yang menghampirinya di studio sambil menata
Api amarah semakin membara akibat seseorang sengaja mengompori dulu. Memang apa yang dikatakan wanita bermulut pedas itu ada benarnya juga. Wajah tampan yang dimiliki sang Pangeran membuat para wanita sangat terpukau memandanginya. Sedikit ada rasa kegelisahan timbul pada Charlotte, takut kejadian terakhir dialami bersama Pangeran terulang kembali. Mengetahui tingkah wanitanya semakin lesuh, dengan cepat sang Pangeran membantahnya langsung sambil membelai rambut wanitanya perlahan. “Anda salah besar, Nona Tiffany. Saya sebagai pangeran tidak mudah tergoda oleh wanita lain. Saya hanya mencintai Charlotte sepanjang hidup. Jangan menyebarluaskan berita aneh sebelum melihat fakta.” “Benarkah? Lalu, apa yang terjadi sebenarnya pada malam itu?” selidik Tiffany menatap tajam pada Gabriel tanpa rasa bersalah. “Urusan itu Anda tidak perlu tahu! Asalkan Anda harus tahu satu hal bahwa, saya dan Perdana Menteri tidak ada hubungan istimewa apapun. Lagipula dia jug
Beberapa saat kemudian, Gabriel memberhentikan mobil SUV di lahan parkir sebuah menara tinggi terlihat classic dari luar. Sebenarnya menara ini adalah menara khusus biasanya tempat bersantai Gabriel dan Charlotte melepas lelah. Maka dari itu, jika ingin memasuki menara harus memiliki kartu akses. Kartu akses itu ditempelkan pada sistem keamanan pintu, membuat pintu itu terbuka otomatis. Saling bergandengan memasuki menara itu dan menaikki sebuah lift tersedia untuk mencapai lantai paling atas. Seketika mencapai lantai paling atas, pandangan Charlotte langsung terpukau memandangi pemandangan indah malam hari jika dilihat dari sini. Meski ini bukan ruangan tertutup sepenuhnya, ia bisa menikmati pemandangan sambil menghirup udara segar. “Ternyata kau mengajakku ke sini.” “Sudah lama kita tidak berkunjung ke sini. Dulu aku selalu mengajakmu saat pikiranmu kacau. Selain itu, menara ini adalah tempat khusus kita berkencan.” “Tempat ini jug
Sehari sebelum pernikahan, Raja Arthur mengadakan makan malam keluarga kedua belah pihak. Charlotte dan orang tuanya duduk saling berhadapan, sedangkan Gabriel sibuk bermanja dengannya hingga membuat Charlotte menunduk malu di hadapan Raja dan Ratu. Sedangkan kedua orang tua Charlotte tertawa anggun melihat sang Pangeran terus melekat pada putri mereka. “Ternyata Pangeran kalau sudah jatuh cinta pasti tidak memandangi orang di sekitarnya,” tutur Christian. “Maaf kalau sikapnya kadang berlebihan, kami sudah menegurnya beberapa kali tapi dirinya tidak peduli sama sekali,” balas Ratu Evelyn menunduk sopan. “Tidak apa-apa, justru kami sangat lega melihat tingkah Pangeran begini. Tandanya dia sangat cinta pada putri kami,” ujar Tiana tersenyum ramah. Sedangkan Charlotte menghentikan aksi menyantap makanannya sejenak, tatapannya beralih pada suaminya yang terfokus pada dirinya dengan senyuman godaan. “Gabriel, sebaiknya kau habiskan makananmu saja.
Usai melakukan beberapa prosedur dalam prosesi pemberkatan pernikahan, kini acara telah berakhir dengan lancar, tanpa adanya suatu halangan. Sepasang pengantin baru, saling bergandengan tangan dan menatap dengan senyuman bahagia, sambil melangkah keluar dari aula secara perlahan yang diikuti keluarga mereka masing-masing. Di luar katedral, sudah ada kereta kuda dan beberapa pengawal yang berjaga di sana. Namun, sebelum itu sepasang pengantin menyapa semua tamu dengan melambaikan tangan dan memperlihatkan cincin emas yang terpasang pada jari manis mereka. Para tamu undangan menyorakki pernikahan sang Pangeran dengan tepuk tangan meriah. Kini Pangeran dan istrinya berdiri saling berhadapan, saling memandang memasang raut wajah bahagia. “Charlotte, akhirnya mimpi kita sejak dulu menjadi kenyataan sekarang,” ucap Gabriel. “Ini semua berkatmu, kau memperjuangkan hidupmu demi menikah denganku. Rasanya aku semakin bahagia ketika kita sudah menjadi pasangan sua
Di tengah ruangan, sudah disediakan piano yang akan dimainkan sepasang pengantin baru. Mereka menduduki sebuah bangku di depan piano, lalu posisi tubuh mereka sama seperti saat ketika berada di rumah khusus kerajaan, maupun di istana. Namun, hal ini sedikit berbeda dengan merayakan di rumah khusus kerajaan. Kalau memainkannya bersama di acara resepsi pernikahan, semua hadirin bisa menyaksikan pertunjukannya langsung. Lengan kekarnya Pangeran mendekap tubuh istrinya hangat, menyentuh kedua tangan lembutnya dan mengecup puncak kepalanya dengan penuh perasaan cinta. Mendapat perlakuan manis dari suami langsung, senyuman bahagia terukir pada wajah Charlotte. “Sayang, apakah kau gugup?” tanya Gabriel pelan. “Sebenarnya aku sedikit gugup, apalagi aku tidak terbiasa bermain piano di hadapan banyak orang.” “Tidak apa-apa, kalau seandainya kau gugup, biarkan aku saja yang memainkannya sendirian.” “Jangan, Sayang. Aku tidak ingin hanya kau saja yang ber
Matahari pagi yang sangat cerah menembus kaca jendela kamar. Ditambah kicauan burung yang terdengar sangat nyaring, membuat Charlotte terbangun dari dunia mimpinya dalam kondisi wajahnya sedikit terlihat kusut. Kedua matanya terbuka perlahan, memandangi gaun tidurnya dan suaminya berserakan di lantai. Maka dari itu, bisa dikatakan ia hanya memakai pakaian dalamnya dan mengandalkan selimut tebal untuk menutupi tubuhnya sedikit menggigil. Sorot matanya beralih pada suami tampannya masih tertidur lelap dengan senyuman bahagia terukir pada wajahnya, bertelanjang dada memamerkan tubuh kekarnya seksi. Charlotte mengulum senyuman, mendekatkan wajahnya pada wajah suaminya sambil mengelus pipi lembutnya. Tidak sampai lima detik, sang Pangeran menunjukkan respon dengan menyunggingkan senyuman nakal, lalu memeluknya erat sambil mencium puncak kepalanya mendalam. “Morning, My love,” sambutnya manis. “Morning too, My husband,” balas Charlot
Jarak antara istana dengan pulau khusus yang merupakan sebuah pulau milik kerajaan Godnation sejak dulu, sebenarnya tidak terlalu berjauhan. Jika dibayangkan, hanya memerlukan waktu sekitar satu jam untuk mencapai lokasi. Pulau khusus ini fungsinya mirip dengan rumah khusus kerajaan. Hanya saja pulau khusus biasanya dijadikan tempat untuk berlibur bagi keluarga kerajaan, dan juga tempat berbulan madu. Selain itu, fasilitas di sini jauh lebih lengkap, apalagi villanya sangat cocok dijadikan tempat melihat matahari terbenam secara langsung di lantai dua. Sepasang pengantin baru memasuki sebuah villa kerajaan berukuran jauh lebih luas dibandingkan rumah khusus kerajaan, sehingga tatapan mata Charlotte tercengang memandanginya sampai mulutnya terbuka lebar. Villa ini bertingkat tiga bermodel classic dan luas bangunannya lebar, sehingga memuat banyak ruangan. Bisa dikatakan baru di area lobby yang dihiasi air mancur di tengah bundaran kecil. Melihat tingkah istrinya sang
Menjelang matahari mulai terbenam, sang Pangeran mengajak istrinya menuju suatu tempat yang masih dirahasiakannya sampai sekarang. Dengan penuh rasa penasaran, Charlotte terus mengamati luar jendela mobilnya mencari lokasi rahasia tersebut. Karena udara di sini juga terasa segar tanpa polusi udara, Gabriel menekan tombol membuka bagian atas mobil sportnya dengan lebar, sehingga mereka tidak perlu mengandalkan AC. Di tengah perjalanan, Charlotte mengulurkan tangannya ke samping mengulum senyuman bahagia menatap suaminya yang fokus menyetir mobil sportnya dengan setelan jas. Mengetahui istrinya sibuk memandanginya dari tadi, spontan tangan kanan Gabriel mengelus kepala istrinya lembut sambil menatapnya sekilas. “Teruslah melihatku seperti itu, Sayang,” tutur Gabriel. “Aku sebenarnya penasaran denganmu. Kau ingin membawaku ke mana sih?” “Yang pasti sebentar lagi kita tiba di sana. Jaraknya tidak terlalu jauh dengan villa.” Namun, tidak ada bangun