Alea berkeliling di toko buku, dia sedang mencari buku yang dia cari. Dia sudah menyusuri tiap rak tapi tidak menemukannya juga.
Bahkan Alea bertanya ke pelayan di sana tapi ternyata bukunya tidak tersedia. Dia menjadi sedikit bingung saat ini.
"Ga ada bukunya?" tanya Nathan.
"Ga ada. Bentar ya, aku mau cari novel," kata Alea sambil berjalan ke rak novel.
Alea melihat satu persatu novel yang di pajang di sana. Nathan juga tampak sedang serius membaca sebuah buku.
"Oh, jadi gini caranya. Kira-kira bakalan aneh ga ya ntar?" kata Nathan.
"Ah yang penting usaha dulu." kata Nathan sedikit meyakinkan dirinya.
Dia meletakkan buku di tangannya. Buku tentang menaklukkan seorang cwe. Nathan sampai membutuhkan panduan untuk menaklukkan hati Alea.
"Kita pulang yuk?" kata Alea setelah dia mendapatkan novel yang dicarinya.
Nathan berusaha membayari belanjaan Alea, tapi Alea menolaknya. Nathan membuang nafasnya kesal. Dia mera
Alea sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Dia menyapa para tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk sekedar berjalan pagi. Maklum hari ini kan hari minggu jadi warga di komplek Alea sering berolah raga di sekitar lingkungan rumah Alea."Mbak Alea, itu bunganya pada seger-seger. Kaya hati yang nyiram," kata seorang tetangga Alea."Bisa aja loh. Sehat bu?""Sehat Mbak Lea. Sekarang udah enak di rumah ya.""Alhamdulillah bu, lebih nyaman."Alea melanjutkan menyiram bunga. Terkadang dia juga menebang batang yang jelek serta memotong rumput di sekitar."Mbak, kalo mau potong rumput bisa minta tolong Pak Eko. Dia mau kok, kalo pas ga kerja nyambi beberes," sapa tetangga lainnya."Pak Eko satpam bu?""Iya. Seikhlasnya tapi hasilnya bagus. Punya saya beberapa hari kemaren di bersihin Pak Eko.""Eh iya deh, ntar saya minta tolong Pak Eko."Alea meneruskan pekerjaannya. Selain mengurus kebun rumahnya, dia juga m
Alea dan Nathan memutuskan untuk kembali ke rumah Luna. Luna sudah kehilangan mood-nya untuk dia pergi bermain di luar. Dia ingin pulang dan merebahkan dirinya santai di rumah. Dia juga malas berbicara dengan Nathan.Nathan yang masih kegirangan karena Alea menyatakan kecemburuannya dengan sangat jelas pun menjadikan Nathan sangat senang. Dia merasa Alea sudah menyatakan perasaannya, hanya saja dia masih menjaga gengsi sampai olimpiade selesai.Mobil Nathan berhenti di sebuah taman yang sedang ramai dengan pengunjung. Ada banyak anak-anak muda dan juga anak-anak harta orang tua yang sedang melakukan berbagai aktivitas di taman tersebut. Alea mengamati satu-persatu aktivitas orang yang ada di taman tersebut. Pandangan Alea tertuju pada satu aktivitas yang ingin dia lakukan.“Tunggu!” teriak Alea saat Nathan hendak melajukan mobilnya.“Ijo sayank lampunya. Di marahin orang kita nanti,” ucap Nathan sambil tetap melajukan mobil.A
“Kamu bolos kelas?” tanya Nathan“Aku ga bisa konsen di kelas. Aku kangen kamu. Aku ga bisa belajar.”“Pasti kamu kangen tangan aku ya? Hmm jangan-jangan kamu mau baikan ama aku biar kamu bisa belajar buat olimpiade kan? Trus kalo kamu udah menang, ntar kamu bakal lupain aku lagi. Gitu ya?”“Ya ampun Nathan ... kamu kok jadi pinter sekarang. Pasti kamu ketularan aku ya. Dulu kayanya kamu ga sepinter ini deh. Aku jadi salut kamu sepinter ini. Sampe bisa nebak isi pikiran aku lho.”“Anak songong,” ucap Nathan sambil menjentik kening Alea dengan jarinya.“Aduuh sakit.”“Sakit? Aku sembuhin ya.”Alea mengangguk manja. Dia seolah mengerti bagaimana Nathan akan menyembuhkannya. Dia seolah ingin terus bermanja pada pemuda itu.Alea ingin menebus semua waktunya yang kemarin dia habiskan tanpa Nathan. Dia ingin menebus semuanya sampai habis dan tidak bersisa.
Hari pertandingan pun di mulai. Alea yang pagi ini berangkat ke sekolah di jemput oleh Nathan pun hanya mencoba menghafalkan pelajaran yang sudah dia pelajari selama ini.Nathan tidak berani mengganggu Alea dalam menghafal dia hanya memberikan satu tangannya agar bisa dimainkan oleh Alea seperti biasanya. Alea terus berkonsentrasi dan hampir tidak mengajak bicara Nathan sedikitpun.Alea mencoba untuk terus menghafal sampai mereka masuk ke dalam area sekolah. Saat mobil Nathan sudah parkir, dia baru sadar kalau dari tadi dia sedang bersama dengan Nathan.“Ya ampun Nathan ... maaf ya. Dari tadi aku diemin kamu,” ucap Alea tidak enak.“Santai aja. Ga papa kok. Aku tau kamu lagi prepare banget sekarang kan. Santai aja, Lea,” jawab Nathan sambil tersenyum.“Maaf ya. Harusnya kita ngobrol dan aku juga harus nanyain soal persiapan kamu juga. Eeh aku malah egois gini.”“Ga papa. Justru nanti kalo kamu ngobrol ama
Praang!!"Apa kamu ga bisa cuci piring yang bener Alea!! Piringnya masih licin semua!!" kata Megan ibu tiri Alea."Maaf bu, semalam Alea pulang larut. Alea capek. Nanti Alea akan bereskan lagi," jawab Alea sambil membersihkan rumah."Bersihkan sekarang!! Ibu ga mau tau, pokoknya sebelum kamu berangkat sekolah, semua piring sudah bersih!!""Iya bu, nanti Alea bersihkan.""Sabar Alea ... sabar. Ini udah kejadian tiap hari kan. Jangan sedih, jangan nangis, jangab ngeluh. Kamu pasti bisa Alea," gumam Alea memberikan sugerti pada dirinya sendiri.Kegiatan pagi Alea setiap hari adalah membersihkan rumah dan memasak makanan. Tapi pagi ini harus di tambah dengan mencuci piring ulang. Hasil dari protes sang ibu yang selalu saja sibuk mencari alasan dengannya."Alea, lu di sekolah jangan suka cari muka ke kakak kelas ya. Jangan sok menderita lu!!" kata Cleo saudara tiri Alea."Aku ga pernah cari muka. Aku biasa aja. Aku hanya belaj
Tok tok tok"Selamat siang pak," sapa Alea saat dia memasuki ruangan Pak Regan."Masuk Alea. Duduk dulu di situ ya," jawab Pak Regan yang menyuruh Alea duduk di sofa ruang guru.Beberapa guru melihat ke arah Alea dengan pandangan tidak suka. Karena memang para guru di sini menginginkan muridnya anak orang kaya semua.Tunjangan mereka sedikit dipotong untuk anak berbeasiswa seperti Alea ini. Padahal di sekolah megah ini, anak yang bernasib seperti Alea hanya 10 orang, tapi mereka sudah mengeluh saat tunjangan mereka sedikit di potong."Alea, ini ada bonus dari lomba sains 2 bulan lalu. Kamu terima ya?" kata Pak Regan sambil memberikan amplop di tangannya."Bonus pak? Bukannya yang terima harusnya Radit ya?" tanya Alea."Radit bilang, hadiahnya dibagi dua aja. Soalnya kan di lomba kemaren katanya kamu ikut bantu Radit di penelitiannya. Radit sudah ambil bagiannya kok tadi. Ambillah.""Tapi pak..." ucapan Alea menggantung.
Alea mencoba merebut mini figurenya dari tangan Raka. Namun sayangnya, Alea malah jadi bahan permainan Raka dan teman-temannya.Badan Alea yang kurus dan mungil tentu saja kalah tinggi dibandingkan Raka yang pemain basket dengan tinggi 175cm. Dengan Alea berdiri saja, itu hanya sampai sedada Raka."Raka, balikin ga?" kata Alea sedikit kesal."Ga mau. Ini punya gw," jawab Raka."Raka balikin donk. Itu punya gw!" ucap Alea yang makin kesal.Alea masih berusaha merebutnya lagi. Dia terus mengangkat tangannya berusaha merebut barang yang ada fi tangan Raka yang terlihat tinggi menjulang di depannya.Mini figure yang di tangan Raka itu malah dilempar-lemparkan Raka ke teman-temannya yang lain. Alea makin kesal dengan tingkah kekanakan Raka. Alea diam saja tak bergerak hanya melihat tajam ke arah Raka."Kenapa? Lu mau mini figure ini? Sini cium gw dulu," kata Raka sambil menyentuh pipi kanannya dengan jari telunjuknya."H
Alea duduk di sebuah bukit di kebun belakang sekolah. Sebuah bukit dengan pohon tinggi di tengahnya. Ini adalah tempat favorit Alea di sekolah ini. Bukit yang berada di belakang gedung ekskul sekolah, menyimpan segala kesenangan dan kesedihan Alea."Nih buat mu," kata Kamila yang memberikan sepotong roti dan susu pada Alea."Makasih, Mil," ucap Alea sambil menerima pemberian Kamila.Kamila adalah seorang sahabat baik buat Alea. Dia banyak membantu Alea meski mereka berada dalam strata yang berbeda.Kamila anak seorang manager sebuah bank swasta. Dia termasuk orang mampu di sekolah ini. Tapi dia tidak malu berteman dengan Alea.Kamila sering membelikan Alea kue dari kantin untuk sekedar mengganjal perutnya. Alea sering menolaknya karena takut dianggap memanfaatkan kebaikan Kamila, tapi Kamila tetap senang melakukannya.Kamila tau bagaimana kehidupan Alea yang makin susah saat ditinggal ayahnya meninggal. Alea membalas kebaikan sahabatnya deng