POV Bella
Aku terbangun, dengan tangan kekar melingkari perut. Aku putar tubuhku perlahan, untuk menghadapnya. Aku teringat kemarin. Mas Rengga begitu bersemangat menggagahiku, hingga lupa waktu. Padahal dipagi hari kami sudah melakukannya diranjang. Bahkan berlanjut dikamar mandi. Namun seperti tidak ada lelahnya. Saat pulang dari kantor, dia masih sempat memaksaku untuk mandi bersama. Berakhirlah kami melakukannya lagi. Tetapi dia berhenti, ketika sadar. Bahwa kami masih didalam kamar mandi.
Sebenarnya aku tahu, dia masih begitu bergairah. Tetapi tak aku pedulikan itu. Tubuhku sudah lemas. Bahkan setiap kali kami melakukannya. Selalu berakhir dengan aku yang kesakitan, karena hujamannya.
Aku berusaha bangun. Lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dir
hai guys :), masih pada nungguin ceritaku nggak hem, gimana nih pendapat kalian soal si Rengga ? kasih penilaian dan review kalian ya buat ceritaku Enjoy.....
POV Bella. Aku terbangun, dengan pemandangan wajah pulas Mas Rengga. Semalam aku terlalu lemas sampai tak sadarkan diri. Tidak lagi kuat menerima hasratnya yang luar biasa. Aroma percintaan, begitu kuat mengelilingi kami. Pergerakan kecilku mengusap rahangnya. Berhasil membangunkannya. “Sayang,” sapanya pelan. Dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Aku mengulas senyum tipis. Lalu wajahnya mendekat, memagut bibirku perlahan. Bergerak lembut, menikmati tiap jengkal bibirku. Namun terasa benda keras, menusuk bawah perutku. Aku dorong dadanya, melepas pagutan kami. Aku tatap matanya, yang sudah berselimut gairah. Dia bahkan baru bangun. Dan dengan seenaknya, benda keras itu terbangun.
POV Rengga. Aku terbangun, ketika mendengar dentingan bel yang ditekan berulang-ulang. Siang-siang begini siapa yang bertamu. Gerutuku dalam hati. Dengan langkah malas, aku keluar sepelan mungkin agar tidak membangunkan Bella. Yang sedang tertidur pulas karena kelelahan. Bibi memberikan sebuah paket untukku. Dia berkata paket ini dari Dokter Andre. Setelah mengucapkan terimaksih, aku beranjak ke ruang kerja. Tak biasanya Andre mengirimkan barang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Aku buka paket itu, menemukan dua barang seperti kapsul dengan ukuran sekepalan tangan. Disertai dua benda lain yang menyerupai remot. Segera aku hubungi Andre, untuk menuntaskan rasa penasaranku. “Ya halo,” balas Andre dari sebrang sana. &nbs
POV Rengga. Membantu Bella naik ke kursi depan dengan hati-hati. Setelah memastikan dia nyaman, aku tutup pintu mobil. Selanjutnya aku berjalan memutar. Lalu duduk dibalik kemudi. “Ternyata dia yang namanya Renita,” Bella tiba-tiba berucap. Setelah mobil melaju meninggalkan restoran. “Bukankah dulu kalian dekat Mas,” ujarnya penasaran. “Iya, kita dekat karena berada dijurusan yang sama selama kuliah,” ucapku santai. Dia mengangguk, lalu kembali berucap. “Dekat sebagai teman atau lebih dari itu?” Tanyanya hati-hati. “Lebih, tapi itu dulu. Sebelum kami lulus dan sama-sama berpisah, untuk melanjutkan studi S2 ke luar negeri,” jawabku hati-hati. Tak ingin salah memilih jawaban.
“Ehmm,” mataku mengerjap. Terbangun merasakan sesuatu bergerak dibawahku. Wajahku sedikit mengernyit, menahan sesuatu akibat gerakan dibelakangku. Perlahan salah satu kakiku dilebarkan. Kembali terasa gerakan benda keras di dalamku. Seperti kembali kedunia nyata, desahanku lolos. Ketika benda didalamku semakin mengembang, menyesaki intiku. “Emm-mp, mmhh,” lenguhku pelan. Menerima aliran hangat cairan. Padahal semalam aku ingat. Mas Rengga melakukannya, hingga aku tak sadarkan diri. Dengan sebelah tangan mengusap perut bawahku. Serta yang lain mencengkeran sprei tang bisa aku jangkau. Aku lirik jam diatas nakas, ternyata sudah jam 9 pagi. Aku tepuk tangan yang melingkari pinggangku. Sampai
POV Bella Aku berendam untuk merilekskan tubuhku yang pegal, setelah aktivitas semalam. Beruntungnya Mas Rengga tidak memaksa untuk mandi bersama. Karena pasti akan berakhir, tidak sekedar mandi. Tapi membuatku semakin pegal, sebab tanpa lelah dia terus melakukannya. Sejak menikah, hanya setelah aku memasang kontrasepsi saja. Mas Rengga seperti membatasi diri, untuk melakukan hubungan intim denganku. Berpikir waktu itu aku juga sedang masa pemulihan rahim. Setelah dua kali berturut-turut mengandung dan melahirkan. Setelah melepas kontrasepsi, dia kembali menjadi Mas Rengga dengan kebutuhan seks yang sangat tinggi. Setelah satu jam berendam dan hampir ketiduran. Dengan susah payah, aku berdiri. Keluar dari bath up, meraih handuk untuk mengeringkan tubuh. Ketika a
POV Rengga Keesokan harinya, aku terbangun lebih dulu. Bella masih pulas tertidur disisiku. Meskipun niat hati ingin bermain lagi, namun aku urungkan. Ketika ingat Mama berpesan, kalau sudah dalam perjalanan pulang. Hem, lumayan lah. Selama 2 minggu ini, aku bisa menikmati waktu bersama Bella, tanpa terganggu oleh anak-anak. Ucapku dalam hati, sudah merasa cukup. Aku tinggalkan Bella dikamar. Debelumnya aku sudah berpesan pada bibi. Untuk mengantarkan sarapan ke kamar, jika Bella sudah bangun. Tepat jam 8 pagi, mereka datang. Anak-anakku terlihat masih mengantuk. Tapi mereka tetap menerjangku, dengan pelukan serta ciuman hangat. Mereka heboh mencari Mama mereka. Dan baru berhenti, ketika aku jelaskan jika Mamanya masih istirahat. Mama dan Papa juga ikut singgah ke rumah. Meraka akan menginap hari ini.  
POV Bella Rasanya begitu lega, setelah selesai menidurkan anak-anak. Aku baru bangun jam 9 pagi, tanpa Mas Rengga disisiku. Dia hanya meninggalkan sebuah memo, ucapan selamat pagi dengan tanda cium. Dia juga mengingatkanku untuk sarapan. Yang bahkan sudah tidak bisa disebut sarapan. Namun perlakuannya itu sangat manis. Membuatku terus tersenyum membayangkan wajah tampannya. Saat ini aku sudah kembali ke kamar, setelah menyusui Amira sampai tertidur. Aku sedang mengoleskan krim pengencang payudara, yang dikirimkan oleh Dokter Ani. Aku sudah menggunakan ini, sejak pasca kelahiran Amira. Aku takut payudaraku kendor. Karena jarang beristirahat, untuk menyusui bahkan dipompa. Walau nyeri dan sakit saat disentuh, dengan perlahan aku oleskan krim tersebut. Rumah sedang
POV Bella Aku nikmati es krim didepanku, dengan lahap. Bahkan setelah menghabiskan 2 mangkuk, aku masih tambah lagi. Rasanya sudah lama, aku tidak menikmati makan es krim dikedainya seperti ini. Aktivitas menjadi Ibu memang banyak menyita waktu dan pikiranku. Belum lagi harus mengurus suami tercintaku. Selama makan, dia hanya memperhatikanku. Yang begitu lahap memasukkan es krim ke dalam mulut. Selesai dengan mangkuk ke-3, kami beranjak pulang. Karena udara semakin dingin, membuatku ingin terus merapat ke tubuh Mas Rengga. Di dalam mobil, AC sengaja dimatikan. Agar aku tidak kedinginan. Sesampainya dirumah, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku mendengar seperti ada suara barang-barang dipindahkan. Aku baru kali ini, dengan jelas mendengarnya. Karena, mema